-Cup 17-

371 88 180
                                    

-We need to talk about this-

"Kau menyukai Seokjin?"

Kim Jisso merasa untuk kedua kalinya dia merasa terintimidasi oleh tatapan seseorang. Setelah adiknya, kini ganti kakaknya. Masih dalam konteks yang sama. Yaitu soal pria bernama Seokjin itu.

"Maaf. Tapi untuk apa kau menanyakan hal itu?" Katanya berusaha bersikap biasa meski sedikit gugup.

Irene menyungingkan sebelah bibirnya sinis." Karena aku ingin tahu seberapa berat tandingan adikku."

Heran membuat gadis kim itu mengerutkan dahi. Saat mencoba menerima kalimat yang baru saja dia dengar. Gadis itu belum ada saat Irene dan Sohyun dulu membuat keributan di restoran,karena Jin. Tidak mengetahui jika adik yang di maksud adalah Sohyun. Orang yang menyukai Seokjin dan menganggap ia sebagai saingan mendapatkan pria itu.

"Adik? Tapi maaf, anda sebenarnya siapa?" Jisso belum mendengar perempuan yang tiba-tiba memanggilnya menyebutkan nama. Baginya tidak etis sekali membicarakan hal sensitif tanpa saling mengenal.

Saat itu lah dengan senyum tipis namun tetap menebar pesona menawan. Sedikit membuat gadis itu iri akan parasnya. Yang ditanya dengan angkuh mengulurkan tangan untuk di jabat. Saat dua tangan sudah tertaut, ia memajukan wajah dengan nada sedikit di tekan memperkenalkan diri.

"Aku Lee Johyun."

Tidak bisa mendengar apa yang diobrolkan. Sohyun memilih tak ingin mau tau. Memeriksa laporan pemasukan dan pengeluaran, gadis itu menyibukan diri sebelum restoran dua menit lagi buka.

-

Jisoo berjengit kala sepasang tangan baru saja memasangkan apron ke tubuhnya. Menghela napas berat, mendapati wajah Jin menyandar pada bahunya sambil mengikat tali di punggungnya.

"Kau tau, kan? Melamun di dapur itu berbahaya." Kata pria itu kini sudah melingkarkan sepasang tangan di perutnya.

Jisoo tersenyum," maaf."

"Daripada maaf, aku lebih ingin dengar alasan kau melamun."

"Jin," panggil Jisso dengan lembut. Setelah gadis itu tampak berpikir sejenak.

"Ehm,"

"Kau sungguh menyukaiku ?"

"Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu ?" Jin heran.

"Aku hanya ingin tahu saja. Kau tau kan, kita sudah saling mengutarakan perasaan," Jin mengangguk.

"Tapi kita tidak akan bisa saling memiliki Jin.."

"Kenapa begitu ?"

Jisso memutar tubuhnya berbalik menghadap Seokjin. Telapak halusnya menyentuh pipi pria itu.

"Karena daripada aku, ada perempuan lain yang lebih keras mencintaimu."

"Hei..kau ini kenapa tiba-tiba bicara seperti ini?" Jin menangkup dua pipi Jisoo yang mana sekarang sudah basah.

Gadis itu menangis.

"Karena aku akan sama jahatnya jika terus mencintaimu," Kata Jisoo. Gadis itu lalu menceritkan soal percakapannya denga Johyun. Cukup membuat Seokjin terkejut mendengarnya. Ia tidak menyangka wanita itu akan berbicara pada perempuan ini.

Not one's cup of tea -End- Seokjin💜SohyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang