Yang Ganis ingat terakhir kali, dia lah yang mengantarkan Elang masuk ke dalam ruang IGD bersama dengan para medis sampai kedua orang tuanya sampai di sana malam itu. Tapi sore ini, begitu dia datang kembali ke sana bersama dengan Jovita dan Ghifari, Elang sudah tidak ada.
"Suster maaf, saya mau menjenguk pasien yang kemarin baru masuk ke sini, kok nggak ada ya Sus? Apa sudah naik ke kamar rawat?"
Wanita berseragam putih itu menatap Ganis bingung, "yang mana ya dek?"
"Elang sus, namanya Elang." Sela Jovita.
"Oh, yang itu. Dia sudah nggak di rumah sakit ini dek, semalam langsung di pindahkan keluarganya."
Ganis dan Jovita saling tatap, "di pindahkan kemana ya Sus kalau boleh tau?"
Suster itu menggeleng, "saya nggak tau juga dek, coba kamu tanya di bagian administrasi, siapa tau disana kalian bisa di kasih tau."
Ketiga remaja itu mengangguk kemudian mengucapkan terima kasih.
"Itu bagian administrasinya, kalian tunggu di sini dulu, gue yang nanya." Usul Ghifari. Dia membiarkan Ganis dan Jovita duduk sementara dia bertanya.
"Gimana Ghi?" Ganis langsung berdiri begitu melihat Ghifari kembali.
Ghifari menggeleng lesu, "sorry Nis, pihak RS nggak bisa ngasih tau. Privasi pasien katanya."
Ganis maupun Jovita sama-sama terdiam.
"Kita balik aja deh." Putus Ganis akhirnya.
"Kita nggak mau coba ke rumahnya aja Nis?" Usul Ghifari yang langsung di sahuti dengan gelengan kepala Ganis.
"Nanti juga ketemu di sekolah kalo dia udah sembuh. Udah ah, yuk kita pulang!"
🍒🍒🍒🍒🍒
Tiga hari... lima hari... Sampai akhirnya seminggu berlalu, Ganis bohong kalau dia tidak menunggu Elang datang lagi ke sekolah terlebih cowok itu sudah melewatkan beberapa ujian yang seharusnya mereka lalui sama-sama sebagai siswa tahun terakhir.
"Udah dapet kabar dari Elang Nis?" Tanya Jovita saat keduanya duduk di selasar kelas setelah pergantian sesi ujian.
Ganis menggeleng lemah, "itu anak pindah sekolah lagi kali."
"Rajin amat masanya ujian malah pindah."
Ganis yang kini sibuk mengacak-acak isi tasnya sendiri itu mengendikkan kedua bahunya, acuh.
Kemarin Mas Dewanya menghubungi malam-malam dan malah bertanya tentang hubungannya dengan Elang. Teman-teman sekelasnya juga menanyakan Elang padanya. Belum lagi fans-nya... memangnya di mata mereka Ganis ini terlihat seperti saudara kembarnya Elang atau bagaimana sih, sampai semuanya bertanya tentang Elang padanya?
"Emang kalo dia pindah betulan lo rela?"
Berkat pertanyaan Jovita, Ganis langsung menoleh.
"Kalian kan belum ada kejelasan apa-apa. Ya... Brengsek banget aja sih kalo dia beneran pergi mah." Sambung Jovita lagi.
"Kok elo ngomongnya gitu sih Jo?"
Satu helaan nafas kesal keluar dari mulut Jovita, "Nis... Serius deh ya, lo nggak punya rasa apa-apa sama si Elang?!"
"Rasa... Apaan maksud lo?"
"Nyaman, suka... Ya begitulah pokoknya."
Ganis bungkam. Entah kenapa pertanyaan Jovita terasa sulit buatnya.
"Nah! Diem kan lo!" Jovita menunjuk wajah Ganis heboh sampai gadis itu nyaris terjungkal, "Apa gue bilang, Rengganis??? Lo itu ada rasa sama si Elang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, You ✓
FanfictionKepada Rengganis, terima kasih karena sudah hadir di kehidupanku.... ******** Andai Rengganis tidak bertemu dengan Elang di ruang seni musik pagi itu, tentu hidup Rengganis masih baik-baik saja saat ini. Elang yang muncul dan pergi seenaknya setelah...