T i g a

383 58 160
                                    

Marahlah. Namun dalam diam. Jangan jadikan ucapanmu ketika marah menyakiti siapapun yang mendengarnya.

______-______-_____

"Yaiyalah, lo pikir hotel?" tanya Lana yang kemudian duduk di ranjang yang entah milik siapa.

Zefa meletakkan kopernya di dekat nakas kecil dan duduk di ranjang yang satunya.
Mengedarkan pandangan dan nampak risih dengan keadaan.

"Aduh, ini kasur isi apaan si?" tanyanya menatap berang kasur berukuran queen size itu. "Gaada isinya kayanya nih," gumamnya. Dia kembali mengedarkan pandangan, lalu merutuk sesekali mendumel sebal.

"Gedean juga kamar gue di rumah," gerutunya pada Lana.

"Yaudah si, terima aja." pungkas Lana yang terlihat biasa. Gadis itu melirik sebentar,, "gue balik ke kelas," pamitnya yang hendak pergi.

"Gue?" tanya Zefa menunjuk dirinya.

"Lo beda kelas sama gue, gapapa. Lagian sebentar lagi istirahat, mereka balik kalo udah," jelas Lana yang paham kekhawatiran sepupunya.

"Nanti gue kesini lagi kok," ujar Lana yang melihat Zefa khawatir juga takut.

"Daripada cuma diem ngeliatin tembok, baca peraturannya sama rapihin baju lo di sana," titah Lana menunjuk nakas kecil di samping ranjang. Zefa hanya mengangguk dan Lana segera pergi dari sana.

Zefa diam. Namun tersadar dan langsung mengambil lembaran yang berisi peraturan-peraturan yang ada di pesantren. Saat sedang asik dengan kegiatannya,gadis itu tiba-tiba terkejut kala ada yang membuka pintu.

"AAA!" teriaknya keras.

"Allahu Akbar," lirih sang pria terkejut.

Zefa mendekat dan menatap kesal sang pria. "Heh?! Mau apa lo, ha?!" gertak Zefa.

"Dasar!" cibirnya memukul sang pria dengan lembaran di genggamannya.

"Gasopan!" cemooh Zefa yang masih memukul-mukul, sedangkan sang pria meringis sesekali menghindari pukulan Zefa.

"Kamu? Santri putri baru itu?" tanyanya datar membuat Zefa menghentikan pukulan dan mengangguk.

"Oh."

Zefa menatap kesal pria didepannya, bagaimana tidak? Hanya seperti itu?

Lalu, tanpa kata sang pria yang tidak di kenalnya itu langsung pergi membuat Zefa menggumam sebal.

"Apaan si? Siapa coba ga jelas banget!" gumamnya sebal. Dia melanjutkan membaca. Namun lama-lama juga membosankan. Saat sedang rebahan santai, bunyi bel terdengar dan tak lama beberapa gadis dengan khimar hitam masuk bersamaan menenteng Al-Qur'an juga beberapa buku.

"Heh?! Siapa?!" tanya seorang gadis yang kemudian meletakkan bukunya di nakas.

"Lah?! Lo, siapa?!" tanya Zefa acuh tak acuh dan kemudian memejamkan mata.

"Wah wahh ... maling ya, lo?!" gertak gadis tadi menatap tajam Zefa. Zefa yang merasa terganggu lantas duduk dan manatap tajam gadis di depannya.

"Heh?! Ngaco aja!" sungut Zefa memukul kecil sang gadis.

Di sela-sela keributannya, Lana datang dan langsung tertawa.

"Lo gimana si, Ze. Kenalan dong," suruh Lana.

"Eh Lana," sapa gadis tadi, sementara gadis-gadis lainnya nampak tak acuh dengan mereka.

"Hehe, ini sepupuku. Dia santri baru," jelas Lana pada gadis yang belum diketahui namanya itu.

A Reason [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang