Si Mantan 20

3.5K 191 21
                                    

Haiii mantan lovers..
Kalo udah mantan boleh sayang ga sih?
Atau kalo jadi mantan harus musuhan?

Ga kerasa udah 20 aja ya..
Jadi aku bakalan mulai muncul benih-benih nih..
Ga tau benih cinta atau benih benci wkwkwk..

🌞🌞🌞🌞


“Udah ga sakit?” Tari yang keluar membawa bungkusan sampah terlonjak kaget karena saat keluar dari kos dia tidak melihat siapapun. Namun saat membuka pagar, malah terdengar suara yang tiba-tiba muncul entah dari mana.

Tari celingukan mencari sumber suara namun tak terlihat.

“Di atas, Tar!” Tari otomatis mendongak, mendapati Mirza tengah menjemur pakaian di balkon lantai dua.

“Apa, Kak?”

“Udah sembuh?”

Tari mengernyitkan keningnya tak mengerti. “Aku ga sakit.”

“Emang yang kemaren itu ga sakit?”

“Itukan datang bulan.”

“Tapi sakit kan?”

“Ya sakit sih.. tapi kan bukan penyakit.”

“Yang jelas sakit kan?”

“Ck.. Iyain aja biar cepet,” Tari malah sewot.

“Mau kemana?” Mirza melihat Tari mulai beranjak dari tempatnya.

“Ya masuk laah.”

“Temenin makan dong,”

“Pergi aja ke warung makan, ntar di sana juga banyak yang makan jadi ga perlu temen lagi.”

“Gitu amat sih, Tar. Temenin dong.. kan kemaren-..”

“Kemaren, kenapa? Ga ikhlas nolong?” potong Tari ketika Mirza mulai mengungkit kebaikannya.

“Aku cuma ngasih kamu kesempatan untuk berbuat baik juga, Tar.”

“Auraaa!!!” teriak Tari dari luar.

“Apasih teriak-teriak?” kepala Aura sudah muncul di muka pintu karena sejak tadi gadis itu memang sedang mengerjakan tugas di ruang tamu.

“Kamu mau makan ga?”

“Gratis?” tanya Aura namun tubuhnya sudah tak terlihat, hanya suara saja yang terdengar.

Tari kembali mendongak menatap Mirza, seolah menunggu jawaban dari pertanyaan Aura.

“Apasih yang engga buat kalian?” tadinya Mirza hanya mengajak Tari, namun sepertinya Tari enggan menemani Mirza makan jika hanya berdua, jadilah akhirnya Mirza setuju.

“Gratis kok, Ra..!” teriak Tari lagi yang ditujukan ke Aura.

“Oke, bungkusin yaa!” teriak Aura.

“Kok bungkus?” protes Mirza lantaran udah setuju bayarin malah minta dibungkus.

“Aduh Kak Mirza, makannya sama Tari aja ya.. aku tu harus selesai ngerjain tugas sore ini juga,” Aura akhirnya keluar dan duduk di kursi teras.

“Ga jadi di bungkus lah berarti,” protes Mirza.

“Ya jadilah.. buat makan malam ntar.”

“Tapi ga gratis ya Aura cantik.”

“Iya Kakak ganteng. Sana pergi, kalian berisik!” akhirnya Aura kembali masuk menyisakan Tari dan Mirza.

“Ayoo!”

Si Mantan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang