09

2K 116 1
                                    

Saat Cacha berjalan menuju ruangan kelasnya, tiba-tiba sebuah tangan kekar mencekal pergelangan tangannya dengan kasar. Cacha sangat terkejut, cowok itu menariknya entah kemana, ia hanya diam saja tanpa sepatah kata pun.

"Eh kamu kenapa sih?!" ujar Cacha berusaha melepaskan tangannya.

Rangga membawa Cacha menuju koridor sekolah yang saat itu masih sepi.

"Ngapain bareng sama cowok tadi?" tanya Rangga memberhentikan langkahnya.

"Maksud kamu Rio?" tanya Cacha

"Aku tanya ngapain?!" Ia semakin mengeraskan cekalannya pada tangan Cacha

"Aww sakit, kamu cemburu? Nanya baik-baik kan bisa!!" Cacha meringis menahan sakit akibat cekalan Rangga yang terlalu kuat.

"Jangan-jangan dia selingkuhan kamu?!!" tuduh Rangga.

"Kok kamu berubah gini sih, dia temen aku, dia cuma nolongin doang" ucap Cacha meyakinkan Rangga.

"Asal kamu tau, aku udah ikutin kamu dari awal mobil kamu mogok Cha! Kenapa gak minta anterin aku aja sih Cha?! Sengaja mau sama dia?!" Rangga melepaskan tangan Cacha dengan kasar.

"Nggak! Bukan gitu, tolong tenangin diri kamu dulu!" sahut Cacha tidak terima.

Rangga tertawa sinis, "Apa lagi hahh!! Kalo mau selingkuh jangan sama musuh gue Alescha Radella!!" bentak Rangga.

"Kamu salah paham, dengerin dulu Rangga!" suara Cacha terdengar bergetar, Ia takut dengan Rangga yang marah seperti ini, Cacha pun berusaha menggapai jari-jemari Rangga.

Namun, dengan cepat Rangga menepisnya, "Suka kan sama dia hahh?! Aku liat dia ngusap kepala kamu, kamu suka suka aja disentuh gitu! Jangan jadi cewek murahan deh Cha!!" Rangga menaikkan nada bicaranya.

Plakk!!

satu tamparan tepat mengenai pipi Rangga.

Ini pertama kalinya Cacha menampar Rangga, ia sudah tak dapat membendung rasa kecewanya lagi, dia benar-benar berbeda dengan Rangga yang Cacha kenal selama ini, Rangga tidak pernah membentaknya sekalipun, ia selalu berlaku manis terhadap Cacha. Namun apa sekarang?!

"Kamu udah keterlaluan!!" dadanya terasa sesak, air matanya jatuh luruh membasahi pipinya, Ia segera berlari meninggalkan Rangga.

Sedangkan Rangga masih terdiam ditempatnya, emosinya kini sangat berapi-api. Ia sangat membenci Rio, karena membuat Violin sampai depresi, Violin itu merupakan adik kandung Rangga.

Dulunya, Rio dan Violin merupakan sepasang kekasih, hingga pada suatu saat, Rio memutuskan Violin dengan alasan yang tidak jelas. Hal ini membuat Violin sampai depresi berat dan berulang kali melakukan percobaan bunuh diri.

Ia sampai harus masuk Rumah Sakit Jiwa karena ini, keluarga Rangga telah melakukan berbagai upaya untuk kesembuhan Violin. Hingga setelah 2 tahun menjalani psikoterapi akhirnya Violin bisa dinyatakan sembuh.

****

Cacha muncul dari balik pintu dengan wajah yang memerah, ia berlari menuju bangkunya dengan cepat.
Ketiga sahabatnya yang menyadari kehadiran Cacha pun segera mendekatinya.

"Cha, lo kenapa?" Ana mendekati Cacha

"Rangga..hikss..hikss" Ucap Cacha dengan isak tangisnya

"Udah Cha nanti aja, sekarang tenangin diri lo dulu!" ucap Chelin mengusap pelan punggung Cacha

Selang beberapa menit, tangisan Cacha sudah tidak lagi terdengar, ia mulai membenarkan duduknya dan memberanikan diri menatap ketiga sahabatnya.

"Luna, pinjem kaca lo dong!" pinta Cacha

"Nih, Cha!" Luna menyerahkan kaca berbentuk hellokitty nya pada Cacha

"Arghhh bangsatt, muka gue kok jadi gini!" rengek Cacha, pasalnya kedua mata Cacha kini sudah sangat sembab ditambah hidung yang merah pula.

"Bentar! btw cantik juga gue kalo nangis!" Cacha mengamati pantulan wajahnya dari kaca.

"Lo emang cantik bego!" Luna tertawa menampilkan deretan giginya yang rapi.

"Yaudah cerita lo kenap-" ucapan Ana terputus karena dengan cepat Chelin sudah membekap mulutnya.

"Shutttt jangan ditanya dulu, nanti dia bisa cerita sendiri, itu privasi dia geblek!" bisik Chelin pelan.

Cacha yang menyadari keanehan dari kedua sahabatnya ini langsung paham, ia tersenyum seperkian detik dan kembali murung. Ia memutar bangkunya menghadap ketiga sahabatnya.

"Tadi Rangga nuduh gue selingkuh" ucap Cacha dengan wajah murung.

"Omaygatt demi apazii, lo serius kan? Setau gue Rangga gapernah gitu sama lo Cha" balas Luna

"Gue gatau juga, tadi pagi kan mobil gue mogok terus gue sekolah bareng Rio, dan ternyata Rangga liat itu" jelas Cacha.

"Bukannya Rio itu kakaknya Chika?" tanya Ana

"Iya, Rio itu dulunya temen gue juga, dia cuma nolongin gue tapi Rangga salah paham, hikss.." Cacha berusaha menahan isak tangisnya.

"Udah Cha gapapa, nanti juga Rangga sadar kalo yang dia lakuin itu salah!" Chelin menggenggam tangan Cacha.

"Kalo sampe si Rangga main tangan sama lo, bilang aja sama gue Cha, gue gak bakal tinggal diem!" Ucap Ana serius

"Lo tenang aja Cha, kita bertiga selalu ada buat lo" ucap Luna

"Makasih ya hikss..hikss" air mata Cacha kini lolos lagi, isakan tangisnya kini sangat jelas terdengar.

"Udah tenang ya Cha!" ujar Luna memeluk Cacha, begitu juga dengan Chelin dan Ana.

******

Alescha Radella A. (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang