Episode|8

3.9K 436 23
                                    

***

  "Huhh!"

  Sudah berulang kali aku menghela nafas lelah. Ingin sekali beranjak pergi dari tempat ini, aku merasa tidak enak badan, mungkin efek dari bajuku yang basah ini.

  "Hacih!" Aku menggosok-gosok hidungku yang terasa gatal. Lihatlah karena terlalu lama memakai baju yang basah aku menjadi flu. Meskipun berbalutkan jaket milik Pak Teo, namun tetap saja kedinginginan masih menyelimuti tubuhku.

  "Ck mengapa kita tidak pulang saja sih?" tanyaku kesal.

Sudah setengah jam kita berempat duduk di kursi dekat lapangan. Sebenarnya siapa yang Pinka dan Ariana tunggu.

  "Sabar Bella kita nunggu temennya Azam datang dulu, gak mungkin kan kita ninggalin dia sendiri dengan keadaan kek gini." jelas Ariana. Gadis itu duduk dikursi yang sama denganku, sedangkan Pinka dan Azam duduk berdua dikursi yang berbeda dihadapanku. Sejak tadi kami hanya menonton kemesraan antara dua mahluk hidup berlawan jenis itu.

Luka pria itu sudah di obati oleh Pinka. Gadis itu menyimpan banyak obat-obatan didalam mobilnya.

  Aku kembali menghelas nafas lalu bersender pada badan kursi. Yang dikatakan Ariana tadi ada benarnya, jika kita meninggalkan pria itu bisa jadi kelompok hama tadi datang lagi dan menyerangnya kembali.

   Brrruummm bbrruummm....

   Tiba-tiba terdengar suara berisik yang membuat aku sedikit terkejut, aku mengedarkan pandanganku mencari asal suara. Dilihat dari sebrang sana sekumpulan orang-orang yang menggunakan pelindung kepala, turun dari motornya-aku tau nama benda itu dari Ariana saat perjalanan ke sekolah tadi siang, namun yang ini bentuknya lebih keren.

  Orang-orang itu berlari menghampiri kami berempat. Apakah mereka semua teman-teman pria itu? Jika iya, syukurlah aku bisa segera cepat pulang untuk berganti pakaian.

  "Woi anjir Azam, lu kenapa njeng!" ucap salah satu dari mereka, ia memakai pelindung kepala berwarna merah. Pria itu memukul keras bahu Azam, membuat sang empunya meringis kesakitan dan memarahinya.

  "Apa yang mereka pakai dikepalanya itu?" bisikku kepada Ariana.

  Ariana menatapku aneh, "itu helm, Bel." jawabnya ikut berbisik.

    Aku mengangguk dan ber-oh kecil.

  Ditatap satu persatu orang-orang berhelm itu, ada 3 orang. Dua diantaranya sudah membuka helm yang mereka pakai, kecuali pria tinggi berhelm hitam dengan celana dibagian lututnya yang robek-robek. Apakah dia baru saja terjatuh atau bagaimana?

   Aku menatap pria itu aneh. Dan sepertinya pria itu pun sedang menatapku. Walaupun terhalang helm, namun aku dapat merasakan arah pandangnya. Aku langsung membuang muka sembarang. Berpura-pura membersihkan sisi jaket yang kupakai.

   Lalu aku beranjak berdiri sembari bertolak pinggang, "kalian teman pria lemah ini kan?Karena kalian sudah datang maka dari itu kita akan pergi." ucapku santai,

  "ayo Ariana, Pinka!" aku menarik lengan Ariana lalu berbalik akan pergi.

  Namun langkahku terhenti karena Ariana menahan tanganku. Aku berbalik menatapnya heran. Gadis itu memberikan sebuah isyarat, namun aku tidak mengerti apa yang ia maksud.

CASSABELLA { jiwa yang tertukar }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang