DUA

134 23 0
                                    

Halooo 👋

......

"Si Elang cool banget ya. Kalem-kalem misterius gitu."

"Iya. Kayak cowok-cowok di wattpad itu, ya gak sih?"

Ganis memutar matanya jengah. Sudah hampir seminggu telinganya pengang mendengar ocehan anak-anak perempuan tentang Elang, si anak baru di kelasnya itu.

Cool, cool... Cool apanya? Kulkas?

Bagi Ganis sih, dia biasa saja.

Eum... Oke, sebenarnya tidak sepenuhnya biasa saja sih. Harus Ganis akui Elang punya wajah yang tampan, sangat tampan malah. Posturnya sempurna, tubuhnya juga lebih tinggi dari kebanyakan anak SMA, selain itu kelihatannya dia juga lebih pintar daripada Ganis karena beberapa guru pernah memuji nilainya di depan kelas. Boyfriend material pokoknya. Sayangnya pemuda itu tidak banyak mengeluarkan kata-kata. Ganis bahkan belum pernah melihat senyum di wajahnya sejak kedatangannya di kelas. Itulah sebabnya Ganis tidak ikut menggilainya seperti siswi lain. Elang terlalu aneh di matanya.

"Gue cuma penasaran gimana caranya dia masuk ke ruang musik waktu itu dan ngapain dia ada di sana." Alasan itu yang Ganis ucapkan saat Jovita menanyainya suatu hari.

Iya, Ganis memang menceritakannya pada Jovita tentang pertemuannya dengan Elang di ruang musik hari itu. Ganis merasa menyimpan dosa besar karena dia melihat sendiri seseorang melanggar peraturan tapi dia malah tidak langsung memperingatkannya.

"Nis!"

Rupanya Jovita yang memanggilnya. Gadis itu setengah berlari menghampiri Ganis yang sedang bersandar di balkon depan kelasnya.

"Nih!"

Senyum lebar langsung tersungging di bibir Ganis saat Jovita menyerahkan bungkusan plastik berisi batagor padanya, "Wah dibeliin sungguhan, thanks Jo. Gratis kan ini?"

"Dih enak aja gratis, bayar ya lima ribu!" Sungut Jovita yang di balas dengan kekehan oleh Ganis.

"Lagian tumben sih lo nggak kebawah?"

"Males ah, istirahat pertama gini pasti rame banget." Ujar Ganis sambil mengunyah batagornya. Keduanya memilih untuk duduk di selasar depan kelas mereka.

"Bukannya mau nungguin si Elang keluar?" Goda Jovita. Gadis itu mencolek lengan Ganis sambil menyeringai jahil.

"Dih, mana ada?!" Kilah Ganis cepat.

"Gue emang males aja kali, lo jangan mulai main cocokologi deh."

"Mana ada gue main cocokologi."

"Eh, tapi ngomongin soal anak itu... Menurut lo, mungkin gak sih kalo dia itu ternyata anaknya Bu Tres?"

Pertanyaan Ganis langsung membuat Jovita mengerutkan keningnya.

"Jangan mengada-ada Nis. Lo ngatain gue suka cocokologi, sendirinya sama aja."

"Ish, serius gue Jo." Ganis mengubah posisi duduknya. Kini wajahnya menatap Jovita dengan tatapan serius.

"Lo tau kan Bu Tres galaknya kayak apa? Inget gak waktu Kak Bayu di hukum keliling lapangan hampir sepuluh kali gara-gara minjem gitar pas pelajaran olahraga? Ini loh anak baru, udah masuk ruang musik pagi-pagi tapi nggak di apa-apain. Kan mencurigakan!" Lanjut Ganis menggebu-gebu.

"Gini ya Rengganis-ku sayang. Pertama soal Kak Bayu, jelas aja Bu Tres hukum dia, wong udah tau lagi pelajaran olahraga dia malah main gitar. Iya gak?" Ganis mengangguk cepat menunggu lanjutan analisis Jovita.

Dear, You ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang