antara rela dan tidak rela.

1 1 0
                                    

Gemerincing rantai mengiringi langkah Azazel dengan intens. Seolah-olah gemerincing tersebut mengingatkannya terhadap hukuman yang hendak dijalaninya.

Saat ini adalah sidang pertamanya setelah sekian lama tidak tertangkap akibat perbuatannya sebelumnya. Seluruh tetua dari dunia iblis-malaikat dan dunia entitas datang untuk menjadi saksi dan juri dari persidangan Azazel.

Azazel duduk dengan tenang di antara saksi, juri, dan hakim. Hakim di sini adalah entitas tertua dari dunia entitas. Netranya menoleh ke arah Pangeran bergelar Yang Termasyhur yang duduk di antara para juri. Dia mendengus saat berbalas tatap dengan Pangeran.

Hakim di hadapannya mulai berbicara tentang apa saja yang menjadi kesalahannya beserta hukuman apa saja yang akan didapatkannya. Namun, itu bukanlah penentuan. Itu hanyalah pembacaan. Berat atau tidaknya hukuman yang akan didapatkannya akan diputuskan oleh juri dan saksi yang ada.

Dalam hati, Azazel tersenyum penuh kemenangan karena tidak ada korban yang akan bersaksi di hadapan seluruh saksi dan juri. Dia terkekeh pelan dengan nada mengejek.

Atensi Azazel teralihkan oleh seorang gadis berambut cokelat dan bernetra hijau. Refleks, dia berdiri. Tidak ada manusia yang bisa masuk ke dalam dunia entitas tanpa perantara. Sedangkan gadis berambut cokelat yang bernama Zhea Lenore ada di antara kursi juri bersama Pangeran. Rahangnya mengetat, tetapi dia berusaha tersenyum.

"Tuan Azazel," peringat Hakim saat melihat Azazel bertindak tidak sopan di saat hakim membaca seluruh kesalahan dan hukuman yang ada.

Azazel duduk tanpa melepaskan tatapannya dari Zhea Lenore. Pandangan penuh tanya dia lontarkan kepada Pangeran yang duduk di sebelah Zhea Lenore.

Pangeran tersenyum penuh kemenangan saat Azazel menatapnya.

"Dan dengan pemalsuan identitas yang dilakukan oleh Saudara Azazel, berimbas fatal pada sistem pusat kematian," ucap Hakim dengan lantang sambil menekan setiap katanya dan menatap Azazel dengan tajam.

Sosok Zhea Lenore turun dari podium juri berada dengan anggun. Gadis berambut cokelat itu tersenyum manis ke arah Azazel seraya mengungkap identitas aslinya. Rupa cantik dari seorang gadis manusia itu pudar, digantikan oleh rupa aslinya. Kedua tanduk mencuat lalu bersatu dengan ekor di belakang tubuhnya. Kedua tangannya memiliki bentuk seperti sirip di kedua ketiaknya. Kakinya tampak seperti kuda namun tidak berbulu. Seluruh tubuhnya berwarna kelabu.

Dia adalah Klo, kembaran Kla dari dunia entitas tertinggi di antara mereka semua. Manusia akan menganggap Klo aneh, tetapi dunia iblis-malaikat dan dunia entitas menganggap Klo adalah entitas yang sempurna di dalam ruang persidangan tersebut.

"Hakim." Suara Klo tampak lembut nan tajam di saat bersamaan. Netranya berwarna hitam penuh tanpa cela bercampur kerlip ungu tampak menawan sekaligus mengancam.

Azazel tidak memedulikan apa yang dikatakan entitas bertubuh kelabu tersebut. Dia terkejut ketika tahu bahwa gadis yang digadang-gadang sebagai entitas sekarat yang terdampar di dunia antah-berantah adalah sesosok entitas yang bahkan tidak terduga.

Klo tersenyum manis ke arah Azazel yang masih menatapnya dengan tatapan terkejut. Dia mendekat perlahan dengan aura mengancam. "Bahkan dengan rantai di seluruh tubuh Anda, aura Anda tetap saja berharga. Pantaslah banyak yang mengincar Anda," bisiknya seraya mengelus pipi Azazel dengan tangan kanannya yang memiliki tiga jari saja.

Azazel berdeham. "Saya tidak percaya bahwa Anda adalah entitas yang tidak terduga. Apa yang akan dilakukan Raphael saat tahu ini?" balasnya seraya memberikan seringai mengejek.

Klo terkekeh. "Bahkan bunglon pun akan ketahuan keberadaannya saat dia tidak sadar dengan lingkungan sekitar," sindirnya seraya menarik tangannya.

Azazel sadar bahwa entitas di hadapnnya bukan entitas sekelas Hakim di hadapannya. Entitas di hadapannya adalah entitas yang lebih daripada itu. "Sama seperti dirimu," desisnya.

a little tale.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang