23.

228 23 56
                                    

Siapkan hujatan kalian hwhwh. Ternyata Chika ga sendiri gesss. Ayo mengumpat

***

Satu yang aku cari, kamu ada di mana Aura?

Ting!

Pesan kedua kembali terkirim dari sebuah nomor yang Rigel tidak ketahui sama sekali.

08xxxxxxx: Merah, lemah, hampir tidak bernyawa.

Rigel segera menelpon nomor tersebut, namun hanya balasan operator yang ia dengar. Rigel menarik rambutnya frustasi, ia semakin khawatir.

Raga pria itu merampas paksa handphone milik Rigel. "Penuh dengan sesuatu yang merambat, gelap dan sunyi." monolog Raga.

Semua mencoba memikirkan sebuah teka-teki itu. Raga terus mengulangi pesan yang ia baca.

"Merambat? Banyak akar pohon? Gelap dan sunyi? Gak banyak kehidupan manusia ...." ucap Raga.

"Hutan!" ucap Raga.

"Ya! Jawabannya hutan!" pekik Raga.

"Satu hutan yang banyak pohon sama akar yang merambat. Ada di gunung *****" sela Rigel.

"Iya, gue sama yang lain pernah muncak di sana. Kita ke sana," ucap Rigel.

Semua bergegas melajukan motornya kesebuah tempat yang Rigel tunjuki, Rigel yakin bahwa tempat itu adalah benar tempat di mana Aura diculik.

***

Aura menangis tanpa suara, kakinya sudah penuh dengan luka lebam, ia menatap lurus seorang pria yang memasuki ruangan Aura. Pria tersebut mengenakan baju serba hitam dan wajah yang tertutupi.

Nafas Aura memburu, ia sudah banyak menahan sakit, ia tidak ingin orang tersebut melukai tubuhnya lagi. Pria itu berjongkok dihadapan Aura kemudian pria itu membuka penutup wajah yang menghalanginya.

"Tenang, ini gue. Azri," ucap Azri saat membuka topengnya. Aura memelebarkab pupil matanya, benarkah yang ia lihat adalah Azri? Sahabat Rigel. Tapi kenapa Azri berada di sini? Mengapa ia tega mengkhianati Rigel dalam penculikan Aura.

"Dengerin gue, nanti tepat 5 menit lagi lo akan dibawa kesebuah kamar. Lo harus bisa ngelawan sekuat tenaga lo, lo harus keluar dari kamar itu lewat jendela ke 1 sebelah kiri, lo harus lari dari hutan dan cari jalan raya. Gue yakin lo bisa, gue akan bakal ngawasin di sini biar lo bisa pergi. Dengerin gue Aura, lo harus tendang apa aja atau pukul apa aja orang itu," ucap Azri panjang lebar. Aura menganggukan kepalanya paham, walaupun ia tidak mengerti mengapa Azri berada di sini. Jika Azri ingin berkhianat lalu mengapa ia membantu Aura untuk meloloskan diri?

"Gue tau lo bingung, gue akan ceritain nanti," ucap Azri yang merasa mengetahui pemikiran Aura. Azri memasang kembali topengnya lalu keluar menuju ruangan.

Tidak lama Azri keluar, dua orang pria dengan jubah yang sama seperti Azri mendatangi Aura. Kedua pria tersebut melepas ikatan Aura dan menyeret Aura, Aura tidak tau ia akan dibawa kemana namun yang jelas Azri mengatakan bahwa ia akan dibawa kesebuah kamar.

Aura memasuki kamar tersebut, kedua pria tadi lalu meninggalkan Aura dan menutup rapat pintu tersebut. Aura semakin merasakan ketakutan, belum lagi rasa sakit yang sudah tidak tertahankan.

Pria yang tidak ia kenali menyalakan lampu, pria itu kemudian membalikkan tubuhnya menatap Aura dengan sangat lekat.

"Adit?" batin Aura.

"Hay, lo terkejut? Gimana, rencana gue sama Chika bagus 'kan?" tanya Adit.

Adit kemudian menghampiri Aura dan melepaskan tali yang mengikat kedua tangan Aura dan melepas kain yang membungkam mulut Aura. "Gue mau milikin lo sepenuhnya," bisik Adit.

Rigel dan Aura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang