"Apa kau mendapatkan berita terkini dari Yan?", Tanya Levi. Tangannya sibuk mengasah pisau andalan nya.
"Aku tidak mendengar kabarnya lagi. Terakhir kali, aku dengar, dia sudah masuk ke pusat medis di Distrik Trost", ujar Farlan.
"Jauh juga, ya"
Levi bangkit dari duduknya, "Dimana Petra?"
"Aku tidak tahu. Setelah masak, aku melihatnya pergi", jawab Farlan.
"Astaga..."
•••
"Oi, kuso gaki. Darimana saja kau?"
Petra berbalik. Ia tersentak kaget sesaat. Ia menyengir.
"Tidak...tadi aku hanya pergi sebentar, untuk lebih mengenal lingkungan baruku", jawab Petra.
"...Levi-san, apa kau ingin suatu hari nanti tinggal di permukaan?", Tanya Petra.
"Itu yang diinginkan semua orang disini. Apa kau sedang rindu?"
"Ya...begitulah. Aku juga rindu ayah"
"Aku tidak melihat mu pulang. Kenapa kau tiba-tiba bisa di atap?"
"Saat aku pulang, aku tidak melihatmu dan Farlan. Jadi aku lebih memilih bersantai disini"
"Apa kau sudah menyelesaikan pekerjaan rumah?"
"Tentu"
"Bagus"
Levi berjalan mendekati Petra dan duduk di sebelah gadis itu.
"Levi-san, saat berjalan-jalan tadi...aku melihat banyak anak kecil yang terlantar. Mereka pasti merupakan korban dari permasalahan orang dewasa", ucap Petra.
Levi diam. Sesaat, ia teringat akan masa lalunya yang kelam.
"Begitukah? Apa kau tidak diganggu oleh para bajingan yang berkeliaran disini?", Tanya Levi.
"Syukur nya sih tidak ada"
"Bagus"
Keduanya hening sejenak. Diam-diam Petra mencuri-curi pandang terhadap Levi. Ia merasa kagum. Petra tidak bisa berbohong bahwa Levi memiliki bentuk wajah yang sempurna dan mata yang tajam. Perlahan-lahan sebuah senyuman tipis muncul. Petra terus memandangi wajah pria itu sampai Levi secara tiba-tiba membalas tatapan Petra. Ia menatap langsung iris hazel gadis itu, membuat Petra kaget dan reflek membuang muka.
"Dasar aneh. Kenapa kau memandangiku seperti mencari mangsa, huh?", Cibir Levi.
"Aku tidak bermaksud apa-apa, sungguh! Apa salah ya aku memandangi mu?"
"Tidak...tapi caramu memandang ku itu berbeda. Lain kali, jagalah pandangan mu itu"
Petra tertohok. Ia mengerucutkan bibirnya kesal.
"Kau jahat!"
Levi menoleh ke Petra. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Petra dan berbisik, "Mungkin".
Petra mematung. Jantung nya berdegup dengan kencang berkat ulah Levi. Dan jangan lupa pipi Petra yang memerah.
Melihat reaksi Petra, Levi tersenyum dan mengusap kepala Petra, "Dasar bodoh", Levi melangkah pergi.
"Dia...dia tersenyum?!", Batin Petra. Ia memegang dadanya. Ia dapat merasakan detakan jantung nya yang sangat cepat.
"Dia benar-benar jahat", gumamnya kesal.
•••
"Oi, kau dari mana saja?", Sahur Farlan.
"Habis mengerjai si bodoh itu", jawab Levi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beyond the Surface [ON PROGRESS]
Fiksi PenggemarPetra mengira kehidupannya akan berakhir saat ia menginjakkan kaki di. salah satu rumah bordil di Kota Bawah Tanah Distrik Stohess. Namun, secercah harapan meneranginya. "Saat pertama kali melihat mu, entah kenapa, hatiku menyuruh ku untuk menghamp...