Episode|14

3.2K 397 47
                                    

***

"Bapak gak percaya, Bella. Waktu pak Teo bilang kalo kamu abis berantem." ucap bapak tua berperut buncit, seperti orang yang sedang hamil.

Bapak buncit itu duduk dihadapanku, sembari memegangi keningnya yang lebar. Aku diam tak bersuara, lalu menatap Tiara yang duduk disampingku, gadis itu menatap balik, dan melemparkan tatapan tajam padaku. Aku tersenyum miring dan membenarkan anak rambutku, menyimpannya kebelakang telinga.

"Siapa yang mulai duluan?" tanya pak buncit.

Tanpa perhitungan aku langsung menunjuk Tiara, dan sebaliknya pun Tiara menunjukku. Kami saling tunjuk.

   Plak

Aku memukul pelan lengan Tiara, "apa yang kau lakukan? Ini semua salahmu!" ucapku tak terima dengan tuduhannya.

  "Eh mana ada ya! Lo yang duluan jambak rambut gue! Ya berarti lo yang salah!" ucapnya dengan nada sedikit meninggi. Aku pun mulai naik pitam. Marah.

  "Heyy dengar gadis nakal, siapa yang akan terima jika ia disiram dengan minuman dingin? Kau pikir aku akan diam saja jika diperlakukan seperti itu?!" ucapku marah.

Gadis ini benar-benar membuat aku kesal.

  "Sudah-sudah!!! Mengapa kalian jadi pada ribut gini?!" lerai pak buncit, "kita dengarkan saja penjelasan dari para saksi." lanjutnya.

Lalu pak buncit menyuruh pak Teo untuk membukakan pintu ruangan, dan masuklah Hilma-Eh belum sepenuhnya badan pria itu masuk, ia kembali mundur—seperti ada yang menariknya. Tapi tak selang beberapa detik masuklah sekelompok pria—Azam dan teman-temannya. Apakah mereka yang menjadi saksi? Mengapa harus mereka? Dimana sahabat-sahabatku? Mereka yang lebih tahu.

  "Jadi gini pak-"

  "Siapa yang suruh kamu bicara, Ali?" ucap pak buncit, memotong ucapan Ali membuat pria itu bungkam. Azam menyikut lengan Ali, sedangkan Elang melipat bibirnya menahan tawa. Jaden? Ah pria itu masih dengan wajah datarnya.

  "Kalian berada di kantin saat pertengkaran berlangsung, kan?" tanya pak buncit yang langsung diangguki oleh keempat pria itu.

  "Beri tahu bapak siapa yang memulai perkelahian!"

  "Kalo saya sih gak tau pak..." jawab Ali sok serius.

  "Kalo gak tau diem. Lagian bapak tidak akan percaya dengan ucapan kamu! Kamu sering sekali menipu saya." sewot pak buncit.

   "Ck aelah, salah mulu dah gua." ucap Ali dengan wajah amatir sembari menggaruk belakang kepalanya, membuat Elang menutupi mulutnya berusaha sekeras mungkin agar tidak tertawa. Aku tersenyum renyah melihat nasib pria itu, kasihan sekali bukan?

   "Punya dendam apa dah nih pak buncit sama gua?" gumamnya, yang masih dapat kudengar.

  "Kenapa gak liat cctv aja sih pak?" tanya Azam dengan raut wajah bingung. Dan juga... apa itu cctv?

  "Justru itu cctv kantin sedang rusak sejak kemarin." jawab pak buncit,
"jadi siapa diantara kalian ada yang tahu?" lanjutnya, mengembalikan topik pembicaraan.

CASSABELLA { jiwa yang tertukar }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang