26.

169 13 28
                                    

Jangan lupa vote dan komen. Semoga kalian Masi inget alurnya ya:)

Oh ya, part sebelumnya, sekitar 1-20 Han gtu? Itu belum aku revisi ya. Jadi maaf kalo tanda baca nya rada berantakan, i'm so sorry.

Happy reading-!

***

Elang dengan sabarnya menunggu sang adik kembali siuman ditemani dengan seorang gadis gila, menurutnya. Berulang kali Elang dengar helaan nafas kasar yang bersumber dari gadis itu.

Dahi Elang berkerut. "Lo kenapa?"

Wulan kembali menghela nafas yang panjang dengan kasar. "Huhh! Kak, Wulan laper, tau gak? Tawarin Wulan yang cetar membahana ini makanan kek, atau pergi beliin makanan yang ada kantin biar ada so sweetnya gitu,"

Tanpa Elang sadari, tangan miliknya bergerak mengacak-ngacak rambut gadis yang sedang duduk di sampingnya. 

"Maaf gue gak tau lo kelaperan. Gue ke kantin dulu, ya?" pamit Elang yang disetujui langsung oleh Wulan.

Saat Elang melangkahkak kakinya, gadis itu memanggilnya kembali.

"Kak Elang yang ganteng, sekalian bawain susu Milo kesukaan Wulan, ya."

Wulan berdeham dan menirukan suara layaknya seorang anak laki-laki. "Oh iya, boleh banget kok!"

Suaranya langsung berubah dengan normal kembali lalu berkata, "Aduh makasih kak, jadi ngerepotin. Hehe."

Elang mengusap wajahnya dengan kasar. "Cewek, macam apa sih lo sebenarnya, Lan?"

Wulan terkekeh. "Cewek jadi-jadian yang menjelma jadi jodoh mu,"

Terlihat dari raut wajah Elang, sepertinya pria tampan itu sedikit tertekan. Ia mengabaikan gadis itu lalu pergi untuk membeli sebuah makanan.

Meskipun hari sudah cukup larut, kantin rumah sakit ini terbuka 24 jam non-stop. Kemudian, ia menghampiri pedagang nasi goreng, lalu memesan 2 porsi nasi untuk dibungkus.

"Bang, dibungkus 2. Pedesnya sedeng aja!"

"Siap kang!"

Tak lupa, Elang juga menghampiri penjual minuman yang masih bukalapak di jam selarut ini. "Bu, 1 susu Milo anget, sama kopi capuccinonya satu, ya."

Elang duduk di kursi panjang yang disediakan sambil menunggu pesanannya selesai. Dalam beberapa menit, seorang wanita menghampiri dirinya seraya melemparkan senyum tipisnya.

Wanita tersebut tanpa permisi, ia segera duduk tepat di samping Elang. Elang yang terkejut dengan kedatangan beliau, segera berdiri dari tempatnya. Namun digagalkan oleh cekalan milik wanita itu.

Dengan menyungging senyum, wanita itu membuka suaranya. "Sampai kapan? Kamu mau menghindar dari Ibu," tanyanya.

Elang berbalik dengan ekspresi yang datar namun menyimpan amarah yang ia pendam. "Anda itu bukan Ibu saya. Dan sampai kapan pun juga, saya tidak akan menganggap anda sebagai seorang Ibu. Dan yah! Anda hanyalah sebatas orang asing, dalam hidup saya. Dan sebatas tamu yang tidak diundang dalam keluarga saya."

Monik, wanita yang Elang cap sebagai 'pengganggu' dalam hidupnya itu hanya senyum tipis. "Sampai kapan kamu mau menghindari kenyataannya?"

Rigel dan Aura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang