19

828 106 0
                                    

"Di mana aku? " Ucap jiang cheng, lagi lagi ia terbangun di tempat yang aneh, jiang cheng mendengar suara keributan dari dalam ruangan, lagi lagi jiang cheng hanya membuang nafas kesal, mimpi meyebalkan ini kembali mempermainkannya

Jiang cheng masih tidak mengerti saat tiba tiba ia berada di dalam sebuah ruangan elit, tak jauh dari tempatnya berdiri, terlihat tiga orang pria yang terlibat perselisihan kecil, jiang cheng perlahan mendekat, namun pandangannya begitu kabur, membuatnya kesulitan untuk mengenali orang yang berada di seberang sana,

Jiang cheng perlahan duduk di kursi yang tersedia, ia seperti menonton drama langsung, ia hanya bisa melihat tampa bisa protes apa lagi ikut serta dalam perdebatan ini, jiang cheng sudah mengalami mimpi seperti ini dalam waktu cukup lama, jiang cheng sudah terbiasa,

"Ada apa dengan mu,huan?, tinggalkan dia, hubungan ini sungguh tak pantas, hubungan ini adalah kutukan dan pembawa sial" Ucap seorang pria tua, pada pria yang lebih muda yang kini berdiri di hadapanya

"Aku tidak menginginkan siapapun, hanya dia yang ku inginkan paman"ucap Hu berlutut di hadapan pamanya

" Tidak akan ada yang namanya penolakan, sejak kepergian ayah dan ibu mu, kau dan adik mu adalah tanggung jawab ku, kau bisa mendapatkan wanita yang lebih baik darinya, mengapa harus pria?, kau adalah penerus keluarga, aku sudah memutuskan untuk memindahkan mu keluar negri, aku tidak bisa menerima jalang murahan ini, setelah menyelesaikan pendidikan kau akan ku kenalkan pada putri tuan xian shi "ucap sang paman

"Paman" Namun sang paman hanya mengabaikan ya, berjalan mendekati pria lainya yang berdiri dalam diam sejak tadi

"Kau, segera buang mimpi mu itu, aku tau akal bulus mu, kau bisa mencari wanita yang jauh lebih pantas untuk mu, keponakan ku adalah pria yang suci, aku tak ingin jalan kecil seperti mu merusak moral keponakan ku" Ucap nya

Kepala jiang cheng tiba tiba pusing ia dapat melihat dengan jelas jika pria yang di hina itu adalah dirinya sendiri, ia ingin sekali marah dan berteriak, bagai mana bisa ia jatuh cinta pada seseorang pria, dan knpa ia tak bisa mengingatnya, jiang cheng meraung frustasi, ini semua terasa begitu nyata, hinaan, makin bahkan perasaanya pun nyata, ia jatuh cinta dengan pria yang bernama huan itu, tapi bagai mana ia bisa mengenali pria bernama huan itu, sejak awal wajahnya tak begitu jelas.

Jiang cheng merasakan saat ini ia berada di dalam mobil, dua pria yang berada di depan sana nampak berdebat kecil "tidak huan, tidak ini tidak benar, paman mu pasti sangat khawatir, kau tak bisa meninggalkan keluargamu dan tanggung jawab begitu saja" Jiang cheng dapat mendengar suara itu dengan jelas, ia bahkan dapat melihat bayangan dirinya disana, dengan wajah sembab dan mata yang membengkak akibat menagis

"Ku mohon wanyin, jangan katakan itu, aku akan selalu memperjuangkan mu, aku tak perduli dengan apa yang di katakan dunia,"

"Tidak" Keduanya terlibat perdebatan kecil

"Huan"teriak jiang cheng yang langsung terduduk sembari memeluk lututnya

"A cheng ada apa" Ucap wei Wuxian menerobos masuk ke kamar sang saudara, semenjak keluar dari rumah sakit jiang cheng mengurung diri di kamar, ia tak menerima siapapun, dan bahkan tidak berbicara pada siapapun

"Aku membunuh nya, aku, aku membunuhnya wei Wuxian, aku pembunuh" Ucap jiang cheng mengacak rambutnya,

"Tenaglah A cheng, itu hanya mimpi buruk" Ucap wei Wuxian memeluk tubuh sang saudara, sedangkan lan wangji hanya menatapnya dari ambang pintu, menatap dengan pandangan sendu,

Ia sudah melihat bagai mana keadaan si bungsu jiang ini,

"Aku benar membunuh nya, tapi demi dewa aku tidak sengaja, aku pembunuh" Ucap jiang cheng

"Tenaglah a cheng, kau bukanlah pembunuh, aku percaya itu, kau tenagkan dirimu " Ucap wei Wuxian mengulurkan segelas air

Wei Wuxian beralih mendekati laci untuk mengambilkan obat,

Keningnya mengerut saat melihat beberapa kertas yang di tulis dengan darah, boneka yang di tusuk dan di penggal kepalanya

"A cheng, mengapa kau tak mengatakan hal ini sejak awal, kau menyiksa diri dengan teror ini" Ucap wei Wuxian, ia sangat marah, sang saudara tak pernah terlibat keributan dengan siapapun, lalu di mana asal teror ini, pantas saja keadan jiang cheng semakin hari semakin memburuk, ternyta ada yang berusaha menyakitinya.

Di tempat lain

"Xichen ge, sudah lah kau tak perlu memikirkan nya, dia selalu menyakiti mu" Ucap seorang pria mungil yang kini duduk di hadapan pria yang kini tertunduk

"Aku tidak mungkin bisa melupakan nya A yo, dia sangat berharga dalam hidup ku" Ucap lan xichen lirih

"Mengapa kau tak pernah berusaha melirik ku, aku yang ada di saat kau sedih, saat kau terpuruk dan kesepian, aku yang selalu menemani dalam suka duka mu xichen ge, mengapa kau bahkan tidak bisa melihat besarnya perasaan ku pada mu, aku yang selalu ada untuk mu, bahkan dia hanya bisa menyakiti mu lagi dan lagi" Ucap jin guangyou lirih, ia selalu ada untuk si sulung lan, tapi knpa?, kenapa si sulung lan ini bahkan tak pernah mau tau dengan perasaanya, bahkan si sulung lan ini lebih memiliki menderita asal bersama dengan si bungsu jiang itu

"Jangan bahas itu, A yo," Ucap lan xichen berdiri dan meninggalkan jin guangyou di ruangannya, ia terlalu engan, bahkan sangat enggan untuk membahas tentang persaan, sampai kapanpun ia hanya akan mencintai si bungsu jiang, bahkan saat mau memisahkan ia masih berharap untuk di pertemukan di kehidupan yang akan datang.

"Aku tak akan membiarkan dia mendapatkan mu ge, kau milik ku dan akan selamanya seperti itu" Batin jing guangyou menatap kepergian lan xichen.

Mobil sport biru itu kembali melaju menyusuri jalan raya, setelah beberapa saat mobil itu pun berhenti di depan sebuah gedung yang sangat mewah,

Lan xichen berjalan santai menuju lift dan menekan tombol 5

Tingg

Lift petahana terbuka, lan xichen berjalan menuju apartement yang akan ia kunjungi

"Kakak" Ucap lan wangji pelan saat keduanya bertemu di ambang pintu

"Wangji" Ucap lan xichen pelan,

"Bagaimana keadaan wanyin? " Ucap Lan xichen pelan

"Kakak ipar, akan lebih baik kita bicara di bawah, A cheng masih sangat terpukul" Ucap wei Wuxian pelan

"Kalian, jaga ruangan ini jangan sampai ada yang masuk" Ucap wei Wuxian pada kedua pria besar yang berdiri di depan pintu

Keduanya mengguk faham

Ketiga pria tampan itu beranjak menuju lift

 love Story Xicheng Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang