Prolog

566 33 0
                                    

2021

Awan gelap yang mulai menggelayuti langit kota sore ini membuat Rengganis mempercepat langkahnya menuju ke halte yang berada di seberang gedung kantornya.

Jam tangan yang melingkar di tangannya menunjukkan pukul 5 sore. Wanita bertubuh mungil itu mendesah, padahal sudah susah payah dia menyelesaikan pekerjaannya lebih awal agar bisa pulang waktu, tapi nyatanya tetap saja sepertinya dia akan sampai di rumah selepas maghrib nanti.

Benar saja, sebentar kemudian titik-titik air perlahan mulai turun membasahi paving blok di hadapannya. Beruntung halte yang ia singgahi memiliki atap sehingga ia tidak perlu takut rintik air itu membasahi kepalanya juga.

Beberapa orang mulai berdatangan untuk ikut menghindari tetesan air hujan yang semakin deras. Sesekali ia menoleh, memperhatikan kesibukan orang-orang yang ikut berteduh di sana.

Sampai sebuah suara yang familiar membuatnya menoleh...

"Kak Ganis?"

*******



Halo, apa kabar?
Selamat datang di cerita pertamaku 🙂
Mohon di maklumi kalau banyak salah-salahnya ya.
Kritik dan saran, welcome.. asal tolong di sampaikan dengan bahasa yang baik.

See you on the next chapter!

Dear, You ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang