15

5.8K 333 5
                                    


Hai.. hai
Balik lagi sama aku nih..
Gimana ada yang kangen gak?:)
Gadak?:)
Gapapa.. gapapa..
Btw jangan lupa vote dan komentar nya yah:)
Jangan kesehatan semuanya:))
>3

-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-


Kini Nabila hanya diam di atas kasur dengan ponsel di tangannya. Rasanya bosan sekali berdiam diri seperti ini. Jika ditanya, Morgan dimana? Nabila saja tidak tahu. Jangankan memberitahu kemana lelaki itu pergi sehabis pulang sekolah, pulang saja ia tadi sendiri. Terkadang Bila berpikir untuk menyudahi hubungan yang tak ada faedahnya ini. Tak ada keterbukaan satu sama lain. Ehkm.. bukan satu sama lain, melainkan Morgan saja yang tak pernah terbuka dengan nya.

" Gabut banget" gumam gadis itu. Ia melempar asal ponsel berlogo apple itu di atas kasur. Ia berdiri. Ia menatap kearah jendela. Entah bagaimana, kakinya ingin melangkah ke arah sana.

Nabila berjalan ke arah jendela, kemudian membukanya dan keluar menuju balkon. Ia menyangga tangganya di pinggiran balkon. Menatap ke arah langit yang tampak indah.

" Ayah, Bunda.. Nabila kangen" lirih gadis itu. Ia selalu berkhayal bisa berjumpa kembali bersama orangtuanya.

" Bila sendiri ayah. Bila sakit disini. Bila capek" keluh gadis itu, masih dengan netranya yang terus melihat ke arah langit.

Nabila menunduk. Berusaha menahan air matanya. Ia tidak mau ayah dan bundanya bersedih diatas sana karena keegoisan dirinya.

Nabila kembali masuk. Saat akan berbalik, tak sengaja ia melihat silloute yang ada di dekat pohon besar di depan rumahnya. Mata gadis itu memicing. Mencoba mencari tahu siapa dia balik silloute itu.
Detik berikutnya matanya membola kala seseorang yang memiliki silloute itu melemparkan sebuah batu kecil yang dibalut dengan kertas putih. Nabila mencoba teriak memanggil satpam yang biasanya berjaga di pos.

Nabila keluar dari balkon dan berlari menuju keluar rumah. Saat di depan pintu ia bisa melihat batu yang seseorang lempar tadi. Ia membukanya. Seketika dirinya berkeringat dingin. Siapa yang berani meneror dirinya seperti ini. Ia juga tidak yakin apakah ini memang teror atau hanya orang iseng saja?

Nabila masuk kembali. Ia duduk di sofa dengan kertas teror yang masih digenggamnya. Dirinya mencoba untuk tenang. Apa maksud orang itu mengirimkan nya pesan tak jelas seperti ini. Sudah begitu, ia juga tak tahu sebenarnya ini apa. Yang ada di kertas hanya deretan angka angka yang tak jelas. Dan satu lagi ada darah kering di kertas tersebut.

Nabila mengusap dahinya pening. Kenapa setiap harinya ada saja masalah. Kurang baik apa dirinya sehingga memiliki musuh?? Pusing sendiri mikirin hidup. Batin Nabila.

Ceklek

Nabila menoleh ke arah pintu yang terbuka dan menampilkan lelaki yang menjulang berdiri di bibir pintu. Nabila berdiri. Ia tergopoh gopoh menuju ke arah Morgan yang tampak berantakan. Sudut bibirnya yang sobek, luka di beberapa bagian wajahnya membuat rasa khawatir gadis itu menguap

" Kenapa bisa gini?"

" Laki" jawab Morgan

" Iya Bila tau Morgan laki-laki. Tapi Bila nanya kenapa mukanya bonyok begini?" Tanya Nabila yang masih tak mengerti jawaban lelaki itu.

" Biasa. Laki laki" akhirnya Bila mengerti. Ia menarik Morgan menunju sofa yang ia duduki tadi.

" Duduk sini. Jangan kemana mana " titah Bila galak kemudian berlari menuju dapur untuk mengambil kotak P3K. Saat Bila berlari, ia tak sengaja menjatuhkan kertas itu membuat Morgan melirik sekilas kertas itu. Nabila yang merasa seperti ada yang jatuh melihat kebelakang. Detik kemudian ia merebut paksa kertas yang belum sempat di lihat oleh cowok itu.

Morgan menatap Nabila sengit "Kertas apa?" Tanya Morgan mengintimidasi.

Nabila berusaha setenang mungkin. Ia memutar otak dangkal, berpikir jawaban apa yang dapat ia berikan kepada Morgan

" Surat dari Yammi. Katanya Gaboleh ada yang baca. Privasy katanya." Alibi Bila. Ia dengan cepat kembali menuju dapur. Morgan mengangguk saja.

Lelaki itu membaringkan tubuhnya. Nabila datang dan duduk bersila di samping tubuh Morgan. Ia mengeluarkan kapas dan obat merah. Ia mengobati Morgan dengan telaten. Morgan menatap wajah bila yang berada di atasnya. Wajahnya yang penuh kekhawatiran dan juga polos membuat Morgan merasa tidak enak sudah terluka begini

" Udah. Ogan mandi habis itu makan yah" tutur Bila setelah menutup kotak P3K nya. Ia kembali menyimpan kotak itu dan menyiapkan makan siang untuk Morgan. Morgan berdiri dari duduknya dan melangkah menuju kamar untuk membersihkan dirinya.

***

" Apakah gadis itu sudah menerimanya?" Tanya seseorang bertudung hitam dengan masker hitam di wajahnya. Kedua manusia itu berbincang di sebuah lorong yang gelap. Bahkan tak ada cahaya sedikitpun.

" Saya pastikan sudah tuan. Gadis itu bahkan sudah melihat isi surat itu" jawab si Dia

Lelaki itu tampak menyeringai. Walaupun dalam kegelapan, ekspresi puas lelaki itu kentara sekali. Ia mengeluarkan segepok uang dari sakunya dan Langsung memberikan nya kepada Si Dia. Dia tersenyum melihat uang yang ada di dalam amplop. Detik berikutnya ia pergi meninggalkan seseorang tersebut dikegelapan.

" Let's play little baby" gumam seseorang itu dengan senyum yang tak dapat diartikan. Ia meninggalkan tempat mereka berinteraksi tadi. Setelahnya, seseorang itu tak tampak lagi.

***

" Aduh ini artinya apa sih" ucap Bila frustasi. Ia sudah mencoba untuk menggali informasi yang mungkin ada di balik deretan angka angka aneh ini. Bahkan Nabila sudah berusaha men-searching di gugel untuk mematahkan teka teki angka ini.

" Nabila kan dongok. Dikasih begini an yang ada Bila depresot dong" gerutu gadis itu. Ia meletakkan kertas itu di atas nakas dan berbaring di tempat tidur. Matanya menatap ke arah plafon. Menerawang dan memikirkan kembali maksud dari teror itu. Nabila memejamkan matanya. Ia berharap, bahwa ini semuanya hanyalah keisengan orang orang atau bocil bocil tetangga nya.

Tapi.. "Aishh.. Stres banget" ucap gadis itu dan akhirnya tertidur dengan pikiran pikiran nya yang sumpek. Disaat Nabila sudah tertidur, seseorang membuka perlahan pintu gadis itu. Mengamati wajah mulus yang tertidur damai itu. Indah sekali dipandang.

***

See you soon-!!

My Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang