Hai para mantan..
Jangan lupa glowing 🤣🌞🌞🌞🌞
Bintang menatap kakinya yang menutup rapat dengan bibir bawahnya sedikit dimajukan. Lalu kepalanya melirik ke kiri, lalu ke kanan. Di samping kiri Bintang ada Naufal dan samping kanan ada Putra.
“Eeergghh..!” Bintang mencoba membuka lebar kakinya, namun hanya beberapa detik sudah tertutup rapat kembali. Baik Naufal ataupun Putra tak ada yang mau merapatkan kakinya, sehingga Bintang yang duduk di tengah tidak bisa leluasa merenggangkan kakinya. Bintang jadi menyesal menerima tawaran Mirza untuk pulang ke Jakarta bersama.
Saat ini mereka dalam perjalanan pulang dari Bandung ke Jakarta. Tari tentu saja duduk di depan. Mana mungkin cewe sendiri duduk di belakang bersama para cowo. Tentu saja sang supir tidak mengizinkan.
Tari menoleh ke belakang saat tak ada lagi suara kesal dari Bintang. Tari menutup mulutnya menahan tawa. Karena Naufal dan Putra duduk dengan kaki terbuka lebar, akhirnya Bintang meletakkan kaki kirinya di atas kaki Naufal dan kaki kanan diatas kaki Putra.
“Kenapa?” Tari hanya menggeleng menanggapi pertanyaan Mirza.
Tiga pria yang duduk di belakang sudah memejamkan matanya.
Perjalanan seperti ini memang enak dihabiskan dengan tidur. Tapi mana mungkin Tari ikut tidur. Dia masih punya rasa manusiawi. Sudah diberi tumpangan masa ikut tidur dan membiarkan Mirza terjaga sambil nyetir sendiri.
“Kalo capek tidur aja,” Mirza hanya mengeluarkan suara tanpa menoleh, ia masih fokus dijalanan yang agak ramai. Maklum sudah memasuki waktu liburan.
“Belum ngantuk. Nanti di rest area mampir ya..”
“Kamu mau ke toilet?”
Tari hanya tersenyum tak menjawab. Jalanan yang padat membuat laju mobil tidak lancar. Jadi mereka semua tentu harus istirahat meregangkan badan barang sebentar.
Mirza melirik spion yang menampilkan tiga manusia dibelakangnya sudah terlelap. Lalu gadis di sampingnya juga sudah tertunduk entah sejak kapan. Akhirnya Mirza nyetir sendiri.
Menjelang magrib mereka tiba di rest area untuk sholat magrib, sekalian makan dengan bekal yang sudah Tari siapkan.
“Capek ga, Bang? Sini gue pijitin," Bintang sudah duduk di belakang Mirza dan memijat pundaknya.
“Wiihhh enak banget, Bin. Cocok jadi tukang urut," Mirza tergelak ketika Bintang tak terima dan malah mencekik leher Mirza.
“Jangan lupa bayar ya bang,” Bintang begitu semangat menepuk-nepuk pundak Mirza yang lebar.
“Tenang aja," Mirza memejamkan matanya menikmati pijatan Bintang yang lumayan enak. Tari hanya memperhatikan Bintang dan Mirza. Mereka malah terlihat seperti adik kakak.
“Kak Tari, bahunya Bang Mirza lebar gini enak banget buat disenderin. Mau nyoba ga?” Bintang mempraktekkan dengan merebahkan kepalanya pada punggung Mirza.
“Yaudah lo aja yang senderan," sahut Tari.
Putra dari tadi hanya memperhatikan Tari dan juga Mirza. Tari tampak cuek dan asik memainkan ponselnya sedangkan Mirza sesekali memperhatikan Tari. Saat pandangan Mirza dan Putra beradu mereka malah saling membuang muka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Mantan (End)
Ficção AdolescenteBertemu kembali dengan mantan pacar. Sebut saja Mentari. Gadis keras kepala yang pernah mutusin pacarnya hanya karena salah paham tapi gengsi untuk minta maaf. Setelah lama tidak bertemu, Mentari kembali dipertemukan dengan mantannya di kampus. Bag...