"Bunga lo kok cuma satu sih Put? Kan disuruh dua?" tanya Tari.
"Biar the only one."
"Lo tuh ga kapok ya? Kemaren udah kena apes juga," sembur Riska.
"Ngabisin duit aja. Lagian seniornya ga bakal ingat gue ngasih ke siapa."
"Sini bunganya buat gue aja. Gue bakal inget bunga yang lo kasih haha," Riska berusaha merebut bunga yang Putra pegang.
Namun Riska malah mendapat pukulan bunga dari Putra membuat Tari tertawa.
"Tuh biar lu ingat udah dapat tabokan bunga dari gue."
Riska yang geram malah menjambak rambut Putra "Nih biar lo ingat juga."
"Woy sakit!" Putra meringis "Tar, kerangkeng nih temen lu, berbahaya."
"Temen lo juga kali," sahut Tari.
Acara ospek terakhir diisi dengan kegiatan yang lebih ringan namun melelahkan. Mereka di ajak berkeliling kampus. Setelah itu mereka boleh beristirahat di sebuah lapangan. Di lapangan tersebut telah berdiri tenda-tenda yang mempromosikan kegiatan ekstra kurikuler.
Mereka diberi waktu bebas hingga pukul tiga sore untuk acara penutupan ospek. Mereka dipersilahkan mengunjungi tenda-tenda yang menyuguhkan kegiatan yang mereka lakukan dalam kegiatan ekstra kurikuler, dan juga bisa memberikan bunga yang telah mereka bawa.
Tari tertarik pada ekstra kurikuler melukis. Tadinya dia ingin bergabung dengan fotografi, namun disana ada nama Mirza yang tertera sebagai anggota membuat Tari enggan bergabung. Tapi, hari ini Tari belum melihat batang hidungnya. Sebenarnya Tari ingin menemui Mirza untuk bayar utang, karena mereka berbeda jurusan pasti akan jarang bertemu. Memang itu yang Tari harapkan.
Lelah berkeliling Tari memutuskan duduk di pinggir lapangan setelah membeli minuman.
"Sendiri aja?"
"Sekarang jadi berdua" sahut Tari ketika Putra duduk di sampingnya.
"Riska mana?"
"Tau tuh, nyangkut diekskul Pecinta Alam. Lu ngambil ekskul apa?"
"Belum tau. Males."
"Dasar pemalas. Kok bunganya belum dikasih?" Tari melihat Putra masih memegang setangkai bunga. Milik Tari sudah ia serahkan kepada kakak pembimbing.
"Ga tau mau ngasih siapa" Putra lalu menyodorkan bunganya pada Tari. "nih buat lo aja. Kalo nggak bisa lo kasih ke senior. Siapa tau masih ada yang mau lo kasih."
"Ih kok gue? Sebanyak itu senior tinggal lo kasih aja apa susahnya."
"Ntar mereka baper. Apalagi dapat bunga satu-satunya dari gue."
"Terus lo ngasih ke gue nih bunga satu-satunya?"
"Iya, soalnya lo ga baperan," Putra tertawa saat Tari malah memukulnya menggunakan bunga tersebut.
"Yaelah Mput, malah mojok ama cewek. Tadi katanya mau beli minum," seseorang datang sepertinya teman Putra.
"Emang beli minum" Putra mengangkat gelas minumannya.
"Hai, gue Jerry. Temen SMA Putra" sapanya yang mengaku teman Putra.
"Udah..udah.. yok tadi katanya lo mau cari peninggi badan" Putra segera menarik Jerry dan melambai meninggalkan Tari sendiri.
Tari melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul setengah tiga. Masih ada tiga puluh menit sebelum acarapenutupan, tapi Tari bingung harus melakukan apa. Saat asik memainkan bunga dari Putra, matanya menangkap sosok Mirza duduk sendiri cukup jauh dari lokasi pameran ekskul. Tari segera bangkit berjalan menuju Mirza sambil mengontrol detak jantungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Mantan (End)
Teen FictionBertemu kembali dengan mantan pacar. Sebut saja Mentari. Gadis keras kepala yang pernah mutusin pacarnya hanya karena salah paham tapi gengsi untuk minta maaf. Setelah lama tidak bertemu, Mentari kembali dipertemukan dengan mantannya di kampus. Bag...