PLL | 2

284 22 4
                                    

Apa yang tidak bisa dilakukan oleh seorang Sanchez?

Jawabannya adalah membayar tagihan.

***

Kami berjalan menuju unit apartemenku berada. Semuanya membawa koper dalam genggaman. Karena banyaknya barang bawaan, hasil shopping-ku barusan sengaja tidak kubawa dan ditinggalkan begitu saja di dalam bagasi mobil. 

Lift yang kami masuki pun berdentang, menandakan kami yang telah sampai di lantai tujuan.

Dengan susah payah, aku menarik salah satu koper besar milik Mami sedangkan Gabriel membawa dua koper di tangan dengan tas jinjing besar di atas salah satu kopernya. 

Aku mengambil access card yang ada di dalam clutch bag-ku dan mencoba untuk membuka pintu di hadapanku. Namun anehnya, pintu itu tak kunjung terbuka.

Kukernyitkan dahi, bingung. Gabriel yang berdiri di sampingku ikut terlihat bingung namun tak berani bilang apa-apa.

Dengan gesit, aku segera meraih ponselku dan mencoba menelepon resepsionis apartemen di lantai bawah untuk meminta bantuan. 

Tak lama kemudian, salah seorang resepsionis mendatangiku. Ia mengucapkan permintaan maaf sebelum memulai penjelasannya. "Saya baru dapat kabar dari atasan saya kalau Bu Laura tidak bisa tinggal di sini lagi. Pihak apartemen memberikan izin pada Bu Laura untuk mengambil barang-barang ibu di dalam selama 1x24 jam."

"APA?!" seruku tak percaya. "Maksudnya apa? Saya diusir? Kenapa?" ujarku bertanya-tanya. 

"Kami terpaksa menutup akses masuk untuk Bu Laura karena sewa apartemen ibu yang sudah lewat satu minggu dan ibu juga belum memberikan konfirmasi untuk melanjutkan sewa."

Penjelasan resepsionis itu menimbulkan banyak tanya di dalam benakku. "Bukannya saya sewa sampai bulan depan? Temponya seharusnya di bulan depan, 'kan?"

Aku menatap ke arah Papi yang sedari tadi diam membisu. Mencoba meminta bantuan karena selama ini, Papi juga ikut campur tangan dalam urusan apartemenku ini. Namun Papi bahkan tetap diam saat aku bertanya. Membuatku merasa cemas.

"Mohon maaf sekali lagi, tapi sepertinya ada kesalahpahaman. Sewa Bu Laura memang sudah habis di bulan ini."

Tiba-tiba saja, kepalaku terasa pusing. Aku memijat pelan dahiku. "Gak mungkin!"

Gabriel menarik pelan diriku hingga punggungku menabrak dadanya pelan. Mencoba menenangkanku. "Tenang, Sayang. Tenang. Oke?"

Bagaimana bisa aku tenang di keadaan yang seperti ini? 

"Tolong cek lagi. Saya yakin pasti ada kesalahan. Sewa saya berakhir bulan depan!"

Seruku ngotot. Nada bicaraku pun mulai menaik karena termakan emosi.

Dengan sigap, resepsionis itu mengangsurkan amplop berwarna cokelat yang sedari tadi berada di genggamannya padaku.

"Itu berkas yang saya ambil dari atasan saya. Itu kontrak sewa Bu Laura."

Aku meraih amplop itu dengan kasar. Kubaca isi surat itu hati-hati. Kedua manik mataku kemudian terfokus pada tanggal berakhirnya sewa yang sengaja ditebalkan.

23 Januari 2021.

Itu ... minggu lalu.

Jadi, ini semua nyata? Aku kehilangan apartemen yang selama bertahun-tahun ini aku tinggali hanya karena salah mengingat tanggal jatuh tempo?

Pretty Little Liars | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang