Episode|15

3K 354 13
                                    

***

  "Kamu lagi mikirin apa sih, sayang?"

Aku yang sedang melamun pun langsung membuyarkannya. Dan beralih menatap ibu Nur yang duduk disampingku. Ibu Nur mengelus lembut kepalaku—aku jadi teringat dengan ibunda Ratu, beliau juga sangat suka mengelus lembut rambutku. Lalu aku menggeleng pelan membalas pertanyaan ibu Nur tadi.

  Sekarang aku sudah berada dirumah, tepatnya dikamarku sendiri. Tetapi aku tidak dapat berhenti memikirkan kejadian tadi saat disekolah. Ingatan gadis ini membuat aku penasaran. Apa yang sebenarnya terjadi? Dan... Sejak kapan Bella memiliki kakak?Mengapa aku tidak tahu?

  "Hey! udah ah jangan ngelamun terus." Ibu Nur melambaikan tangannya membuyarkan lamunanku. Lagi.

  "Udah malem, cepetan tidur! Besok kamu kan ada pelajaran olahraga." suruhnya.

Aku menghela nafas gusar, ibu ini sepertinya sangat tau betul semua tentang anaknya, sampai-sampai mata pelajaran yang ada disekolahnya pun ia tahu. Tunggu! Mengapa aku tidak tanyakan saja pada ibu Nur. Dia kan ibu gadis ini, sudah tentu dia pasti tahu.

  Aku membenarkan posisi dudukku, lalu menatap Ibu Nur, "emm aku ingin bertanya sesuatu padamu." 

  Ibu Nur mengernyitkan alisnya, "apa itu?"

"Apakah Bell- maksudku. Apakah aku memiliki  saudara kandung?" tanyaku, yang hampir salah ucap.

  Ibu Nur terdiam. Wajahnya tidak menggambarkan ekspresi apapun. Mulutnya masih tertutup rapat. Tetapi tidak lama, ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya.

  "Ibu seneng ingatan kamu udah mulai kembali sedikit demi sedikit," ucapnya sembari tersenyum miris. Namun bukan itu yang ingin aku dengar, lagi pula siapa yang hilang ingatan, justru yang ada hilang jiwa.

  "tapi Ibu masih takut kalau kamu nanti bakal kayak waktu itu lagi." lanjutnya membuat aku geram. Ayolah aku hanya ingin mendengar sebuah kebenaran, bukan curahan hati seorang ibu.

 Aku harus membujuk ibu ini, "tidak, aku akan baik-baik saja, jangan khawatir. Ceritakanlah!"

  Ibu Nur kembali diam, seperti memikirkan sesuatu, lalu menatapku, "baiklah." putusnya. Lalu ikut membenarkan posisi duduknya siap untuk bercerita. Aku tersenyum senang saat mendengar jawaban ibu itu.

    "Jadi..."

   Drrrrrtttt drrrttttt

  ASTAGA! Apa lagi ini? Aku hanya ingin tahu tentang kejadian itu. Mengapa rasanya sangat sulit sekali. Lihatlah karena suara benda persegi panjang milik ibu Nur, ia tidak jadi menceritakan kejadian itu. Ibu Nur beranjak pergi sembari memainkan benda persegi itu, lalu menyimpannya ditelinga. Ia pergi begitu saja melupakan kisah yang akan ia ceritakan padaku. Menyebalkan sekali.
  Tapi sepertinya aku pernah lihat benda kecil itu. Tapi dimana? Oh iya, Pinka juga punya benda seperti itu, namun punyanya ada sebuah gambar apel yang sudah digigit.

Sudahlah aku akan pergi tidur saja. Apa peduliku tentang gadis ini. Aku hanya orang asing baginya dan keluarganya. Tapi aku penasaran apa yang terjadi dengannya saat itu, keadaannya terlihat buruk.

  "Cassandra, lupakan ingatan itu. Jangan terlalu ikut campur dengan kehidupan orang lain. Semua itu tidak penting bagi hidupmu." ucapku, lalu segera membaringkan tubuh, dan memejamkan mataku.


***

  Pagi yang cerah seperti biasanya, namun tidak dengan suasananya. Dulu setiap aku terbangun, pemandangan taman luas dengan bunga yang berwarna-warni menyambutku, kupu-kupu berterbangan disekitarnya, burung-burung bersiul merdu saling bersahutan, dan jangan lupakan udara yang amat segar. Tetapi, itu semua telah tergantikan saat aku membuka mataku dan berada ditempat yang tidak aku kenali ini.

CASSABELLA { jiwa yang tertukar }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang