Raphael mendapati apartemennya kosong. Bahkan, tidak ada angin yang berembus masuk ke dalam apartemennya. Suasana apartemennya terlalu senyap dan dingin.
Sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan, Raphael melangkah masuk. Televisi yang seharusnya mati, menayangkan hal yang tidak jelas. Terkadang, berganti menjadi tayangan kanak-kanak lalu menjadi tayangan berita. Atau yang lebih parah, tayangan khusus dewasa.
Rahang Raphael mengeras. Bahkan keberadaan Lucifer tidak terdeteksi di sekitar apartemennya. Dia juga tidak merasakan keberadaan Zhea yang seharusnya masih bisa dia deteksi sejauh apapun jaraknya.
Netra Raphael teralihkan oleh piring sarapan di meja di ruang keluarga. Masih ada sisa makanan di sana. Pastinya, Zhea seharusnya masih makan di sana. Namun, di mana Zhea?
"Zhea!" teriak Raphael sembari menjelajahi satu per satu ruangan yang ada.
Di salah satu ruangan, gudang kecil, Raphael mendapati tetesan darah dari atas layaknya hujan. Dia segera mendongak, tetapi tidak mendapati apapun di sana. Kemudian, Raphael mencoba meraba darah tersebut. Tidak ada yang aneh dengan darah tersebut.
Rasa khawatir memenuhi pikiran Raphael. Dia berbalik dan menuju ke ruang keluarga. Langkahnya terlihat terburu-buru menuju ke gorden dan membukanya dengan kasar. Hanya pemandangan kota yang terlihat.
Raphael berbalik, mendapati seorang pria asing sedang melihat-lihat hiasan di meja televisi. Dia segera menetralkan raut wajah dan pikirannya yang sedang kacau.
"Kau kehilangan bonekamu, bukan?"
^°^°^
Lucifer masih menyerang Althius. Berkali-kali, dia menyerang Althius di bagian vital, namun berkali-kali pula Althius masih dalam keadaan sehat. Dia semakin geram dan frustasi. Hasrat membunuhnya semakin memuncak. Dia menggeram dan menyerang sekali lagi dengan telak.
Althius muntah darah. Dalam keadaan penyamaran, entah sedang sekarat atau terluka ringan, dia tidak boleh menggunakan kekuatannya. Bukan karena tidak mau, tetapi karena ada kekuatan yang lebih besar sedang berada di bumi juga. Althius tidak akan gegabah untuk menggunakan kekuatannya dan membuatnya mendapat hukuman.
"Lucifer!" panggil Bloody Mary saat Lucifer berhenti menyerang Althius. Dengan segera, dia menolong Althius yang terbaring tidak berdaya di hadapan Lucifer. "Anda seharusnya bisa melawan, Tuan Althius. Kenapa tidak Anda lawan?"
Althius tersenyum saat mendengar perkataan Bloody Mary. Napasnya mulai memendek. Netranya mulai tertutup. Dalam keadaan begini, Althius masih memikirkan siapa makhluk yang memiliki kekuatan sebesar itu sehingga mengharuskan dirinya untuk menekan kekuatannya sendiri.
Bloody Mary panik ketika Althius mulai tidak sadarkan diri. "Lucifer!" panggilnya pada Lucifer dengan panik sembari menepuk-nepuk pipi Althius dengan lembut.
Lucifer menatap Bloody Mary yang panik. Dia tidak berniat sama sekali untuk menolong Althius yang sedang sekarat. Toh, Althius bakal meleburkan diri dan memulihkan diri di dunia Entitas. Apa yang perlu dikhawatirkan?
Bloody Mary menatap Lucifer dengan berkaca-kaca ketika mendapati Lucifer tidak bergerak sama sekali dari tempatnya. Malah, Lucifer terlihat tidak peduli dengan Althius. "Kauyakin tidak mau membantu, Lucifer?" tanyanya.
Lucifer masih tetap pada pendiriannya. "Haruskah?" balasnya balik bertanya.
Bloody Mary terperangah mendengar balasan dari Lucifer. "Apa kau tidak mau mencari Zhea?" tanyanya.
Lucifer mengerutkan keningnya. "Apa hubungannya?"
"Althius bisa menolongmu mencari Zhea, Lucifer," jawab Bloody Mary dengan tegas. "Dia punya banyak koneksi di dunia entitas. Dia bisa membantumu mencari Zhea."

KAMU SEDANG MEMBACA
a little tale.
FantasiMaut hanyalah entitas yang dibuat untuk menyadarkan makhluk Bumi. Bahwa mereka tidak abadi dan tidak ada yang abadi. Digambarkan sebagai entitas yang berpenampilan suram nan dingin, banyak Maut yang menyamar menjadi manusia dan berbaur demi perintah...