Pada akhirnya, kami membayar biaya rumah sakit dengan menggunakan uang pinjaman dari Tintan.
Gabriel tidak mendapatkan pinjaman dari siapa pun. Aku tebak, teman-temannya pasti tipe orang yang akan selalu ada saat sedang senang-senang saja. Kasihan sekali.
Dokter yang menangani Mami bilang kalau Mami terkena serangan stroke ringan akibat stress dan perlu banyak beristirahat. Untuk sementara, Mami harus dirawat inap.
Urusan biaya rumah sakit Mami telah teratasi hingga satu minggu ke depan. Kini giliran kami memikirkan tempat tinggal untuk sementara. Atau mungkin, selamanya? Ih, amit-amit!
Gabriel terlihat pusing juga memikirkan hal yang satu itu. Hingga kemudian, ia memberikanku saran.
"Lo sama Papi tidur dulu di sini, untuk sementara. Karena mobil lo kecil dan gak muat barang banyak-banyak, Abang taro sebagian koper yang ada di mobil ke sini sebelum Abang balik ke apartemen kamu dan ambil koper-koper lain yang ada di sana. Oke?"
"Abang juga tidur di sini, 'kan?" tanyaku kemudian.
Gabriel menggelengkan kepalanya pelan. "Gak tau juga. Biasanya di rumah sakit umum kayak gini suka dibatasi jumlah pendamping pasiennya. Dan biasanya gak boleh lebih dari dua orang."
"Jadi, nanti lo tidur di mana?"
Ia menggedikkan sebelah bahu. "Gampang, lah! Paling di mobil lo."
Menyetujui ide dari Gabriel, aku lantas merebahkan diri di atas ranjang yang kosong, tepat di sebelah tempat Mami tertidur.
Papi membantu Gabriel membawa beberapa koper dari mobilku.
Saat aku tengah merenungi semua hal yang terjadi secara tiba-tiba satu harian ini, ponselku berdering. Kulirik caller id-nya dan menghela napas berat saat melihat nama Anneth di layar.
Kalau berhubungan dengan Anneth, pasti tidak jauh-jauh dari 'cerita'. Entah apa yang akan ia ceritakan kali ini, tapi aku sedang tidak ingin mendengar keluh kesahnya.
Namun, sebagai teman yang baik, aku tak tega mengabaikan panggilan itu.
"Kenapa, Neth?" tanyaku dengan nada berat.
"Elo yang kenapa, La! Mau cerita? Gue yakin ada yang gak beres dari lo. Gue baru cek grup dan ngerasa aneh liat chat dari lo. Makanya gue langsung telepon."
Aku tersentuh mendengar ucapannya. Dan seketika merasa bersalah karena telah menduga hal-hal yang tidak benar.
"Ceritanya panjang, Neth. Intinya, ekonomi gue dan keluarga lagi gak baik-baik aja. Kita bangkrut, Neth. Harta kita satu-satunya cuma mobil gue doang."
Tanpa kusadari, aku telah menangis tersedu tatkala menceritakan semuanya pada Anneth.
"Gue gak tau kenapa bisa kayak gini? Semuanya serba dadakan. Gue gak tau apapun. Tiba-tiba aja pas gue lagi shopping, semua kartu kredit gue mendadak gak bisa diakses. Di blokir, semuanya. Semuanya, Neth. Semuanya!"
"Gue juga diusir dari apartemen karena masa sewanya udah lewat seminggu dan gue gak punya duit buat lanjutin sewanya sampai bulan depan. Belum lagi Mami gue, Neth. Mami gue drop. Mami kena stroke karna stress dan sekarang lagi di rawat di rumah sakit umum. Ya Tuhan, Neth. Bahkan buat bayar biaya rumah sakit umum yang gak semahal rumah sakit swasta aja gue ga sanggup. Kebayang gak segimana kerenya gue sekarang?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Little Liars | ✔
Romance[ Seri kedua dari Marriage In Rush ] Sebagai pencetus taruhan semasa SMA, Laura Sanchez--sang gadis kaya raya dari keturunan konglomerat Sanchez yang terkenal itu--tentunya tidak boleh kalah. Ia harus menikah tahun ini. Ia tidak boleh kalah dari Agn...