12

6.1K 289 1
                                    

Morgan dan teman temannya tengah berada di kantin saat ini. Semua anggota Aqiras yang berada satu sekolah dengan Morgan seolah memenuhi kantin ini.

" Bim.. Bim.. Ada Lili tuh" Prima menyenggol lengan Bimo yang asik menyeruput es teler nya. Lelaki yang dipanggil mendongak. Menatap ke arah telunjuk Prima yang tertuju kepada seorang gadis dengan tampang seperti preman pasar.

Bimo menyunggingkan senyum menyebalkan nya
" Ehk ada neng Lili. Samperin ahk" Bimo dengan excited nya berdiri dari duduknya kemudian berjalan menghampiri meja dimana gadis bar-bar itu duduk.

Bimo berdehem singkat setelah sampai di hadapan Lili.
Lili melirik Bimo sekilas, kemudian kembali fokus kepada benda pipih di tangannya.

" Assalamualaikum cantik" sapa Bimo dengan senyum lebarnya

" Hm. Wa'alaikumsalam" jawab Lili sekenanya. Ia sebenarnya malas meladeni lelaki di hadapannya ini. Tapi jikalau bukan sapaan sopan lelaki itu. Jangan berbicara, menatap saja dia enggan.

" Neng Lili sendiri aja nih?" Tanya Bimo basa basi. Berusaha mencairkan suasana awkard ini

" Punya mata. Fungsiin dengan baik" tutur Lili tanpa mau menatap Bimo.

" Heheh sendiri aja nih. Babang Bimo temenin mau?" Tawar Bimo mencoba bernegosiasi. Lili menghela nafas kasar. Ia menatap Bimo dengan tatapan datarnya.

" Gue. Mau. Sendiri" ucap Lili penuh penekanan. Bimo menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia tidak biasanya semati kata ini untuk mengait hati seorang wanita. Biasanya hanya dengan kedipan matanya, para gadis sudah kejang-kejang ditempatnya. 

Bimo melirik ke arah Prima yang menginstruksikan dirinya agar duduk di kursi hadapan Lili melalui gerakan tangan dan juga mulut.  Bimo melotot seraya menggeleng. Ada ada saja. Bisa diamuk dirinya entar. 

Prima terus mendesak dan memelototi Bimo untuk duduk di bangku itu. Bimo menggerutu dalam hati. Prima enak tinggal nyuruh doang. Lah dia?? Kagak tau habis duduk bakal ditendang atau diapakan dirinya ini. Kedua pria itu masih saja berkomunikasi dengan bahasa bibir. Akhirnya Bimo pasrah, ia mendaratkan bokong nya di hadapan Lili. Lili melirik sekilas Bimo. Ia mendengus sebal. Lelaki dihadapannya ini sangat bebal sekali.

" Ngapain sih Lo?!" Sarkas Lili menatap Bimo yang tersenyum lebar.

" Ngeliatin Lo lah" jawab Bimo enteng membuat Lili menggeram di tempat nya.

" Gue  ga suka dilihatin" ketus Lili.

Bimo mengedikkan bahunya acuh "Tapi gue suka. Gimana dong?" Tanya Bimo mengedipkan satu matanya membuat Lili ingin sekali mencongkel manik mata berwarna biru laut itu.

" Lo kok nyebelin banget sih?" Gerutu Lili frustasi. Lelaki ini gencar sekali mendekatinya. Tidak di koridor, depan toilet, berpapasan di jalan, atau dimana pun. Lili sampai pusing sendiri melihat aksi dari lelaki ini. Kurang belaian apa bagaimana, hah?

Bimo tersenyum saja " Nyebelin gini Lo pasti sayang kan?" Ujar Bimo dengan pede nya. Lili melotot tak terima. Apa-apaan. Ia akui lelaki ini memang tampan. Rambutnya yang tebal, bibir tipis, kulit bersih bebas jerawat, dan salah satu kunci Bimo bisa menarik perhatian gadis gadis adalah manik mata lelaki itu yang berwarna biru laut. Sangat tenang jika dipandang selama apapun.

" Pede gila lo. Jauh jauh sono ihk" Lili mendorong wajah Bimo yang sangat dekat dengan wajahnya. Bimo ber-smirk kemudian menjauh kan wajah nya dari Lili.

" Jangan galak galak neng. Jangan salahin babang kalo Eneng kepincut sama Abang nantinya yah." Setelahnya Bimo berdiri dan pergi meninggal Lili yang memaki dirinya dan mengumpati Bimo.

***

Nabila mengusap peluh di dahinya. Ia melirik jam tangan yang bertengger di tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang. Artinya jam pulang sekolah sudah berakhir sejak setengah jam yang lalu. Bahkan sekolah sudah sepi sejak 15 menit bel berbunyi.

" Ogan kemana yah" gumam Bila. Ia terus menatap sekitar yang semakin lama semakin sepi. Yang tersisa hanya anak anak ekstra dan juga anggota Osis yang ada keperluan sekolah.

Bila menggerutu dalam hati. Ia sudah menunggu lelaki itu sejak tadi. Tapi lelaki itu sama sekali tak menunjukkan batang hidungnya. Bila menepi. Ia duduk di pinggir parit di depan gerbang. Diatasnya ada pohon rindang untuk melindungi kepalanya yang terpapar sinar matahari sejak tadi.

" Bila" panggil seseorang membuat Nabila mendongak. Ia menatap Aslan yang berdiri di hadapannya. Bila spontan berdiri kemudian tersenyum.

" Aslan ngapain?" Tanya Bila lembut.

" Ada tugas yang belum selesai tadi. Kamu kok belum pulang?" Tanya Aslan. Bila seketika murung. Tapi kembali tersenyum tipis menatap Aslan.

" Lagi nunggu seseorang. Ehkmm.. Aslan mau pulang yah?"

Aslan mengangguk " Iya. Bila mau ikut?" Tanya Aslan. Ia sedikit prihatin melihat Bila yang sendiri menunggu di depan gerbang panas panas begini.

" Ta-tapi.."

" Aslan ada motor kok. Tapi ga bagus-bagus banget" jelas Aslan membuat Bila sedikit terkekeh.

" Bukan masalah itu. Bila takut kena marah sama Ogan." Tutur Bila. Ia merasa tak enak pada Aslan. Dirinya bukan tak ingin nebeng. Ia takut Morgan akan mencari nya nanti jikalau ia pergi dengan Aslan.

Aslan mengernyit " O-ogan siapa?" Tanya Aslan memastikan.

" Morgan. Pacar Bila" Pipi Bila bersemu. Ia merasa sangat senang mengakui bahwa ia kekasihnya Morgan.

" Oh. Jadi kamu gamau bareng aku?" Tanya Aslan lagi.

Bila menggeleng kecil "Bukannya gamau. Tapi Bila udah nunggu seseorang. Lain kali aja yah Lan." Ucap Bila tak enak hati.

" Serius nih?" Tanya Aslan kembali .

Bila mengangguk lagi " Yakin nih? Aslan bisa kok--" ucapan Aslan tergantung dengan kehadiran seorang lelaki yang tiba tiba menarik tangan Bila dan menempatkan gadis itu disampingnya. Bila terkejut bukan main. Ia sama sekali tidak menyadari hadirnya Morgan disini.

" Gue masih punya kendaraan buat nganter cewe gue" tutur Morgan dingin. Tatapan mematikan nya ia hunuskan kepada Aslan. Aslan hanya menunduk diam. Tangannya bergemetar takut.

" S-saya ga-gak bermaksud jahat kok. Nab-nabila.. Aslan pergi dulu yah" ujar Aslan kemudian menaiki motor vespanya meninggal Morgan dan Bila berdua.

Bila menatap kepergian Aslan kemudian kembali menatap kearah Morgan yang juga tengah menatap dirinya.
Bila menelan salivanya susah payah. Ia takut Morgan akan kembali kasar padanya setelah kejadian tadi.

" T-tadi..Di-dia "

" Diem!" Tegas Morgan membuat Bila kicep. Ia tak bergeming sama sekali. Badannya seolah menyuruh nya untuk diam saja.

Morgan menarik tangan Bila, Dimana mobil Ferarri nya terparkir. Ia membuka pintu penumpang kemudian menyuruh Bila masuk. Bila dengan cepat masuk kedalam Mobil. Ia tak menyadari tangan Morgan yang berada diatas kepalanya guna menghindari kepala gadis itu agar tidak kejedot.

Morgan menutup pintu, kemudian berjalan memutari mobil menuju kursi penyetir. Morgan menyalakan mesin dan tidak lupa lagi sebagi penghias keheningan di dalam mobil.

Mobil Morgan dengan cepat meninggalkan lingkungan sekolah dan membelah jalan ibukota tanpa diiringi percakapan apapun antar keduanya.

***

See you soon-!!

My Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang