PLL | 26

220 29 10
                                    

Kok bisa bertahan baca cerita ini sampai sekarang?

***

Laura tidak bisa berlama-lama dengan kedua temannya. Dia mendapat pesan singkat dari Tante Kamila yang mengabarinya kalau kini dirinya tengah berada di apartemen James. Tante Kamila bahkan tak malu untuk meminta Laura menemaninya di sana. Jelas, Laura tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. 

Di tengah keakraban mereka berdua, Tante Kamila mengangkat topik mengenai rumor yang ia sebarkan sendiri. Perihal Laura yang akan menjadi menantunya. Laura sedikit bersyukur Tante Kamila membahas topik ini lebih dulu. Jadi, ia tidak perlu repot-repot berbasa-basi hanya untuk memastikannya.

"Tante yakin orang tua kamu pasti udah dengar berita itu juga. Jadi, Tante mau ngundang kalian makan malam bersama. Tapi sepertinya ... Sekarang masih belum waktunya. Andai keadaannya gak seperti ini, pasti semuanya akan berjalan dengan lancar."

Laura hanya tersenyum canggung. Ia bingung harus bagaimana menanggapinya. Jadi ia memilih untuk tetap diam. 

"Sebagai gantinya, kamu mau temenin Tante, 'kan?" lanjutnya lagi.

"Temenin kemana, Tante?" 

"Kemana-mana! Tante mau tunjukin ke semua orang kalau kamu itu calon menantu Tante."

***

Seperti yang dibilang sebelumnya, Laura mengikuti Tante Kamila kemana pun ia pergi. Bisa dibilang, ini untuk menegaskan posisinya sebagai calon menantu yang sebenarnya belum resmi sekaligus memberi sinyal pada banyak orang mengenai hubungan antar keluarga Williams dan Sanchez yang 'baik-baik' saja. Seolah rumor yang bertahan selama bertahun-tahun tentang persaingan bisnis mereka tidak pernah ada sebelumnya.

Sebenarnya, Laura masih merasa sedikit takut. Seandainya saja keluarganya yang lain mengetahui hubungan Laura dengan keluarga Williams yang lebih dari urusan pekerjaan, jelas Laura tak akan bisa berkutik nantinya.

Tapi, Laura juga tidak bisa menolak ide dari Tante Kamila. Ingat, ia ingin segera menjadikan James mempelainya! Jadi, Laura tidak akan kalah dari taruhan mereka dan bisa mengadakan acara pernikahan yang mewah. Seperti yang selama ini ia impikan.

Tujuan pertama mereka adalah pusat perbelanjaan. 

Layaknya ibu mertua idaman semua anak gadis, Tante Kamila banyak memanjakan Laura dengan membelikan buah tangan. Baju, sepatu dan perhiasan banyak diberikannya pada Laura sebagai hadiah. Laura merasa tak enak, tapi ia senang juga mendapat barang baru. Sudah lama ia tidak mencium bau barang-barang branded seperti saat ini. Rasanya seperti ia akan gila saja.

Meski begitu, Laura tak berani meminta banyak. Ingat juga, ia harus tetap jaga image. Jangan sampai Tante Kamila ilfeel duluan melihat hobi belanja Laura yang jauh dari kata waras.

Jadi, mereka berhenti mengincar barang-barang indah saat shopping bag-nya tiba-tiba saja berjumlah tujuh buah. Sebagai usaha balas budi, Laura membelikan Tante Kamila satu set perhiasan yang dipikirnya sangat cocok bagi Nyonya Williams itu.

Tentu, Laura membayarnya dengan menggunakan kartu kredit James. Ia punya uang darimana untuk membeli barang mewah semacam itu? Yah, anggap saja itu hadiah dari putranya juga.

Selanjutnya, Tante Kamila membawanya ke kantor James. Diam-diam, Laura merasa sedikit gelisah. Dengan sekuat tenaga, ia mencoba menyembunyikan rasa gelisahnya itu.

Pretty Little Liars | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang