Sc: pinterest.
Adegan hanya boleh dilakukan oleh mereka yang sudah berlebel halal, bagi yang masih sendirian dipersilakan mencari pasangan!><
______________Nikah bukan cuma tentang 'iya-iya' tetapi juga tentang bagaimana dua dua pasang tangan manusia saling menyingkirkan batu kerikil yang menghalangi jalan mereka.
____________
Hafiz yang tertidur di sofa kamar membuat Zefa bergegas mendekat dan duduk di sofa seberang. Memandang wajah damai sang suami lama. Memutar banyak hal yang telah terjadi selama beberapa pekan belakang.
™H p p y r d n g™
"Zefa ... bingung, Kak." Tangannya mengelus lembut surai hitam sang suami yang terasa halus di telapaknya. Memandangnya sayu kemudian menghembuskan napas panjang yang terdengar melelahkan.
Saat hendak beranjak, sebuah tangan mencekal pergelangannya, membuat Zefa tak jadi melangkah. "Jangan minta cerai, Ze. Saya takut," lirih Hafiz purau dengan mata yang masih terpejam.
Zefa menoleh pelan, berjongkok di dekat wajah damai suaminya. Bergilir memegang tangan kekar sang suami, mengelusnya pelan, sesekali membasahi bibir pink alaminya.
"Zefa minta maaf, Kak. Tapi Zefa ngga bisa," lirihnya. Sangat lirih, hampir tidak dapat didengar jelas.
"Jangan tinggalin saya, saya sayang sama kamu .... " ungkapnya purau. Entah pria itu mengigau atau memang sudah bangun sejak tadi, pejaman matanya terlihat damai bak seseorang yang sedang terlelap.
Zefa dapat melihat Hafiz yang semakin gusar dalam tidurnya, pria itu sesekali menggeleng, menoleh ke kanan hingga ke kiri dengan mata tertutup sempurna membuat Zefa kasihan pada suaminya. Namun Zefa tetap diam, menatap wajah suaminya dari jarak yang sangat dekat.
Semakin ke sini Hafiz nampak semakin gusar. Jari-jarinya yang bergerak-gerak, deru napas yang memburu juga rintihan yang keluar dari mulutnya membuat Zefa takut. Cepat-cepat gadis itu menepuk-nepuk wajah suaminya.
"Kak!"
"Kak Sha?!" Dan–
Drepp-!!
"Huh .... " Hafiz sudah mendudukkan dirinya, dengan napas yang beradu pria itu menatap istrinya yang sudah berdiri.
"Zefa!" panggilnya cepat. Pria itu bahkan sudah menubruk tubuh istrinya, mendekapnya erat seolah takut gadisnya pergi.
"Jangan tinggalin saya. S-saya takut kamu–" Hafiz melepas pelukannya, menatap istrinya dengan tatapan sangat takut.
"S-saya takut kamu pergi ... saya t-tadi mimpi kamu ceraiin saya, Ze," ungkapnya dengan suara gemetar sembari menatap Zefa dengan tangan yang menggenggam erat telapak gadisnya.
Zefa mengerjap berulang, melihat suaminya yang nampak sangat takut. Dapat Zefa lihat sudut mata suaminya yang sudah berair membuatnya hanya bisa mengulum bibirnya bingung.
Entah Hafiz yang benar-benar memimpikan hal itu, atau Hafiz yang menganggap kejadian tadi adalah mimpi, Zefa benar-benar tidak tahu. Gadis itu hanya memandangi wajah Hafiz yang nampak kusut, mata memerah dan ... sembab.
"K-kak Sha abis nangis?" tanyanya pelan. Hafiz refleks langsung meraba wajahnya, lalu menggeleng pelan.
"N-ngga," jawabnya singkat.
"Oh," pungkas Zefa yang hendak melangkah. Namun Hafiz dengan cepat mencegahnya.
"K-kamu jangan tinggalin saya, ya. Saya tadi mimpi, tapi ... kerasa nyata banget, Ze." Hafiz memegang lengan kurus Zefa, sedang Zefa hanya diam dan pergi dari sana.
Hafiz diam, mengusap wajahnya kemudian menggumam pelan. "Tadi itu mimpi apa beneran? Kenapa kerasa nyata," gumamnya lirih. Ketimbang memikirkan itu, Hafiz memilih beranjak dari sana.
Tidak, Hafiz benar-benar menangis. Sehabis kepergian istrinya, pria itu berteriak keras hingga suaranya menggema di dalam kamar besar ini. Lalu tanpa aba-aba, air matanya turun tanpa perintah. Membuatnya frustrasi hingga tanpa sadar pula tertidur dengan air mata yang mengering dengan sendirinya. Dia benar-benar lupa, banyaknya masalah membuatnya sulit membedakan yang nyata dan imajinasinya.
><
Don't forget to vote and comment luvvyyy 🖤💜
KAMU SEDANG MEMBACA
A Reason [END]
Teen FictionHappy membaca-!! 😺 Hai wahai teman-teman yang budiman, kalian teh kalo baca sekalian vote atuh, ah. Biar keren gitu, loohhh. Ya? 😻 •••Cuss••• Bercerita tentang seorang gadis bernama Zefana Adira. Gadis nakal yang besar akan gengsi. Karena hal itu...