Aku masih menunggu surel juga panggilan dari kantor James dengan penuh harap. Ini sudah hari ketiga, tapi aku masih saja belum mendapatkan konfirmasi baik melalui surel maupun panggilan telepon.
Gabriel telah mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya setelah beberapa minggu menganggur. Menyisakan aku yang masih dalam keadaan digantung.
Mami telah keluar dari rumah sakit dan kini tengah dalam perawatan intensif dengan Papi.
Aku dan Gabriel tidak begitu cemas dengan keadaan Mami karena ia dirawat oleh orang yang tepat. Setidaknya, itu menurutku.
Tak lama kemudian, Papi mendudukkan dirinya di sampingku. Beberapa menit saling membisu, akhirnya Papi mengeluarkan suaranya juga.
"Papi udah tau rencana kamu untuk kerja. Abang kamu yang kasih tau Papi. Itu bagus. Papi seneng kamu mau kerja. Gelar kamu akhirnya bisa berguna juga.
"Yang masih Papi belum paham, kenapa kamu cuma ingin jadi sekretaris anaknya Nikolas itu saja? Kamu bahkan tidak melamar ke perusahaan yang lain. Apa yang kamu rencanakan, Sayang?"
Aku menghela napas berat. Tidak mungkin kan kalau aku mengungkapkan semuanya pada Papi?
"Gak ada rencana apa-apa kok, Pi. Papi tau sendiri kan kalo aku ini emang gak pernah buat plan B."
Papi menatapku lekat seolah tengah mencari kebohongan dari ucapanku. Aku menormalkan ekspresi wajahku dengan susah payah agar Papi mampu mempercayaiku.
Untungnya, Papi tak lagi menanyaiku lebih lanjut. Ia nampak percaya-percaya saja padaku.
"Kamu tau, perusahaan James itu rival perusahaan kita ... dulu. Bukan hal yang mudah untuk bisa diterima di sana. Jadi kalau Papi bisa kasih kamu saran, coba kamu lamar ke perusahaan lain. Coba buat plan B dari sekarang. Setiap orang itu harus punya plan B, Sayang."
"Nanti, Pi. Aku mau tunggu seminggu atau bahkan sebulan lagi sampai aku dapet panggilan dari perusahaannya James. Kalau lebih dari itu, Laura ... Laura akan coba untuk buat plan B."
Sejujurnya, aku tidak menginginkan adanya plan B. Sisi idealisku menolak untuk itu. Tapi, aku tidak bisa menolak mentah-mentah dihadapan Papi. Setidaknya, aku tidak boleh membuat Papi cemas.
Untuk sekarang, biarlah begini dulu.
Seperti yang aku bilang tadi, aku akan tunggu informasi lebih lanjut dari pihak James seminggu, dua minggu bahkan hingga satu bulan penuh. Kalau sampai batas waktu itu masih tidak ada kabar juga ...
Akan kupikirkan lagi cara lainnya.
Bagaimanapun juga, James harus berada dalam jarak pandangku, dalam genggamanku.
***
Dua minggu berlalu dan aku masih belum dapat kabar juga. Beberapa kali, Gabriel menanyakan kelanjutannya juga padaku namun aku hanya mampu menjawabnya dengan gelengan.
Gabriel sudah semakin sibuk akhir-akhir ini. Aku tidak tahu jabatan apa yang ia emban saat ini, tapi kurasa jabatannya cukup penting.
Beberapa kali ia harus pergi ke luar kota selama 2-3 hari. Meninggalkan kami bertiga di kontrakan yang kecil ini.
Sejauh ini, hidupku berjalan lancar namun tetap tidak berjalan dengan baik. Tidak sesuai dengan yang kuinginkan. Karena tetap saja, aku kini tak bisa lagi pergi shopping saat sedang gabut atau main ke kelab malam saat sedang bosan. Di antara banyak hal, sepertinya aku paling merindukan masa-masa itu.
Teman-temanku yang lain pun telah kembali melanjutkan aktivitas normal mereka. Kami bahkan bertemu beberapa hari yang lalu dengan Agni yang membawa lelaki yang ia sebut 'calonnya'.
![](https://img.wattpad.com/cover/231492307-288-k504037.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Little Liars | ✔
Roman d'amour[ Seri kedua dari Marriage In Rush ] Sebagai pencetus taruhan semasa SMA, Laura Sanchez--sang gadis kaya raya dari keturunan konglomerat Sanchez yang terkenal itu--tentunya tidak boleh kalah. Ia harus menikah tahun ini. Ia tidak boleh kalah dari Agn...