Episode|20

850 70 15
                                    

***

Aku terdiam kaku saat gadis kecil itu tiba tiba memeluk pahaku.

Ariana, Hilman dan Pinka ikut terdiam dan terlihat dari raut wajah mereka sedikit terkejut dan bingung.

  "Anna ada siapa?"

Tiba tiba seorang wanita muncul dibalik pintu.

"Eh, Bella?" wanita itu terkekeh dan sedikit terkejut sumringah saat melihat diriku.

Aku tersenyum ramah pada wanita dengan tubuh langsing itu.

  "Anna lepasin pelukannya! kasian kak Bella," lanjut wanita itu pada gadis kecil yang terus memeluk pahaku. Pelukan gadis itu mengendur lalu ia pergi kedalam rumah dengan raut wajah yang cemberut.

Dia Tante Lili. Yaa wanita yang pernah aku selamatkan saat dipinggir jalan bersama anaknya dari penjahat- penjahat pecundang itu. Tunggu! Itu berarti... dia Ibu Jaden? dan anak gadis ini? adiknya?

  Hilman menyikut lenganku dengan tatapan yang kebingungan begitupun Ariana dan Pinka. Aku hanya tersenyum dengan paksa, bukan saatnya aku menjelaskan semua kebingungan yang ada di kelapa mereka.

"Ayo silahkan masuk! kalian pasti temen temennya Jaden kan? yang lain udah pada datang," lanjutnya lagi mempersilahkan kami masuk.

Aku dan ketiga sahabatku mengangguk dan tersenyum ramah. Lalu memasuki rumah yang megah bak istana ini.

"BERISIK BANGET ANJIRT LU PADA MENCET BEL!" sambar Ali tiba tiba, yang sedang duduk diatas sofa yang empuk bersama teman-temannya.

Elang menyubit perut Ali, membuat sang mpunya kesakitan, "sakit njir napasi lu!" gerutu Ali pada Elang.

  "Lu anjir yang kenapasi, gasopan ege ada mamahnya Jaden." bisik Elang kesal sembari menjitak kepala Ali.

Ali berbalik menatap kearahku, dia sedikit terkejut setelah melihat ibunya Jaden yang berada disampingku, lalu ia menyengir kuda sembari menggaruk belakang lehernya.

"Hehe, maaf yaa tante. Lagian mereka sih lama, Ali kan jadi bete," ucapnya sembari memasang wajah yang memelas seperti anak kecil.

Menjijikan.

"Najis lu Ali jijik gue!" ucap Elang kesal.

Tante Lili hanya tertawa sembari menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah sahabat-sahabat anaknya itu.

Tiba-tiba Jaden berdiri dengan muka datarnya, "cepet mulai aja masaknya!" ucap Jaden sembari berjalan melewati teman-temannya menuju dapur.

Teman-teman Jaden langsung berdiri dan berlari mengikuti sang pemilik rumah menuju dapur, begitupun aku dan teman-temanku.

________

Aku melihat keseliling ruangan ini, begitu luas dan bersih. Berbeda jauh jauh dengan dapur di istana.
Ditengah ruangan ini terdapat sebuah meja berukuran besar dengan alat-alat untuk memasak yang sepertinya sudah disiapkan oleh ibunya jaden.

Hilman dan teman-temanku langsung memulai ritual memasaknya, ia dengan cekatan mengambil bahan-bahan untuk mereka masak, lalu memasukan satu persatu bahan ke sebuah tempat dan mengaduknya. Ntah apa yang akan mereka buat. Aku lagi-lagi hanya mengikut.

  Ali dan Elang mereka hanya menonton pergerakan Hilman yang sedang sibuk mengaduk, seperti anak kecil yang memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Sedangkan Azam, ahh anak yang satu ini, sedang asyik memandang pergerakan Pinka yang sedang menyaring terigu dengan wajah yang sedikit cemong karna terigu tersebut. Sangat lucu dengan raut wajah seriusnya. Azam sesekali terkekeh tersenyum ketika Pinka menatapnya dan tersipu malu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CASSABELLA { jiwa yang tertukar }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang