11

6.7K 323 11
                                    

Seorang gadis tengah asik memasak makanan di dapur. Celemek motif bunga yang dikenakannya dan juga hotpants yang membalut bawahnya menambah kesan seksi di mata pria yang sedari tadi menontoninya diam diam.
Terkadang ia merasa, bahwa ia adalah salah satu laki laki yang beruntung mendapatkan kekasih seperti gadis di hadapannya ini.

" Masak apa?" Tanya Morgan kemudian melingkar kan tangannya di pinggang Bila. Memeluk gadis yang baru saja pulih itu dengan tulus. Menghirup aroma bayi yang terkuak dari leher putih itu.

Bila tersentak kaget. Jantungnya berdetak sangat cepat. Entah mengapa ia merasakan bahwa hari ini Morgan terlihat sedikit.. romantis -?? Mulai dari dirinya pulang dari rumah sakit. Morgan merawatnya dengan amat baik. Bahkan Bila sampai bersemu hanya karena tingkah laku manis lelaki itu. Bila bingung. Sebenarnya Morgan tulus merawat dirinya atau hanya sekedar merasa bersalah??

" A-anuu,, ehkm,,.nasi goreng " jawab Bila terbata bata. Ia gugup setengah mati. Bahkan dia tak berani bergerak sedikit pun dari posisinya. Badannya seolah mati rasa. Ia bergerak tak nyaman saat ini. Seolah dirinya terhipnotis yang mengontrol tubuhnya untuk tidak bergerak.

" Don't be tensed dear " lirih Morgan berbisik di telinga Bila. Bila meremang. Bulu kuduk nya berdiri. Entah mengapa ia merasa agak takut dengan perlakuan romantis dan lembut lelaki di belakang nya itu.

Bila berdehem " Bila mau mindahin masakannya dulu. Ogan bisa geseran dikit, gak?" Tanya gadis itu. Ia berusaha menormalkan bahasanya. Walaupun di dalam hatinya, ia selalu merasa ketakutan kala berbicara dengan Morgan. Apalagi menatap mata elang milik lelaki itu.

" Aku yang akan mengambil wadahnya. Kau diam saja disitu" kemudian Morgan mengambil wadah untuk nasi goreng itu dan membawanya kehadapan Nabila.

" Ini" Bila mengambil wadah tersebut sedikit bergetar. Entah mengapa reflek tubuhnya seperti itu. Padahal ia sudah bersusah payah agar terlihat biasa saja.

" Cepat lah bawa ke meja. Aku sudah lapar" rengek Morgan seperti anak kecil membuat kening Bila berkerut. Ada apa dengan lelaki itu saat ini? Apakah saat bangun tidur tadi, lelaki itu kejedot pintu? Atau ini bukan Morgan-?!!

Bila mengetuk kepalanya pelan " Singkirkan pikiran bodoh mu Nabila" batin gadis itu. Kemudian ia meletakkan nasi itu di meja disusul dengan Morgan yang duduk anteng di meja makan. Ia mengambil piring dan menyendok kan nasi itu di piring lelaki itu.

Bila juga tak lupa mengambil bagian nya. Keduanya makan dengan hening. Itu memang sudah ketetapan Morgan. Dilarang berbicara saat makan.

Setelah beberapa menit, keduanya selesai dengan sarapan pagi. Bila berdiri. Ia hendak mengambil piring kotor dan mencucinya. Namun terhalang.

Tangan berurat itu tiba tiba saja mencekal tangan Bila. Bila menatap Morgan sekilas.

" Gausah dicuci. Entar telat. Ayo" Morgan menarik tangan Bila. Bila yang tengah bingung, dengan cepat meraih tas nya dan mengekori Morgan dari belakang.

Keduanya keluar dari rumah dan masuk kedalam mobil Ferarri milik Morgan. Mobil tersebut melaju membelah jalan ibu kota. Selama diperjalanan, hanya alunan musik yang menemani dan menghidupkan suasana di mobil. Morgan yang fokus menyetir dan Nabila yang asik melamun.

Keduanya sampai di sekolah tepat waktu. Bila turun dari mobil disusul oleh Morgan. Keduanya menjadi pusat perhatian. Ada yang iri, baper dan ada juga yang bodo amat.

"Belajar yang bagus. Tunggu di gerbang sepulang sekolah"

Morgan kembali berucap dengan dingin dan jangan lupakan wajah datarnya. Bila mengerjapkan mata berulang kali. Kenapa sifat lelaki itu berubah lagi. Datar dan dingin kala menatapnya. Morgan melongos pergi meninggalkan Bila di pintu kelas gadis itu. Nabila menghela nafas pelan. Mungkin ada yang tengah dipikir kan oleh kekasihnya itu. Begitulah pemikiran positif Bila saat ini. Gadis itu masuk kedalam kelas dengan senyumannya.

***

Yammi , Nabila, dan Fasya memutuskan untuk tidak ke kantin hari ini. Ketiganya berencana untuk mengunjungi perpustakaan. Entah setan baik mana yang menghasut  mereka hingga mau menapakkan kakinya di tempat Kramat bagi anak malas seperti mereka bertiga.

" For the first time aing kesini mah" ujar Fasya yang asik memperhatikan sekelilingnya. Jika dipikir-pikir, dirinya bisa dihitung jari mengunjungi perpustakaan ini.

" Udah udah ayok. Jangan bising. Diomelin entar" ujar Yammi kemudian menarik kedua temannya untuk duduk di pojokan. Ketiga berpencar. Mencari buku yang akan dibaca masing-masing.

Nabila menelusuri lorong demi lorong deretan buku di perpustakaan ini. Banyak sekali jenis buku yang ada. Dari pelajaran hingga ke novel novel yang berjejer rapi. Nabila menelisik judul per judul setiap buku. Mencari judul judul buku yang Menarik untuk ia baca.

Nabila bukan tipikal cewe yang polos tapi pintar melainkan Nabila tergolong gadis polos dan juga tidak pintar. Garis bawahi-!!

TIDAK PINTAR!! BUKAN BODOH

Bila akhirnya menemukan buku novel dengan genre Horor Polos polos begini, ia tak se parno itu perihal makhluk halus atau seperkawanannya.. Malah dirinya merasa tertantang bila menonton atau membaca film atau buku ber-genre horor.

Ia mengambil buku itu, buku yang letaknya agak tinggi. Bila berjinjit untuk meraih buku itu. Hampir menyentuh buku itu, sebuah tangan lain berhasil meraih buku itu membuat Bila geram. Ia menatap seorang pria dengan banyak buku ditangannya.

" Eumm, bo-boleh a-aku ambil buku ini?" Tanya pria itu sambil menunduk. Bisa dikatakan pria ini sedikit... nerd?
Ya seperti nya begitu. Dari kacamata bulat yang bertengger di matanya, kancing baju yang sepertinya hampir mencekik leher pria itu, dan juga baju seragam yang dimasukkan ke celana, dan terakhir... Buku buku tebal di tangan kanan nya.

" Ambil aja. Aku bisa cari buku lain kok" tutur Bila sambil tersenyum. Ia bisa menilai lelaki ini anak yang cukup culun.
Lelaki itu tersenyum canggung kemudian menyatukan tangannya berterimakasih.

" Terimakasih." Lelaki itu hendak berbalik dan pergi.

Bila menahan lengan pria itu. " Boleh aku tau siapa namamu?" Tanya Bila . Ia juga tidak yakin lelaki itu mau memberitahu dirinya namanya atau tidak..

" B-boleh. Namaku A-aslan" tutur Aslan terbata bata. Ia masih sedikit gugup untuk berinteraksi dengan orang baru. Tepatnya sedikit takut. Ia tidak pernah memiliki teman sejak ia masuk sekolah.

" Namaku Nabila. Kamu bisa panggil aku bila. Semoga kita bisa berteman baik yah." Bila mengulurkan tangannya. Aslan dengan ragu menjabat tangan Bila.

" Aku permisi dulu" Setelah nya Bila berpamitan untuk pergi. Aslan hanya mengangguk mengiyakan. Ia tersenyum melihat punggung gadis itu yang semakin jauh semakin menghilang.

***

" Bagaimana?" Tanya seseorang kepada pria dihadapannya

" Berjalan sesuai rencana" jawab pria itu sambil tersenyum smirk.

Seseorang itu mengangguk. Ia menyesap barang berbahan nikotin itu. Menghisap kuat kemudian menghembuskan asap yang sangat tak sedap di hirup oleh sekitarnya.

" Jangan sampai kau terjebak oleh gadis itu" ingat seseorang itu tegas. Bahkan tatapan matanya menyiratkan penegasan.

" Tenanglah..Aku hanya ingin bermain dengannya. Dan terutama.." gantung pria itu. Ia menerawang memory memory lama yang sangat menyesakkan bagi dirinya.

" Balas dendam" lanjut pria itu kemudian tertawa sinis.


***

See you soon-!!

My Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang