-Cup 3-

519 169 163
                                    

-Terima saja,sudah sepantasnya jika sekarang kisah kita hanyalah tinggal kenangan.-
_____

Malam hari, ketika semua sudah kembali kekamar masing-masing. Seokjin, justru menyelinap keluar rumah. Mengenakan hoodie hitam favoritnya, dia berjalan menuju jembatan penyebrangan dekat tempat tinggalnya. Setelah seseorang mengirim pesan dengan nomor yang tak dikenal, memintanya datang.

Ia menghela napas berat sesampainya diatas,tidak menemukan siapapun disana.Hingga membuat dia berpikir, jika si pengirim pesan akan datang terlambat. Sementara harus menunggu, mengamati lalu lalang kendaraan yang lewat dibawah, menjadi pilihan lelaki berbahu lebar itu untuk mengusir rasa bosannya.

Sampai dia berjengkit kaget, saat tiba-tiba merasakan seseorang memeluknya erat dari belakang. Dekapan hangat yang terasa tidak asing. Terlebih saat mendengar suara lirihnya ketika mengucap kata,"aku merindukanmu Jin."

"Irene?" Batinnya bertanya, menerka ingatan pada sosok yang berani melakukan ini.

Ingin memastikan, jika tebakannya benar. segera ia melepas pelukan dan langsung membalik tubuhnya. Benar saja, orang yang barusan memeluk dirinya adalah Irene.

"Apa yang kau lakukan?" Tanyanya sedikit menaikkan intonasi bicaranya, ia sungguh tak bisa menduga dengan tingkah wanita didepannya. Baru tadi siang dia menerima undangan pernikahannya, mengapa saat ini dia justru memintanya datang ketempat ini. Untuk menemuinya, dan malah melakukan apa yang tak seharusnya dia lakukan. Mengingat hubungan mereka tak seperti dulu lagi, ini salah.

Perlahan lelaki itu melangkah mundur memberi jarak pada keduanya. Seokjin menggeleng pelan."Tidak sepantasnya kau lakukan ini," katanya dengan sedikit menurunkan nada bicaranya. Secara halus mengingatkan wanita itu tentang statusnya saat ini, yang adalah calon istri orang.

Irene tidak terima,Wanita itu justru semakin mendekat. Diraih tangan kananya dengan genggaman erat, hingga satu bulir air mata jatuh dipipi mulusnya.

"Kenapa semua jadi seperti ini?" Sebuah kalimat tanya yang tenggelam disela isak tangisnya.

Hal yang menjadi kelemahan bagi Seokjin. Lelaki itu tidak bisa,jika melihat seorang wanita menangis didepannya. Perlahan ia megusap jejak air mata yang jatuh, dan menarik wanita itu kedalam pelukan dengan tangan kirinya yang bebas. Lalu berkata,"jangan menangis"

Justru membuat isak tangis wanita itu semakin kencang. Bisa dia rasakan pukulan-pukulan kecil didadanya, yang mungkin adalah bentuk pelampiasan kekecewaan.yang dulu tak sempat tersalurkan,Karena wanita itu yang akhirnya pergi dan memutus komunikasi,usai dulu dia memilih cita-cita kokinya.

Jika saja Irene dulu bisa mendukung dan sedikit lebih bersabar. Mungkin saja situasi seperti saat ini tidak akan mereka alami.

Membiarkan wanita itu puas meluapkan kekecewaannya dulu. Seokjin memilih diam dan menerima apa yang Irene lakukan padanya. Hingga wanita itu berhenti dan jatuh terduduk didasar lantai jembatan terlepas dari pelukan. Membuat Seokjin langsung berjongkok menyamakan posisi mereka.

"Sebenarnya apa yang kau harapkan dari menyuruhku datang kemari ?" Tanyanya dengan sedikit nada frustasi. Sungguh dia tidak nyaman dengan situasi yang tengah dia alami sekarang. Jika saja tahu, jika pesan itu dari Irene. Dia akan memilih untuk tidak datang. Meski sedikit terkejut, nyatanya tanpa sepengetahuan wanita itu berani meminta nomor ponsel barunya. Yang sudah pasti didapat dari ibunya mengingat sangat dekat hubungan mereka.

Not one's cup of tea -End- Seokjin💜SohyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang