Dua Tujuh || A Nothing II

190 21 0
                                    

"Saya ngga mau memaksa kamu melakukan itu, karena sesuatu yang dipaksakan tidak baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saya ngga mau memaksa kamu melakukan itu, karena sesuatu yang dipaksakan tidak baik."
Shaquel Hafiz—

______________

"Kalo saya bahas itu dan minta ke kamu, malam ini," ujar Hafiz. Pria itu menjeda ucapannya, menghela pelan, "apa kamu mau?" tanyanya. Zefa nampak diam, bingung dan tidak tahu akan menjawab apa. Membuat Hafiz kembali bicara.

"Ngga, 'kan? Ya udah. Ngapain saya harus nanya hal yang saya sendiri udah tau jawabannya?" desak Hafiz. Zefa semakin diam karena tidak tahu akan menyangkal bagaimana. Hafiz yang saat itu sudah sangat dekat dengan istrinya, menunduk, menatap wajah Zefa yang diam. Diraihnya pelan telapak Zefa yang kecil di tangan Hafiz.


"Saya ngga akan paksa kamu untuk itu. Tapi, saya bakal kecewa kalo sampe saya tau kamu bohong sama saya," ujarnya lirih. Zefa semakin dibuat mati kutu, secara tidak langsung Hafiz memaksanya menceritakan sesuatu dan mengerti akan dirinya yang menyembunyikan sesuatu.

Zefa masih diam, sesekali mendongak menatap bagaimana raut wajah suaminya. Dengan tatapan ke sana kemari, Zefa menberanikan diri menatap Hafiz. "Z-zefa ngga bohong sama Kak Sha," lirihnya singkat, mencoba meyakinkan Hafiz.

Mendengar itu, Hafiz dengan cepat melepas kasar genggamannya pada Zefa. Berbalik badan dan menjauhkan dirinya, seolah kecewa akan jawaban yang baru saja keluar dari mulut istrinya.

Selalu sama.

Zefa mendadak merasakan suhu di sekitarnya terasa memanas. Gadis itu hanya diam meremas gamisnya kuat, dengan gigi yang menggigit bibir dalamnya.

"Kita emang baru ketemu Kak," ungkap Zefa tiba-tiba. Gadis itu mencoba tenang saat menatap Hafiz yang meliriknya. "Karena Zefa orangnya friendly j-jadi wajar dong kalo langsung deket," sambungnya yakin. Gadis itu terkekeh setelahnya, "Kakak nih suka suudzon."

Hafiz mendekat mendengar jawaban istrinya, juga gadis itu yang tiba-tiba terkekeh seolah ada hal yang lucu. Menatap Zefa penuh selidik dengan tatapan memincing.

"Bener, deh. Pas aku sama Shiddiq aja langsung akrab, kok," ungkapnya tersenyum, agak terpaksa.

Hafiz terlihat hanya menghela, mengusap pelan kepala Zefa sebelum akhirnya melangkah pergi dari sana. Meninggalkan Zefa yang mendadak merasa ada sesuatu yang menusuk dadanya, membuatnya sesak bak tersumbat sesuatu. Merasa bersalah atas keputusan yang diambilnya.

><

Setelah mengusap paksa air mata yang tiba-tiba turun dengan sendirinya saat Zefa sedang menyesali keputusannya, gadis itu memutuskan untuk menyusul suaminya ke depan.

"Gimana tadi?" Pertanyaan dari Umi langsung mengintrupsi, membuat Zefa yang baru sampai kaget dibuatnya.

"Iya, Umi. Nanti kita usahain," jawab Hafiz singkat. Pria itu tersenyum ke arah ibunya, meyakinkan agar perempuan berharga dalam hidupnya lega.

"Umi tunggu kabar baiknya," pungkas Umi terlihat lega. Zefa menatap Hafiz yang bertingkah seolah mereka—Hafiz dan Zefa—tidak ada masalah, seolah kejadian tadi hanyalah angin lalu tak berarti, gadis itu diam tanpa kata. Zefa duduk di dekat Bunda, melirik sembari tersenyum kepada perempuan di sampingnya.

"Bunda mau ngomong sama kamu," bisik Bunda tiba-tiba, membuat Zefa terkejut dan langsung melihat Bunda.

"Ngomong apa, Bun?" tanya Zefa yang ikut berbisik.

"Jangan di sini, ayo." Setelah membisikkan itu, Bunda mengajak Zefa untuk keluar dari ruang tamu rumah Ezi. Namun sebelum keluar Bunda menyempatkan melirik Ezi seolah memberi isyarat.

><
Zefa hanya menurut kala Bunda membawanya ke pekarangan luas depan rumah. Gadis itu juga hanya diam kala Bunda dan Ezi mengapitnya.

"Kamu ... serius mau lakuin itu sama suamimu?" tanya Bunda lirih. Nadanya terdengar sangat serius.

"Eu ... ngga tau, Bun. Tapi, itu kan udah kewajiban Zefa," jawab Zefa yang nampak sedikit ragu. Mendengar jawaban Zefa, Bunda nampak gusar sesekali melirik Ezi yang dari tadi hanya diam.

"Jangan dulu ya, Ra." Bunda terlihat memohon, dengan memegang pergelangan Zefa.

"Loh kenapa?!"

________________

Alhamdulillah ehe><
Dont forget to Vote and commentt sj yawww ')
Luvyuu 🖤🤚

A Reason [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang