5.

7.8K 395 4
                                    

Morgan dengan tidak berperasaan nya terus menarik dan menarik tangan Bila mengikut langkah besarnya, membuat gadis itu berjalan terseok-seok.

" Ogan, pelan pelan jalannya" ujar gadis itu. Bahkan sesekali ia menyeka keringat yang membasahi pelipisnya entah karena apa. Yang terpenting saat ini ia merasakan hawa yang sangat menyeramkan di atmosfer keduanya.

" Diem" balas Morgan dingin.

Ia terus menarik Bila menuju mobilnya terparkir. Memasukkan paksa Bila kedalam dan berjalan memutar menuju bangku kemudi
Ia menginjak gas dan detik berikutnya mobil itu pergi menjauh dari sekolah.

Bila semakin keringat dingin. Ia bisa merasakan Morgan yang sangat berbeda. Hawa menyeramkan semakin menguasai dirinya.
Morgan terus menambah kecepatan mobilnya hingga kecepatan yang sangat tinggi membuat Bila memejamkan mata takut.

Ia merapalkan doa sebanyak-banyaknya kepada Yang Maha Kuasa, agar dirinya tidak cepat cepat bertemu dengan-Nya. Apalagi dosanya masih sangat banyak.

Hingga beberapa menit kemudian, mobil Lamborghini hitam putih ini tiba di sebuah pinggiran jalan yang disekitar nya tidak terdapat satu pun perumahan warga. Itu membuat Bila semakin ketakutan.

" Ki-kita dimana Ogan " tanya Bila ketakutan. Ia bahkan terus menerus menggulir bola matanya menelusuri tempat ini.

" Keluar" titah Morgan.

Bila kaget. Keluar?! Keluar kemana? Keluar dari mobil ini?
Nabila menggeleng cepat. Matanya sampai berkaca kaca saat ini

" Bila salah Ogan. Bila salah. "

" Jangan turunin Bila disini Ogan. Bila minta maaf" lanjut gadis itu. Air matanya juga tak dapat terbendung. Ia menangis kecil.

Morgan seolah gelap mata, tetap meminta Bila keluar dari mobilnya.

" Keluar Bila."

" Ogan bila minta maaf. Bila salah "

" Keluar Bil"

" Bi-bila salah jangan turunin Bila Ogan."

" Bila min- "

" KELUAR JALANG!!" teriak Morgan murka. Ia bahkan dengan cekatan membuka pintu mobil Bila tanpa turun dari mobil dan menendang Nabila keluar dari mobilnya. Detik berikutnya ia mengunci pintu agar Nabila tidak kembali masuk.

Nabila mengusap bagian belakang nya yang sangat sakit dan nyeri. Ia tak menyangka Morgan akan setega ini menurunkan nya di tengah jalan di sekitaran hutan dan bahkan dengan tak berperasaan menendang dirinya dari Mobil.

Bila berdiri kemudian mengetuk kaca mobil Morgan

" Jangan tinggalin Bila"

" Buka Ogan. Bila minta maaf"

" Bila salah Ogan. Jangan tinggalin Bila sendiri"

" Ogan buka!!"

" Bila takut Ogan"

Merasa bosan mendengar teriakan Bila, Morgan menginjak pedal gasnya dan pergi meninggalkan Bila. Bila yang belum sepenuhnya menjauh dari mobil akhirnya terseret kecil karena berusaha menghentikan mobil Morgan.

Nabila menangis meraung-raung. Ia bahkan melupakan sakit yang ada di bagian belakang tubuhnya akibat jatuh dari mobil karena tendangan Morgan. Ia berdiri kemudian melirik lututnya yang terluka mungkin akibat dirinya yang terseret dan mengenai aspal yang kasar ini.

Nabila berdiri, ia bahkan tidak tau dimana dirinya sekarang.
Ia sungguh takut. Sungguh.

" Bundaa, Ayahh,, Bila takut" lirih Bila memprihatinkan.

Gadis itu memutuskan berjalan sedikit mengikuti jalan lurus. Namun karena terlalu lelah, ia memutuskan untuk diam di bawah Pohon Cemara tinggi yang berjejeran di tepi jalan itu.

Tangisan pilu Bila membuat siapa saja bagi yang mendengar nya merasakan sakit yang dirasakan Nabila.

Gadis itu tak bisa berpikir jernih. Pikiran negatif mulai menyerang otaknya. Bahkan ia sudah membayangkan dirinya dimakan hewan buas atau pun berjumpa dengan bandit-bandit di jalanan sepi ini.

Mengapa Morgan tega sekali meninggalkannya disini. Bila tak habis pikir. Bahkan otaknya ngeblank untuk berpikir sekarang. Ia hanya menggumamkan kata 'Ayah' dan 'Bunda' nya dengan lirih.

" Ayah.. Bila sakit Ayah" Cicit gadis itu. Ia terus mengeluarkan air mata nya.

" Bila sendirian Bunda. Bila takut" lanjut gadis itu masih dengan bercicit. Ia bahkan sudah merasakan hawa dingin yang menyentuk kulitnya. Bayangkan saja, saat ini sedang mendung. Ia bahkan tak sempat makan siang.

Jalanan memang masih terang. Karena belum Maghrib. Ini masih siang hari. Tetapi cuaca seolah tak bersahabat dengan Bila saat ini.

Keadaan dengan masih menggunakan seragam sekolah, cuaca mendung, angin yang bertiup kencang, jalanan yang sangat sepi, dan juga tak terdapat perumahan warga satupun.
Bila mengusap kedua lengannya berusaha menyalurkan kehangatan.

Ia mengedarkan pandangannya menyelusuri tempat penuh pepohonan ini. Berulang ulang kali air mata nya terus mengucur deras. Meratap nasib buruk yang menimpanya setiap hari.

3 jam lamanya, Bila duduk dibawah pohon Cemara ini. Dan satupun tidak ada kendaraan yang melintas di jalan ini. Hal itu membuat harapan harapan yang sempat menyerang benak Bila seketika buyar. Ia meratapi langit yang tiba tiba menurunkan air matanya. Alias Hujan.

Bila semakin ketakutan, apalagi mendengar suara hujan deras disertai petir, dan juga suara binatang yang entah bagaimana wujudnya.

" Selamatin aku ya Tuhan" tutur Bila sambil terus berdoa. Ia tak henti henti nya terus berdoa kepaa-Nya.

" Bunda.. Lindungin Bila "

" Ayah, ayah dimana??".

" Bila takut ayah " lanjut Bila sesenggukan.

Tangis nya bercampur dengan suara derasnya hujan menerpa tanah, membuat suara tangis gadis itu teredam suara hujan

***




H'hwappy R-readwingg

My Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang