CHAPTER 01 - CARELESS

2K 103 9
                                    

-------------------- °

Sebagai pusat tata surya matahari akan tetap menjadi hal yang di tunggu-tunggu setiap orang untuk memulai hari. Melihat langit biru indah, vitamin D berterbangan bebas dengan udara bersih adalah harapan banyak orang untuk menyingkap tirai kehidupan.

Namun Park Jimin tidak suka cahaya matahari. Ia duduk dengan manis di bawah atap teras rumah mewah yang berada di sebuah komplek elit di daerah Changhamdeon, Korea Selatan. Pria yang lebih suka di panggil Minnie ini sudah siap sejak pukul 6:30, ia berharap bisa mencicipi kopi layaknya pria elegan yang akan memulai hari tapi cafein adalah dzat adiktif yang Mami jauhkan untuknya.

Jimin tidak suka berdebat dengan Mami mengenai keputusan yang wanita berumur 45 tahun itu ambil demi hidupnya yang stabil. Jimin adalah satu-satunya pewaris bisnis Park Jung Kyung yang berada di seputar hotel dan pariwisata. Itu mengapa Mami selalu membuatkan jadwal tertata yang selalu Jimin ikuti sejak mereka tinggal berdua hingga sekarang Jimin sudah berada di semester empat dalam jurusan managemen keuangan dan bisnis. Untung saja otak Jimin bisa disandingkan dengan sebuah sistem yang keberhasilannya selalu diatas rata-rata. Jimin tidak pernah mengecewakan Mami sedikitpun mengenai akademiknya.

Tepat jarum panjang menunjuk pukul 07:00, mobil jemputannya sudah datang bersamaan dengan Mami yang keluar dari rumah. Wanita itu masih dengan gaun tidurnya berwarna merah marun dan personal asisten yang selalu mengikuti bak ekor.

"Minnie ... nanti malam kau harus ikut Mami okay!" Tidak ada nada menawarkan ajakan tapi ini sebuah titah yang harus dituruti Jimin.

Sebetulnya Jimin tahu kemana tujuan Mami mengajaknya. Pasti semua berhubungan dengan ajang pamer kesuksesan, reuni masa lalu atau bertemu klien penting. Jimin adalah produk unggulan bagi Mami jadi sudah sering ia mengekori kemana Maminya pergi. Dan yang terakhir, tidak perlu bertanya masa lalu mereka. Semua itu adalah hal terlarang bagi Mami.

"I have my essai tonight. What should I do?" Jimin tidak menolak tapi kali ini ia benar-benar kewalahan.

Mami menepuk bahu Jimin, "Kau pasti bisa menyelesaikannya sebelum acara dimulai, you can stay at your library first then I will pick you up and bring your suit," ucap Mami seakan semuanya tinggal mengedip, "ah iya, kali ini teman Mami akan bawa anak-anaknya, kau bisa menambah teman karena mereka semua satu kampus denganmu. But remember, make a worth circle!"

Waktu sudah menunjukkan lewat dari sepuluh menit. Jimin enggan merusak jamnya dan ia mencium kedua pipi Mami lalu mengangguk. Setidaknya ia akan sendirian malam ini. Jimin melenggang memasuki mobil ke deret kursi penumpang. Ia membuka ipadnya dan memasang airbuds pada telinga kedua telinganya.

-

Waktu adalah uang dan uang adalah sumber kebahagiaan sehingga Mami selalu mengajarkan Jimin kalau ia tidak boleh membuang waktu barang satu detikpun jadi waktu perjalanan yang ia tempuh dari rumah sampai kampus akan ia pakai untuk belajar. Entah dari buku-buku atau membaca berita.

Kepala Jimin agak tegang, ia menggoyangkannya ke kiri dan ke kanan. Pandangannya tertumpu pada sebuah motor merk Harls Davidson yang berhenti persis di samping mobilnya. Motor itu terlihat sangat kekar dengan tulang-tulang yang kuat. Jimin sudah lama mengagumi produk motor ini, jika saja tingginya lebih dari 175 cm pastilah ia akan rela menghabiskan tabungannya untuk membeli satu motor tapi percuma. Tinggi tidak cukup, belum lagi izin Mami pasti akan sulit ia kantongi.

Jimin tidak sengaja menekan tombol jendela dan angin sejuk membelainya. Cukup menyenangkan dengan hanya melihat motor itu. Jimin menyadari si pengendara sedang menatapnya, ingin Jimin membuang pandangan tapi kedua bola mata milik pria itu menyita perhatiannya.

Bagaikan sebuah batu langka yang cantik bernama zamrud. Mata itu berwarna hijau. Tidak pernah Jimin melihat bola mata seperti itu. Mungkinkah karena lensa? Tiba-tiba sebelah mata pria itu mengedip dan Jimin baru sadar harusnya memutus pandangan. Suara motor Harls memang tidak diragukan, ketika lampu hijau menyala, motor itu melesat jauh lebih cepat dengan gagah.

Our Time • Jikook {REVISING-COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang