Raphael menatap Lucifer dengan tajam. Dia sudah memperingatkan Zhea untuk tidak dekat-dekat dengan iblis manapun, sebaik apapun sifat mereka. Karena dia tahu, dibalik sifatnya yang manis nan hangat, ada tipu muslihat yang sedang dijalankan.
Contoh paling dekat, Lucifer.
Di seberang Raphael, Lucifer tersenyum manis. Iblis itu masih bersikap hangat meskipun di hadapannya adalah malaikat. Karena bagaimanapun, mereka diciptakan oleh Sang Pencipta. Bukan tugasnya untuk mengganggu malaikat, kecuali ditakdirkan.
"Ada apa kau kemari?" tanya Raphael dengan dingin. Netranya melirik Zhea yang duduk di kursi taman sambil mengelus kucing besar yang diberikannya. Di sebelah Zhea, dia melihat seorang pemuda dengan gelagat gelisah.
Lucifer tersenyum manis. "Menggoda manusiamu, mungkin?" candanya dengan kekehan kecil. "Manusiamu terlalu menggoda untuk dilewatkan, Raphael."
Raphael mendengus sebal. Dia mendekati Zhea. "Ayo pergi," ajaknya pada Zhea.
Zhea mendongak ke arah Raphael. Dia mengangguk dengan semangat dan menggendong kucing besarnya dengan hati-hati. Namun, dia berhenti sejenak. "Raphael, pemuda ini ingin bertemu denganmu," ujarnya, membuat Raphael terdiam di tempat.
Raphael berbalik, menghadap Zhea dan seorang pemuda jangkung nan kurus. "Ada apa?" tanyanya.
Pemuda tersebut berlutut di bawah kaki Raphael sambil menangis tersedu-sedu. "Saya mohon," pintanya. "Jangan catat ibu saya. Saya ingin membahagiakannya. Saya mohon." Pemuda itu masih menangis di bawah kaki Raphael.
"Sepertinya ada kesalahpahaman di sini," simpul Lucifer sambil tersenyum penuh arti. Dia menoleh ke arah Raphael, yang juga menoleh ke arah Lucifer. "Kau memang Maut, Raphael. Tetapi banyak yang mengartikan bahwa Maut yang muncul di sekitarnya akan mencatat roh yang dirasa akan meninggal."
Raphael seakan tersadar oleh ucapan Lucifer. Pemuda di hadapannya adalah salah satu dari banyaknya manusia indigo yang bisa melihat kematian. Tidak heran jika pemuda ini memohon kepadanya untuk tidak mencatat roh. Namun, dia tidak punya tugas di sekitar sini. Tugas Raphael berada lebih jauh dari sini. Dia ke sini hanya untuk membawa Zhea ke tempatnya bertugas. "Kurasa kau salah paham," ucapnya pada pemuda di kakinya. "Aku bukan Maut yang ingin mencatat roh di sini. Tugasku bukan di sini."
Raphael beralih pada Zhea yang masih mengelus kucing besar pemberiannya. Dia menarik tangan Zhea untuk mengikutinya sambil berucap, "Ayo pergi."
Lucifer tersenyum manis sejenak pada pemuda yang masih duduk di tanah. Dia lalu mengikuti Raphael dan Zhea yang sudah mulai menjauh. "Lain kali jangan menunda kematian seseorang. Jika sudah takdirnya, maka terjadilah," ucapnya pada pemuda tersebut, sebelum pergi.
Zhea hanya bisa menuruti Raphael. Tangan yang terbebas dari cekalan Raphael dia gunakan untuk menuntun kucing besarnya yang masih uring-uringan dengan Lucifer. Apalagi, kucing itu belum makan.
"Saya akan membawakan kudapan untuk kucing Anda, Nona," tawar Lucifer seraya menghilang. Sementara itu, kucing besar milik Zhea tampak tenang.
"Kucing kurang suka dengan iblis. Maka dari itu, dia selalu menggeram ketika ada iblis di sekitarnya," jelas Raphael. Dia melepaskan cekalannya pada Zhea agar gadis itu merasa lebih bebas.
Zhea hanya menganggukkan kepalanya setelah mendengar penjelasan dari Raphael. "Tapi kenapa Lucifer tidak pergi setelah bertemu dengamu?" tanyanya dengan penasaran.
Raphael menatap angkasa sejenak. Dia menghela napasnya dengan berat, seolah-olah hendak menghilang seluruh beban yang ada di dalam pikirannya. "Abaikan saja keberadaannya. Pandang dia seperti manusia biasa yang kurang pekerjaan. Kau paham?" sarannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
a little tale.
FantasyMaut hanyalah entitas yang dibuat untuk menyadarkan makhluk Bumi. Bahwa mereka tidak abadi dan tidak ada yang abadi. Digambarkan sebagai entitas yang berpenampilan suram nan dingin, banyak Maut yang menyamar menjadi manusia dan berbaur demi perintah...