S e m b i l a n

315 37 6
                                    

Tentang perputaran waktu yang terus berlalu, akan selalu ada banyak hal yang terjadi. Terus jalani saja hingga akhir.~
_________-________

Waktu berjalan begitu cepat. Jarum jam tidak pernah lupa melakukan tugasnya untuk terus berputar maju. Tidak terasa pernikahan Zefa dengan Hafiz akan dilaksanakan minggu depan. Gadis itu sekarang sedang dipingit sesuai adat.

Gadis dengan hijab instan itu terlihat sedang berguling-guling sembari memeluk guling di kamarnya, bosan hendak melakukan apa. Namun tiba-tiba Mawar datang menenteng kantong plastik yang entah apa isinya.

"Apatu?" tanya Zefa kepo. Mawar meletakkannya di nakas Zefa dan duduk di ranjang kamar.

"Dikasih Pak Hafiz, buat lo katanya," jelas Mawar. Zefa langsung membukanya. Di sana ada beberapa makanan ringan berukuran besar, lalu beberapa makanan ringan lainnya, tak lupa minumannya pula. Dia bahkan langsung membuka bungkusnya dan memakannya.

"Makasih," katanya pada Mawar. Mawar menatapnya lama dan Zefa paham itu.

"Kalo mau, ambil aja," titah Zefa. Mawar langsung sumringah mendengarnya.

"Bener?" tanya Mawar memastikan dan Zefa mengangguk singkat.

"Iya, Bar."

"Mawar!" pekik Mawar membenarkan.

"Iyaaa ... Bar!" ujar Zefa yang kemudian tertawa. Namun Mawar tidak memperdulikan dan langsung mengambil salah satu cemilan.

"Cie ... yang bentar lagi mau nikah," goda Mawar.

"Apaan sih, biasa aja," kata Zefa acuh tak acuh. Saat sedang memakan cemilannya, pikirannya mendadak teringat akan pria yang ia temui beberapa hari lalu.

Entah apa yang sebenarnya terjadi, yang jelas pasti ada sesuatu yang tidak Zefa tahu. Pikirannya berputar, juga bertanya-tanya. Bagaimana bisa di saat ia sudah nyaris melupakan segalanya pria itu kembali hadir di hidupnya.

Pria yang sudah dua tahun ini ia coba lupakan, kembali muncul dengan segala fakta menyakitkan.

Takdir memang serumit ini ternyata.

Saat mereka berdua sedang asik makan cemilan, pintu diketuk. Mawar dan Zefa sempat beradu pandang hingga akhirnya Mawar melangkah membukakan pintu.

"Eh, Lana," sapanya. Lana masuk dan duduk tepat di sebelah Zefa.

"Dih, ngga bagi-bagi!" sungut Lana yang kemudian membuka kantong plastik yang ada di atas nakas. Dia kemudian duduk di bawah membuat Zefa lalu Mawar juga duduk di bawah.

"Kak Ze–"

"Jangan panggil Kak, malah ngga enak di denger," decak Zefa memotong ucapan Lana.

"Ya 'kan biar gue keliatan muda gitu," ujar Lana cengengesan.

"Enak di elo," cibir Zefa membuat mereka terkekeh.

"Eh Ze, Aunty ko belum ke sini? Pernikahannya kan seminggu lagi?" tanya Lana dan Zefa mengangguk sementara Mawar hanya menyimak.

"Iya, baru besok katanya," jawab Zefa sekenanya. Dan lagi pula, semua persiapan pernikahan sudah diurus oleh kedua pihak keluarga, jadi Zefa dan Hafiz hanya terima jadi saja. Mereka makan cemilan bersama sembari bercerita random, kadang kala ada beberapa teman sekamarnya yang ikut bergabung juga meminta jajannya, untungnya Zefa sedang berbaik hati. Jika tidak, mana mau dia berbagi.

><

Benar-benar tidak terasa, kini tiba saatnya.

Pernikahan Zefa dengan Hafiz diadakan di gedung. Pernikahannya terbilang mewah. Namun tidak terlalu mewah. Kini gadis cantik itu sedang didandani di dalam salah satu kamar yang ada di sana. Dia memandang dirinya di pantulan cermin, tersenyum manis menatap dirinya sayu.

A Reason [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang