DELAPAN

94 23 1
                                    

".....Kabur nggak bakalan nyelesaiin masalahnya, Nis."
-Jovita-

🍒🍒🍒


Genap sudah tiga hari Ganis mendiamkan Dewa dan Elang. Kedua lelaki yang sukses membuat isi kepalanya kacau itu sengaja ia abaikan beberapa hari terakhir, sebab Ganis pikir lebih baik dirinya fokus dulu dengan ujian yang sedang berlangsung.

Sejujurnya, Ganis tidak terlalu suka mendiamkan orang. Tapi mau bagaimana lagi, dia terlanjur kesal dengan kedua orang itu.

"Heh... ngelamun aja lo, kenapa?"

"Nggak, nggak kenapa-kenapa."

"Heleh... Kirain gue bakalan percaya kali." Jovita memutar matanya, "muka lo tuh udah kayak cucian emak gue Nis, kusut. Jadi nggak mungkin nggak kenapa-kenapa."

"Jangan di sini deh. Taman belakang aja yuk." Ajak Ganis menggandeng Jovita keluar dari kelas.








🍒🍒🍒🍒🍒








"Elang nyium elo?!!"

"Ssst..."

"Eh... Sorry, sorry."

"Ish elo mah! Untung nggak ada orang"

Jovita terkekeh melihat wajah merungut Ganis. Untung koridor di sekitar taman belakang ini jarang di lewati murid lain, jadi suara besarnya tadi tidak terdengar yang lain.

"Terus, terus... Gimana?"

"Ya... Nggak gimana-gimana. Gue cuma kesel aja sama dia. Gila aja main cium-cium, emangnya gue cewek apaan?!" Jawab Ganis dengan berapi-api.

"Ck... Kirain dia nembak lo."

Kedua mata Ganis membola, bisa-bisanya Jovita malah berpikir begitu.

"Lo tuh ya, kirain mau ngasih mental support buat gue nggak taunya malah nanya kayak gitu."

"Terus... emangnya gue harus ngomong apa?"

"Ya apa kek gitu. Masa tau-tau lo mikir dia bakalan nembak gue." Ganis memanyunkan bibirnya.

"Gini ya Rengganis ku sayang... Lo tuh emang nggak ada perasaan curiga atau apa gitu waktu dia tiba-tiba ngecup pipi lo?"

Ganis terdiam. Iya juga ya... Kenapa si galak itu tau-tau nyosor mencium pipinya?

Ah, kan... Ganis jadi menyesal tidak mendengar penjelasan cowok itu kemarin.

"Nah... Nggak bisa jawab kan lo?!"

"Dia sempet mau jelasin sih, tapi gue nggak mau. Malu tau."

"Hm, wajar sih. Lo kan nggak pernah suka sukaan sama cowok sebelumnya. Eh sekalinya ada yang demen malah langsung di sosor." Jovita tertawa lagi, sepertinya dia puas sekali menggoda Ganis hari ini.

"Terus menurut lo, gue harus gimana?"

"Ya dengerin dia ngomong dulu dong. Emangnya lo mau terus-terusan kepikiran begini, nggak kan?"

Ganis menggeleng.

"Ya udah, pokoknya, kalau dia mau jelasin ke elo, ya lo dengerin aja dulu. Jangan kabur! Kabur nggak bakalan nyelesaiin masalahnya, Nis."







🍒🍒🍒🍒🍒








Bel pulang sekolah baru saja berbunyi lima menit yang lalu. Ganis melangkah gontai menuju gerbang sekolah. Jovita pulang terburu-buru karena Ayahnya baru saja kembali dari penugasannya, itu berarti dia harus pulang dengan angkot atau taksi karena tadi pagi dia menolak saat Dewa bilang akan menjemputnya.

Dear, You ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang