... api, Api, APi, API.

8 3 0
                                    

Panti asuhan adalah destinasi yang paling sering dikunjungi oleh Raphael, diikuti Zhea dan, dengan terpaksa, Lucifer. Sudah banyak panti asuhan yang dikunjungi oleh Raphael dengan tujuan memberikan bantuan ataupun sekadar berkunjung demi menghibur anak-anak yang ada.

Sampai sekarang, setiap beberapa waktu sekali, Raphael akan ke sana. Bersama Zhea. Diikuti iblis bernama Lucifer.

Panti asuhan manapun akan dikunjungi oleh Raphael. Dari mana pun asalnya, akan tetap menjadi destinasi penghilang waktu luangnya. Bagaimanapun kondisi panti asuhan itu, sebobrok apapun panti asuhan itu, Raphael pasti akan mengunjunginya.

"Kupikir panti asuhan ini tidak jauh dari kata bobrok," kata Zhea sembari ternganga tidak percaya.

Di hadapan mereka, sebuah bangunan besar menjulang. Arsitekturnya tampak kuno, tetapi untuk masalah kukuh atau tidak, bangunan panti asuhan ini terlihat sangat kukuh meskipun sudah termakan usia. Ada pagar yang mengitari bangunan panti asuhan. Dilindungi pagar, taman yang berisi tanaman hias tersebar secara tata di seluruh ruang kosong. Ada jalan setapak yang lurus ke depan menuju ke bangunan panti asuhan. Selain itu, sebagai penambah keramaian di taman itu, ada banyak anak yang sedang bermain didampingi para pengasuh.

Sejauh ini, tidak terlihat sedikitpun kesengsaraan dibalik letaknya yang cukup sulit dijangkau.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang wanita yang berada di ambang pintu gerbang. Dari wajahnya, kelihatan jika dia sudah berumur juga ramah--tipe-tipe pengasuh anak yang baik.

Raphael bereaksi terlebih dahulu. "Kami ingin berkunjung kemari," jawabnya dengan ramah.

"Wah, jarang sekali kami mendapat tamu," ujar wanita tersebut dengan senang. "Silakan masuk." Dia lalu membuka gerbang lebih lebar lagi seraya mempersilakan mereka masuk.

Anak-anak yang sedang bermain sontak berlari ke arah orang yang baru saja masuk ketika mendengar decitan gerbang. Mereka mengerubungi Zhea, Raphael, dan Lucifer seperti semut mengerubungi gula. Namun, hal itu tidak bertahan lama. Mereka dibubarkan untuk menjauh dari tamu-tamu yang baru datang.

Zhea ketempelan seorang bocah perempuan bermata beda. Bocah itu berusia sekitar sepuluh tahun. Rambutnya berwarna pirang dengan panjang sepunggung dan dikepang panjang ke belakang. Pandangannya masih polos. Matanya berbinar memandang Zhea.

Zhea berjongkok di hadapan bocah perempuan tersebut. "Siapa namamu?" tanyanya dengan lembut sembari mengelus rambut pirang bocah tersebut.

"Leia," jawab bocah perempuan itu sembari mendekat ke arah Zhea. Senyumnya mengembang lebar, sangat lebar.

"Saya rasa, dia akan bersama saya," kata Lucifer seraya menggendong Leia hingga anak itu cemberut.

Zhea kembali berdiri. "Dia mendekatiku terlebih dahulu, Lucifer," tekannya dengan tatapan marah ke arah Lucifer.

Sebelum Lucifer melontarkan bantahan lebih panjang lagi, Raphael menarik Zhea untuk masuk ke dalam panti asuhan.

^°^°^

"Jarang sekali kami menerima kunjungan seperti ini, Tuan," kata seorang lelaki berperawakan tinggi dan berperut buncit. Agak buncit, tetapi tetap saja membuat pakaiannya menyembul.

Setelah sambutan singkat, Zhea dan Raphael dipersilakan untuk berkeliling ke seluruh area panti asuhan. Dipersilakan juga untuk bermain-main dengan anak-anak panti.

Selama berkeliling, Zhea tidak melihat Lucifer dan anak bernama Leia. Bahkan bertanya pada beberapa pengasuh, namun jawaban mereka sama; tidak ada anak bernama Leia. Kalau begitu, artinya Leia bukan anak panti. Tetapi gelagat bocah perempuan itu tampak seperti anak panti asuhan ini.

a little tale.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang