Ketulusan seseorang mampu membuat seseorang merubah dirinya, begitu juga dengan diamnya seseorang yang mampu menyadarkan seseorang.
_s e s e o r a n g_™H p p y r d n g™
Entah sudah hari ke berapa Zefa berada di Arab Saudi. Di hotel megah juga mewah ini. Gadis itu sedang berdiam di dalam kamarnya, enggan untuk menjelajah luar, menunggu suaminya yang tak kunjung bangun.Jam sudah pukul 4.20, tetapi Hafiz belum juga membuka mata. Biasanya pria itu akan bangun sangat awal, jauh sebelum dirinya bangun. Zefa yang saat ini hanya memakai piyama pun mendekat ke arah suaminya.
"Kak," panggilnya pelan sembari menyentuh dahi sang suami, mengecek suhu tubuhnya apakah obat semalam berfungsi yang untungnya sudah lebih baik dari semalam.
"Kak, mau sholat Subuh nggak? Udah jam setengah lima," ujarnya yang kini mengusap pelan pipi mulus Hafiz menyebabkan pria itu menggeliat lucu.
"Eum?" gumamnya membuka mata. Pria itu mengucek pelan matanya yang kemudian langsung tersenyum senang menatap sang istri.
"Kamu tumben udah bangun," ujarnya yang hanya dibalas anggukan oleh Zefa.
"Kakak udah mendingan?" tanyanya. Zefa terlihat sedikit menjauhkan dirinya dari sang suami.
"Iyaa," jawabnya singkat. Namun saat sudah duduk, Hafiz terlihat memegangi kepalanya membuat Zefa mendekat.
"Kenapa Kak?!"
"Ngga pa-pa, cuma pusing aja si. Saya semalam kenapa? Ngigo, ya?" tanyanya menatap Zefa. Gadis yang kini sudah duduk di dekat suaminya itu diam sebentar setelah akhirnya mengangguk pelan.
"M-maaf ya, pasti kamu ngga bisa tidur," sesal Hafiz. Pria itu tampak lebih baik dari sebelumnya. Bahkan sudah tidak lagi mempertanyakan perceraian seolah benar-benar lenyap dalam pikiran.
"Eu ... ngga apa-apa," pungkasnya. Keduanya hanya diam, dengan Hafiz yang sesekali mengusap tengkuknya.
"Kak."
"Iya?"
"Kita mau pulang kapan?" tanya Zefa hati-hati.
"Kita mau pulang? Kan belun jalan-jalan," papar Hafiz. Pria itu menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan sang istri yang berdiri tak jauh dengannya.
"Kita kan ke sini cuma buat bulan madu," ujar Zefa pelan. Gadis itu hanya memakai gamis panjang dengan rambut yang diikat asal.
"Kita jalan-jalan dulu, ya? Saya pengen ajak kamu liat ... air mancur," terangnya. Pria itu sudah beranjak, "saya ambil wudhu dulu."
><
Malam yang indah di kota Jeddah, gadis dengan gamis panjang itu terlihat kebingungan saat suaminya mengajaknya melihat air mancur. Sembari berjalan-jalan, Zefa terus menanyai sang suami.
"Kita ngapain liat air mancur sih, Kak?" tanyanya penasaran. Dengan tangan yang dilingkarkan di lengan Hafiz, juga kepala yang sesekali ia tempelkan pada lengan sang suami membuat beberapa pengunjung di sana menatap mereka.
"Ini air mancurnya ngga biasa," jelas Hafiz singkat. Pria itu tampak bahagia, benar-benar melupakan fakta bahwa sebenarnya mereka sedang ada masalah, pun dengan Zefa yang nampak lebih legowo kepada sang suami.
*Masyaallahh uee~😣Hingga sampailah mereka di tempat yang dimaksud. Mata Zefa langsung melebar dengan bibir terbuka. Benar-benar seterkejut itu melihat pemandangan indah yang agak jauh di depannya. Air dengan pancuran yang sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari Menara Eiffel. Benar, memang setinggi itu.
Pancuran yang terus menembak air asin hingga setinggi 2603 kaki itu tampak lebih indah dengan diterangi oleh lebih dari 500 lampu sorot, membuatnya terlihat lebih hidup dan tentunya sangat spektakuler, membuat Zefa yang melihatnya terpana, terpesona, dan takjub akan pemandangan indah di depannya.
"Bagus banget!" akunya bersemangat. Gadis yang saat ini memakai niqab itu terlihat menyipit, bahagia melihat pemandangan di depannya. Hafiz yang menyuruhnya memakai niqab, tidak rela gadisnya dipandang banyak mata.
"Subhanaallah ...," ujar Hafiz membenarkan. Zefa cepat-cepat tersadar dan meniru apa yang suaminya ucapkan.
"Eh?! Subhanaallah, ehe."
"King Fadh, air mancur tertinggi di dunia," ungkap Hafiz singkat, dengan senyuman tipis menatap sang istri. Pria dengan kondura itu benar-benar terlihat sangat sehat dibandingkan sebelumnya.
"Really?! Kok aku ngga tahuu:(" ujar Zefa lesu. Gadis itu jadi terlihat sangat kudet sekarang.
"Sekarang tahu," ucap Hafiz yang diangguki oleh Zefa. Mereka diam, mengagumi tembakan air dari jarak yang agak jauh di depannya. Aliran airnya bergerak secara vertical ke udara dengan kecepatan sekitar 233 mil per jam, dengan massa udara bisa melebihi 16 ribu kilogram. Lalu, lebih dari 500 lampu sorot berintensitas tinggi digunakan untuk menerangi air mancur ketika malam hari. Benar-benar menakjubkan bagi siapapun yang melihatnya.
Namun, Hafiz tiba-tiba mengernyit dalam, kerutan di dahinya benar-benar terlihat menandakan pria itu yang bingung.
Hafiz melirik Zefa sebentar, "bentar, saya ... k-kemarin ngga mimpi."
Degg.
Zefa yang sedang menatap air mancur langsung mendongak menatap sang suami, dengan jantung yang mendadak berpacu.
___________
Don't forget to vote and comment luvvyyy 💜🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
A Reason [END]
JugendliteraturHappy membaca-!! 😺 Hai wahai teman-teman yang budiman, kalian teh kalo baca sekalian vote atuh, ah. Biar keren gitu, loohhh. Ya? 😻 •••Cuss••• Bercerita tentang seorang gadis bernama Zefana Adira. Gadis nakal yang besar akan gengsi. Karena hal itu...