Makam kedua orang tua Tay telah sampai di rumah duka, kedua adik nya, Jane dan Jan memeluknya dari samping sembari menangis. Tangan kanan Tay mengusap kepala Jan begitu juga tangan kiri nya yang mengusap kepala Jane.
Keadaan dirumah nya semakin ramai, teman serta kerabat orang tua Tay berdatang an.
Arm berjalan menghampiri Tay, begitu juga dengan Luke di belakang Arm.
"Bawa Jane sama Jan istirahat dulu aja" pinta Arm, Luke setuju. Lalu ia membujuk kedua adik Tay untuk beristirahat dikamarnya.
Arm menepuk bahu Tay, miris sekali menjadi Tay, ia harus merasakan keterpurukan lagi.
o0o
Tay masih berdiri menatap makam kedua orang tua nya, tepat hari ini ia merasakan kehilangan lagi dan lagi. Tah menoleh kearah Arm disebelahnya yang masih setia merangkul nya."Gue yakin lo pasti kuat Te" ucap Arm, Tay mengangguk pelan.
"Gue sudah kirim email ke Hin, kayaknya belum dibalas" ujar Tay, Arm terdiam mendengarnya.
"Lo masih yakin New akan balik?" tanya Arm, Tay mengangguk cepat
"Gue yakin" jawabnya.
"Harus nya dia buka email dari lo, dan harusnya dia datang pada saat keadaan lo kayak gini" ucap Arm, Tay langsung terdiam.
Arm menepuk bahu Tay lalu pergi meninggalkan Tay.
Tay menarik pelan kedua adiknya untuk meninggalkan makam orang tua nya, karena hari juga sudah semakin sore.
Tay memasuki mobilnya, Jane duduk dikursi sebelah Tay, dan Jan duduk dikursi belakang. Tay membawa kedua adiknya untuk mengisi perut nya terlebih dahulu.
Tay membawa kedua adiknya untuk ke Restaurant dekat komplek nya, Setelah memarkirkan mobil mereka bertiga segera turun dan memasuki Restaurant tersebut.
Tay terdiam saat melihat seseorang dari sudut Restaurant tersebut, mata Tay seketika memerah, hati nya terasa sakit, dan kaki nya sedikit ngilu.
Walaupun begitu, Tay menguatkan diri untuk menghampiri seseorang tersebut.
"Hin..."
o0o
Arm terduduk disofa ruang tamu nya, ada Singto disana dan juga Luke.
Singto melirik kearah Arm, dengan cepat Arm mengangkat kedua bahu nya lalu melirik kearah Luke.
Luke yang merasa dirinya dilirik pun tersadar.
"Apaan lirik lirik gue?" tanya Luke, Singto menajamkan tatapan nya.
"Tay belum balik?" ujar Singto, Luke menggeleng kan kepalanya.
"Kn gue dari tadi sama lo pada, ya mana gue tau?" jawab Luke.
"Perasaan gue gk enak, takut nya Tay kenapa kenapa" ucap Arm, Singto segera melirik kearah Arm.
"Coba telpon" pinta Singto, dengan cepat Arm meraih ponsel dari dalam saku celana nya dan menelpon ponsel Tay.
Sudah 5x Arm menelpon Tay namun tidak ada jawaban, dan sekarang ia sedang menelpon Jane dan Jan.
Singto meraih ponselnya, ia harus melihat keberadaan Tay dimana, ia sangat khawatir dengan Tay dan kedua adiknya Tay.
"Dia di Restaurant depan komplek" ujar Singto, ia segera menaruh ponselnya didalam saku jas nya.
"Kita tunggu jawaban dari Jane sama Jan, kalo 10 menit gk ada jawaban, kita samper mereka kesana" kata Luke, Arm dan Singto setuju.
o0o
Sudah 30 menit tidak ada jawaban dari Tay ataupun kedua adiknya, dengan cepat Arm, Singto dan Luke segera mendatangi tempat Tay berada.
Sesampai di Restaurant tempat Tay berada, Singto segera mencari keberadaan Tay, begitu juga dengan Arm dan Luke.
"D-DDIIA HIN!!!!"
Singto, Arm dan Luke menoleh kearah yang sama saat mendengar sebuah teriakan yang sudah dapat diyakini adalah teriakan Tay, mereka bertiga berlari kearah Tay dan kedua adiknya.
Benar saja yang teriak tadi adalah Tay
"To!! Tadi ada Hin!!" ucap Tay pada Singto, Singto hanya terdiam menatap Jane dan Jan.
"Yakan Jane? Tadi itu My Hin!!!" sambung nya lagi, Arm menoleh kearah Jane dan Jan.
Arm membawa Jane dan Jan menjauh dari Tay dan segera bertanya.
"Benar tadi ada New?" tanya Arm, Jane dan Jan mengangguk.
"T--tapi" ujar Jane pelan.
"Kenapa?" tanya Arm.
"Tapi orang tadi gk ngaku kalau namanya itu New thitipoom" jelas Jane, Arm terdiam sejenak.
"Dia bilang nama nya Newwie, tapi gk tau Newwie siapa" sambung Jane, Arm mengangguk kecil.
Lalu Arm membawa Jane dan Jan kembali dengan Tay.
Untung saja Tay sudah di tenang kan oleh Singto dan Luke, baru saja rasa panik Tay yang berlebihan kembali muncul setelah berbulan bulan.
"Janji sama gue lo gk akan kayak tadi lagi?" pinta Singto, Tay terdiam.
"Lo gk mau janji?" tanya Singto, Singto menyodorkan jari kelingking nya.
"Gue sahabat lo, lo percaya kan sama gue? Kalo lo gk mau nurut sama gue lo mau nurut sama siapa lagi, Tay?"
"Lo mau gue marah sama lo?"
Perlahan tangan Tay terangkat, ia menyatukan jari kelingking nya dengan jari kelingking Singto.
"Lo udah janji sama gue" ujar Singto "sekarang pulang, nanti gue yang masakin buat lo semua" sambung Singto, ia merangkul pundak Tay.
Saat mereka berjalan keluar dari Restaurant tersebut, Tay sempat memutarkan kepalanya mengelilingi sudut tempat makan tersebut dengan wajah yang amat sedih.
"Maafin aku..."
o0o
Tay masuk kedalam kamarnya untuk membersihkan dirinya, setelah membersihkan dirinya Tay memilih untuk menemui kedua adiknya dikamarnya.
Tay mengetuk pintu kamar Jane dan Jan, Jane membuka pintu kamarnya, dan Tay berjalan memasuki kamar adiknya.
"Kalian sudah makan?" tanya Tay, ia duduk diatas ranjang tidur adiknya.
Jane yang sedang mengoleskan masker pada muka Jan pun menoleh kearah Tay.
"Bang Singto masak untuk kita kan?" tanya Jane dengan polos, Tay mengangguk.
"Maaf kan abang ya kalau selama ini belum jadi abang yang baik untuk kalian berdua" ujar Tay, Jane dan Jan menoleh kearah Tay.
Jane dan Jan segera menghampiri Tay dan memeluk nya dari samping.
"Abang sudah cukup jadi yang terbaik untuk kita berdua" ucap Jane, Jan hanya tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER YOU GO
Teen FictionHujan turun dengan deras, baru tadi ia mendapatkan kabar jika kedua orang tua nya meninggal karena kecelakaan. Tay Tawan Vihokratana, orang yang akrab dipanggil Tay itu pun melajukan mobilnya secepat kilat. Ia harus datang ke Rumah sakit untuk melih...