21

5.1K 293 7
                                    

Haii hai..
Balik lagi sama cerita gajelas ini
Masih ada yang nungguin ga sih?
Oh gadak? Ok

Jangan lupa vote dulu yyaa
Biar aku semangat buat lanjut cerita ini
Banyak sih yang sudah terancang di otakku, tapi kurang tau ngungkapin nya dengan kata kata 🤗
Maklum, penulis amatir
Yaudah kita lanjut baca skuyy

***

Author POV

Morgan mengernyitkan dahinya. Nomor tak dikenal lagi. Selalu saja banyak pesan dari nomor yang sama di wa Morgan. Dan apa ini? Ancaman lagi? Apa ini ada hubungannya dengan gadisnya? Lagi?

Morgan mengacak rambutnya kasar. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 1 lewat. Ia tengah duduk di ruang tamu dengan menunggu Nabila pulang dari mall.

Flashback on

" Yammi, Bila belum izin sama Morgan. Itu juga Morgan gabakal izinin bila. " Ujar gadis itu dengan lesuh. Yammi mendelik, ia menatap Nabila yang memandang nya dengan tatapan polos.

" Entar gua izinin"

"T-tapi gimana kalo Ogan gak izinin?" Tanya Bila khawatir.

Yammi menghela nafas. Nabila ini terlalu penakut apa bagaimana. Tidak mungkin Morgan menekan Nabila hingga tidak boleh kemanapun tanpa laki laki itu. Yammi menyentuh pundak Nabila, merangkul nya seraya tersenyum lembut.

" Entar Yammi yang bantuin ngomong sama Morgan" tutur Yammi membuat Bila menghela nafas leganya. Tapi tidak bertahan lama. Ia masih ragu apakah Morgan akan mengizinkan pergi atau tidak.

Disaat yang bersamaan juga, diujung lorong bisa terlihat Morgan dan ketiga sahabat nya yang berjalan dengan gagahnya,,Ehkm..ralat-!!! Hanya Morgan dan Tommy, sedangkan kedua lelaki lainnya asik mengganggu yeoja-yeoja yang berlalu lalang di sekitar mereka.

Morgan menatap fokus ke objek di depan nya. Ia bisa melihat bagaimana raut wajah Nabila yang terlihat sedikit gugup? Morgan bisa melihat itu.
Morgan mempercepat langkahnya membuat Nabila kian berkeringat. Ia menundukkan kepalanya. Memilin milin ujung bajunya guna menetralisir rasa takutnya.

Yammi yang melihat Morgan sudah di depan mata, melambaikan tangannya dan menggerakkan tangannya menyuruh Morgan untuk mendekat.
Morgan telah berdiri dengan tatapan datarnya di hadapan Nabila. Yammi mengambil ahli pembicaraan membuat lelaki jangkung itu menoleh ke arah Yammi.

" Gua sama Nabila mau izin" ucap Yammi. Nabila semakin gugup. Ia tidak berani menatap Morgan.

" Ke?"

" Jalan-jalan aja. Sore ini"

" Ke mana?"

" Ck, jalan jalan budeg! Gimana sih" sarkas Yammi membuat Morgan menatap tajam gadis itu.

" Tujuan utama?"

" Mall, maybe" jawab Yammi sambil melirik Nabila yang hanya diam. Morgan juga mengubah arah pandang nya menjadi menghadap Nabila. Memegang dagu gadis itu, membuat Nabila menatap wajah Morgan. Morgan bisa melihat aura ketakutan yang dipancarkan gadis itu dari manik matanya. Morgan mengusap pipi gadis itu lembut.

" Mau kemana?"

"K-ke ma-mall" jawab Nabila gugup. Morgan diam. Ia sedikit menyunggingkan senyum nya.

Ia mengusap kepala Nabila "Jangan lama lama. Batas jam 10 malam. " Tutur Morgan membuat Nabila menatap lelaki itu terkejut. Apakah ini benar-benar Morgan-nya? Atau orang lain yang menyamar menjadi kekasihnya? Tapi Nabila beruntung. Baru kali ini Morgan mengizinkan nya pulang semalam itu. Mengetahui dirinya pulang pukul 9 saja sudah mengamuk.

" Beneran?!" heboh Nabila dibalas anggukan kecil oleh Morgan. Nabila tersenyum kemudian menatap Yammi yang ikut tersenyum. Nabila memeluk yammi erat. Morgan yang melihatnya hanya diam dan detik berikutnya pergi meninggalkan Nabila dan Yammi. 

Flashback Off

***

Morgan mondar mandir bak strikaan dengan ponsel di telinganya. Ia menggeram kala hanya mendengar suara operator yang menjawab. Ia mencampakkan ponselnya ke sofa.

" Lo dimana anjing! Jangan buat gua khawatir!" Batin Morgan marah. Di kepalanya sudah banyak sekali bayang bayang keadaan Nabila yang negatif
Ia tidak bisa tenang.

Morgan memutuskan untuk menelpon Yammi saja. Panggilan pertama tidak dijawab hanya berdering. Morgan tak menyerah, panggilang kedua juga mendapat kan hasil yang sama. Dan untuk terakhir kalinya Morgan menelpon Yammi, dan yaah panggilan tersebut tersambung.

" Dimana? Ini udahtelat!"sarkas Morgan. Yang diujung telepon sana tak menggubris. Hanya ada suara isakan membuat Morgan mengernyitkan dahinya bingung.

" Yammi. Lo kenapa? Nabila mana?"

" M-maaf,,hikss maaf" isakan itu terus terdengar membuat Morgan semakin dilanda ketidaktenangan.

Morgan berdecak "Kasih telponnya ke Bila" tegas Morgan .

" Maaf Mor,, hiks,, na-nabila kecelakaan,hikss..hikss" Morgan diam membeku. Apa telinganya tidak salah dengar? Gadisnya? Kecelakaan? Gadis nya kecelakaan?

Morgan menggeram "MAKSUD LO APA?! DIMANA NABILA" terik Morgan membuat Yammi di ujung sana kaget setengah mati.

" Di rumah sakit Vascola"

Morgan mematikan sepihak telepon nya. Ia bergegas lari ke lantai atas mengambil kunci motor dan juga jaketnya. Ia turun dengan cepat dan tepat saat Morgan berdiri di ambang pintu, ia bisa melihat sepucuk surat yang terdapat sedikit bercak darah disana. Morgan dengan cepat membuka kertas itu. Matanya membulat dan tangganya mengepal erat. Apa apaan ini. Teror ini semakin menjadi jadi.

" Ini masih awal. Jangan senang dulu. Gua bakal bikin Dia menderita! Gua udah dapat darahnya. Lo bisa rasaain darah orang yang Lo sayangi di kertas itu. Selamat malam bastard! "


***

Sampai sini dulu yyaa

Aku banyak tugas,, jumpa di part selanjutnya

🧚‍♂️🧚‍♂️

My Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang