Episode|10

3.8K 465 10
                                    

***

  Ketiga sahabatku tidak mengetahui apa yang telah terjadi kepada diriku tadi. Untung saja ingatan itu segera pergi dan aku kembali seperti sedia kala. Namun aku penasaran. Ada hubungan apa Bella dengan pria berwajah datar itu?

  Aku berbalik kebelakang melihat pria tadi. Dia duduk dibangku paling belakang bersama Azam, mereka tengah asik mengobrol bersama kedua temannya lagi. Wajahnya terlihat datar dan cuek, namun mengapa saat berbicara dengan Bella ia terlihat begitu marah.

   Aku menghela nafas gusar.

  "Bella ayok!" ajak Hilman. Pria itu menarik tanganku, membuat aku sedikit terkejut. Namun aku langsung mengikuti langkah pria itu.

  "Kita akan pergi kemana?" tanyaku pada Hilman, lantaran tidak hanya aku dan ketiga sahabatku saja yang keluar dari kelas namun semua orang yang berada dikelas.

  "Upacara. Ges we cicing turutan nu lain!" ( Upacara. Udah diem aja ikutin yang lain!) ucap Hilman mengeluarkan bahasa khasnya yang tidak dapat aku mengerti.

  Tadi dia bilang apa? Upacara? Maksudnya upacara penobatan?
   Sudahlah lebih baik aku mengikuti arah jalan orang-orang ini. Aku belum tahu betul tempat ini, kebiasaan orang-orangnya, bagaimana keseharian mereka. Yang jelas ini semua sangat berbeda dengan semua hal yang ada di Kerajaan.

  Kini semua orang yang berada disekolah Einsteins berkumpul disebuah lapangan yang luas. Berbaris rapih layaknya prajurit yang siap bertempur. Aku dan kedua gadis ini berdiri dibarisan belakang para pria dan barisan paling depan para wanita. Sedangkan Hilman, cowo itu baris dibarisan paling depan.

  Lama kita menunggu upacara ini di mulai. Terdengar suara keluhan para wanita dibelakangku karena kepanasan. Aku memainkan lidahku didalam mulut merasa paling kuat, sudah terbiasa kepanasan seperti ini, cahaya matahari sudah menjadi sahabat bagiku.

"Upacara akan segera dimulai!" ucap seorang didepan sana. Membuat para wanita dibelakangku menghela nafas lega. Manusia-manusia berseragam putih abu ini langsung berdiri tegak dan merapikan barisannya.

______

"Hilman, makanan apa ini?" tanyaku pada Hilman yang duduk disampingku.

  "Ini itu Baso. Enakkan?" ucap Hilman sembari mengangkat baso yang tertusuk digarpu miliknya.

Aku mengangguk. Jujur makanan berbentuk seperti bola pingpong ini sangat lezat. Kebetulan sekali perutku sangat lapar.

  Kini aku, dan ketiga sahabatku sedang duduk dibangku kantin sekolah. Setelah upacara kami langsung pergi ke kelas masing-masing untuk belajar. Aku sangat bosan saat dikelas tadi, jadi ketika pelajaran sedang berlangsung aku memustuskan untuk tidur. Untung saja tidak ada yang melihatnya.

  Aku sangat bahagia ketika mendengar suara bel. Aku pikir itu pertanda pulang, namun perkiraanku salah. Hilman bilang bel itu adalah pertanda istirahat pertama dan masih ada mata pelajaran selanjutnya setelah istirahat. Aku sedikit kecewa namun tidak masalah, yang terpenting sekarang aku dapat mengisi perutku ini yang sudah berbunyi karena lapar.

"Gue heran deh sama lo, Bel." ucap Ariana tiba-tiba. Aku tidak jadi memasukan baso kedalam mulut, beralih menatap Ariana, bingung.

  "Apa maksud mu?"

  "Yaa.. Gue heran aja gitu, setelah lo bangun dari koma tiba-tiba jadi bar-bar kek gini. Jago berantem pula," jelasnya lalu meminum jus jeruk miliknya.

  Pinka dan Hilman mengangguk setuju.

Aku tersenyum kecut. Andai mereka tahu jika aku bukanlah lagi Bella yang mereka kenal.

  "Aku bukan lagi Bella yang dulu," jawabku asal sembari memasukan satu sendok baso kedalam mulut.

  Tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benakku, aku tersenyum jail dan berdehem kecil. "Kalian tahu mengapa aku bisa berkelahi?" ucapku dengan ekspresi sok misterius, sembari memajukan wajah seakan-akan ada sebuah rahasia besar yang akan kuberitahu.

Mereka bertiga langsung mengangguk antusias, ikut memajukan wajahnya. Penasaran dengan informasi yang akan ku berikan.

  "Itu...karena, saat koma aku berlatih bela diri dengan putri dari kerajaan Calaska, tidak hanya cantik dan hebat, dia pun sangat baik hati." ucapku dengan ekspresi wajah yang serius. Menyombongkan diri tidak ada salahnya bukan?

Mereka bertiga terdiam, saling tatap satu sama lain.

   Brak

"Sialan! Perasaan gue dari awal emang udah gak enak sih. Pasti bakal nyimpang kesitu," tiba-tiba Hilman menggebrak meja membuat aku terkelonjak kaget. Pria itu memasang wajah sebal.

   "Aduh Bellaa..Bellaa. Kita tau kamu penggemar berat Putri Cassandra tapi jangan sampe segitu nya kali, ahahaha!" ucap Pinka sembari tertawa.

  "Obsesi banget kayaknya si Bella!" Ariana ikut berbicara. Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya sembari tersenyum miring.

Aku sedikit malu. Tapi apa yang tadi Pinka bilang? Gadis ini penggemar berat diriku? Aku tersenyum senang dalam hati, tidak jadi malu. Apakah aku seterkenal itu disini.

  "Halo para gadis-gadis!"

Tiba-tiba sekelompok pria datang menghampiri meja kami. Mereka kelompok pria berhelm waktu itu. Salah satu dari mereka menyapa menggoda. 

"Ekhemmmm!" Hilman berdehem panjang.

Pria berambut ikal itu beralih menatap Hilman. Lalu tertawa renyah, "eh ada cowonya juga deng." ucapnya sembari menepuk kasar bahu Hilman.

Hilman hanya memutar bola matanya malas.

"Bel, gue mau bilang makasih sama lo." ucap Azam tiba-tiba.

  Aku tidak menggubris perkataannya. Bukan karena sombong. Namun, aku tidak merasa namaku terpanggil. Aku lupa bahwa sekarang namaku bukan lagi Cassandra namun sudah tergantikan menjadi Bella.

Aku baru tersadar jika Azam sedang berbicara denganku ketika Hilman menyikut kasar lenganku. Aku menatap Hilman kesal, lalu beralih menatap kelompok pria itu.

  "Makasih udah nolongin gue," ucap Azam mengulang perkataannya.

Aku menyipitkan mataku, berpikir. Lalu beroh kecil. Mengerti apa yang dimaksud pria itu.

  "Kalo gak ada lo, gue gak tau nas-"

  "Yaa yaa tidak masalah!" ucapku langsung memotong perkataan Azam. Membuat pria itu langsung bungkam.

  "Lo belajar bela diri dari mana Bel? Bangun dari koma langsung jago berantem aja," ucap pria berambut ikal itu sembari tertawa renyah bersama temannya.

  "Haha bener tuh, belajar dimana? Ajarin kita juga dong!" ujar temannya yang beralis tebal.

  Aku menatap tidak suka kedua pria itu.

  "Kata Bella sih.. Dia belajar dari putri Cassandra waktu dia koma," ucap Pinka dengan polosnya. 

Aku sedikit meringis mendengar perkataan gadis itu.

  "Puftt... AAHAHAHAHAALLUU!!" kedua pria saling tatap lalu tertawa dengan keras sembari memegangi perutnya. Orang-orang yang berada di kantin menatap kearah meja kami heran.

Baiklah sekarang aku menyesal telah menceritakan hal bodoh itu pada mereka bertiga.

  "Enggak woi mana ada! Bella itu hilang ingatan, jadi dia agak sedikit berubah." ucap Ariana membuat kedua pria itu berhenti tertawa dan beralih menatapku.

Aku menghela nafas lega. Sepertinya hanya gadis itu yang sedikit dewasa dan pintar diantara Pinka dan Hilman.


...

Bersambung!

CASSABELLA { jiwa yang tertukar }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang