Tidak seperti dugaan Laura sebelumnya, Tante Kamila memilih untuk tinggal hingga jam makan malam tiba. Ia bahkan dengan senang hati menawarkan diri untuk membantunya memasak makan malam. Dan Laura tidak punya pilihan selain menerima bantuannya. Karena sebenarnya, tujuan kedatangan Tante Kamila dari awal juga untuk membereskan apartemen putranya sekaligus menyiapkan makan malam sebagai bentuk kecemasan seorang ibu kepada putranya yang masih bujangan.
Biasanya, Tante Kamila akan rutin mengunjungi apartemen James sebulan sekali untuk berbenah. Hanya saja, kedatangannya kali ini bisa dibilang dadakan. Mungkin James juga tidak tahu kalau mamanya sudah kembali dari Paris. Jadi Laura yakin, James juga terkejut dengan kehadiran mamanya di sini.
Mereka berdua memasak cukup banyak menu. Kebanyakan makanan laut karena ternyata, James menyukai seafood. Apalagi kalau pedas. Kalau dilihat-lihat, mereka berdua nampak seperti ibu dan anak. Kerja sama yang terjalin antara keduanya di dapur nampak harmonis.
Tepat saat keduanya tengah menata hidangan di atas meja, James muncul di hadapan mereka dengan setelan jas berwarna biru tua. Dilihat dari raut wajahnya, nampaknya ia menyimpan banyak kecemasan. Suatu emosi yang cukup masuk akal untuk ditampilkan dalam situasi saat ini. Percayalah, beberapa jam yang lalu Laura juga sempat menampilkan emosi yang serupa.
"You're home?"
Tidak. Itu bukan sambutan dari mamanya. Melainkan dari Laura.
Sejenak, James mengernyitkan dahi saat mendengar nada yang terdengar lembut di telinganya itu. Jelas, ini bukan sosok Laura yang ia temui beberapa bulan ini. Karena sebaik-baiknya dia 'bekerja', dia tidak pernah bersikap selembut ini.
Seketika, bulu kuduknya meremang.
Di samping Laura, Tante Kamila menyenggol pelan bahunya. Laura mengernyitkan dahi tak paham.
Gemas, Tante Kamila segera berbisik. "Bantu James beresin barang bawaannya, sana!"
Dengan sigap, ia mengikuti intruksi dari mamanya James. Ia segera menghampiri James dan mengambil paksa tas kerjanya. Ia juga membantu James melepaskan jas dan dasinya.
James tentu menolak, tapi paksaan Laura berhasil membuatnya mengalah. Lagipula, ia juga tengah mengamati situasinya.
"Nah, mending sekarang kamu mandi dulu. Mama sama Laura udah masak banyak barusan. Menu kesukaan kamu semua."
James tidak bisa menolak perkataan mamanya itu. Lagipula, James memang butuh mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Ia pikir, ia akan segera membereskan situasinya nanti. Setelah ia selesai mandi.
Tapi pada kenyataannya, harapan James itu semu. Ia bahkan tak tahu lagi situasi apa yang harus ia bereskan melihat kedekatan mamanya dengan Laura yang dapat terbentuk kurang dari 24 jam.
Jadi, apa berita tentang persaingan antara Williams dan Sanchez itu hanya omong kosong belaka?
Tentu saja, papanya tidak akan pernah berpikir seperti itu.
Persaingan dagang antara perusahaan Williams dan Sanchez itu sangat terasa. Mamanya yang tidak mengerti urusan perusahaan itu mungkin saja tidak menyadari persaingan sengit di antara keduanya. Jadi mungkin, keakraban mereka berdua saat ini bisa dimengerti.
Tapi tetap saja. James berpikir semua ini adalah kesalahan.
Ia tidak merekrut Laura sebagai bawahannya untuk mendapatkan perhatian dari sang nyonya besar.
Tidak. Bukan hanya itu saja. Tapi si anak tetangga itu juga ternyata dekat dengan mamanya.
Apa semesta tengah bercanda dengannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Little Liars | ✔
Romance[ Seri kedua dari Marriage In Rush ] Sebagai pencetus taruhan semasa SMA, Laura Sanchez--sang gadis kaya raya dari keturunan konglomerat Sanchez yang terkenal itu--tentunya tidak boleh kalah. Ia harus menikah tahun ini. Ia tidak boleh kalah dari Agn...