Tiga Satu || Impossible~

264 17 2
                                    

Semua telah Allah atur dalam rancangan skenario yang ia tulis di lauful mahfuz, kebohongan hingga kebenaran akan selalu terungkap di waktu yang telah tercatat.

______________

Pagi yang indah, dilihat dari atas hotel Mekkah Royal Clock Tower yang sangat mewah menambah kesan bahagia dipandang mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi yang indah, dilihat dari atas hotel Mekkah Royal Clock Tower yang sangat mewah menambah kesan bahagia dipandang mata. Zefa masih sangat damai dalam tidurnya, dengan selimut tebal yang menutupi tubuh polos tanpa busananya.

Zefa benar-benar memberikannya pada Hafiz malam tadi. Sedang Hafiz yang sudah terbangun menatap mata Zefa yang tertutup, mengusap sudut demi sudut wajah gadisnya, mengagumi dari jarak yang sangat dekat. Tak berselang lama, mata indah itu terbuka, membuat Hafiz terkejut, dan menjauhkan dirinya. Zefa nampak mengucek pelan matanya sembari mengerjap.

"Ini jam berapa?" tanyanya serak, khas orang bangun tidur.

"Baru jam empat, kamu tidur lagi aja." Hafiz nampak duduk, pria itu tanpa rasa malu walau hanya bertelanjang dada.

"Z-zefa mau mandi, kerasa ngga nyaman," ucap Zefa. Gadis itu mengambil baju dalamnya yang ada di bawah dekat dengan ranjang kemudian memakainya.

"Kenapa dipake? Nanti juga bakal dilepas lagi," ujar Hafiz terkekeh. Pria itu menatap istrinya jahil, "lagian ... saya juga udah liat kali."

"Apaan sih, Kak!" pekik Zefa kesal. Gadis itu terlihat memalingkan wajahnya malu akan semalam. Namun tiba-tiba Zefa terdengar berteriak sakit saat hendak turun dari ranjang membuat Hafiz khawatir dan langsung mendekat.

"Kenapa?!"

"Ng-ngga pa-pa, Kak. S-sakit dikit," ungkapnya pelan. Hal itu membuat Hafiz paham dan menahan senyum.

"M-maafin saya, ya .... " sesalnya. Pria itu menatap khawatir istrinya.

"Ngga pa-pa kok, Kak."

"Bisa jalan?" tanya Hafiz yang masih menatap Zefa khawatir. Zefa memincing menatap Hafiz, seperti pernah mendengar sesuatu yang mirip seperti itu.

"Bisa, kenapa?" tanyanya pura-pura bingung. Dan jawaban Hafiz membuatnya tercengang.

"Oh, syukurlah. Jadi saya ngga perlu repot-repot buat gendong kamu kaya di dalam film gitu," jawabnya enteng. Pria itu langsung berjalan dengan sarung dari pesantren ke arah jendela, membuka hordeng besar itu dan langsung menatap ke bawah.

"KAK SHAA!! KIRAIN BAKAL DIGOMBALINN!!" pekik Zefa kesal. Gadis itu sudah membayangkan suaminya yang akan menggombalinya dengan kata manis. Namun gadis itu bak dijatuhkan paksa dari awan yang tinggi.

Makteplukk, sakit.~

><

Pagi telah kembali menyapa, Hafiz dan Zefa sedang sarapan di restoran glamor yang ada di hotel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi telah kembali menyapa, Hafiz dan Zefa sedang sarapan di restoran glamor yang ada di hotel. Restorannya memang sangat mewah, terlihat dari ruangannya yang besar juga desain interior yang sangat wah. Ponsel Zefa yang ada di dekatnya tiba-tiba berdering membuat gadis itu langsung melihat dan menempelkannya di telinga.

"Iya Kak, ada apa?"

" ... "

"I-iya," ujar Zefa pada kakaknya, Riki. Gadis itu terlihat serius mendengarkan kakaknya lewat telepon, sedangkan Hafiz yang tidak tahu apa-apa hanya diam menyimak. Namun Zefa terlihat beranjak, berjalan pelan entah ke mana dengan ponsel yang masih ia tempelkan di telinganya.

"Ngga mungkin!" Setelah mengatakan itu, gadis yang kini memakai abaya itu langsung berlari entah ke mana. Tanpa peduli Hafiz akan mengejarnya atau tidak.

Di dekat kolam renang besar itulah Zefa berpijak. Gadis itu sangat ingat apa yang tadi kakaknya bilang lewat telepon. Sebuah fakta yang membuat sekelebat penyesalan bertumpuk dalam dirinya.

"Iya Kak, ada apa?"

"Malam tadi, kamu beneran ngelakuin itu?"

"I-iya."

"Kakak harap, ini ngga bikin kamu nyesel atas apa yang udah kamu lakuin, Ze."

"Kakak baru tau, kalo ... ternyata selama ini ... Alfa ngga pernah ada sama istrinya. Bahkan ... dia belum pernah nyentuh Kayla lebih, Ze."

"Ngga mungkin!"

"Maaf karena baru ngasih tau. Ezi cerita semuanya kemarin malam."

Sungguh demi apapun, jika boleh jujur, Zefa menyesal atas keputusannya. Kini gadis itu hanya bisa terisak hingga sesegukan mengingat dirinya kemarin malam. Dirinya yang dengan mudahnya mengambil keputusan itu.

Momen saat Ezi menyuruhnya agar jangan membenci pria itu membuatnya sadar bahwa Ezi sangat takut walau hanya gadis itu membencinya. Tatapan penuh permohonan Ezi padanya membuatnya sadar akan ketulusan pria itu. Fakta bahwa Ezi masih terus menjaganya, hingga yang paling menyakitkan, fakta bahwa pria itu masih menyimpan janjinya. Mencintainya hingga menjaganya, walau bahkan pria itu sendiri tahu akan bagaimana akhirnya.

Tidak dapat dipungkiri semua itu membuatnya amat menyesal. Menyesali semua yang telah ia lakukan pada Ezi. Tatapan penuh permohonan Ezi terngiang dalam kepala, pun dengan Bunda yang tempo hari sempat melarangnya. Bodohnya, ia sangat tidak peka akan hal itu.

Namun semakin bodoh karena Zefa hanya bisa menyesali tanpa bisa merubah waktu. Semuanya telah usai. Akan ditangisi lama juga semuanya telah terjadi. Penyesalan biarlah penyesalan.

"M-maafin Adira, Kak," sesalnya yang masih terus terisak.

________

Eyyow. Assalamu'alaikum xixii><
I need vote-nyaa yawww luvyuuu ><

A Reason [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang