Enjoy it
.
.
.
.Liburan telah sepenuhnya usai. Semua orang sudah kembali berkegiatan. Anak-anak ke sekolah, orang dewasa pergi bekerja. Tidak ada lagi yang goleran di tengah hari.
Saat ini, ketika pagi pukul tujuh, kediaman keluarga Nakamoto menjadi rumah yang sudah sepi tak berpenghuni. Wajar, pasutri yang menetap di sana sudah keluar sejak 15 menit yang lalu.
Kemana lagi?
Ke taman, tentu saja.
Setiap pagi memang sudah menjadi jadwal rutin bagi Winwin untuk jalan-jalan, dan menjadi kewajiban juga bagi Yuta untuk menemaninya. Jalan-jalan dan udara pagi sangat bagus untuk ibu hamil, kan? Bagus juga untuk lelaki mesum sayang istri seperti Yuta.
"Hari ini Gege mau dimasaki apa?" Tanya Winwin sedikit mendongak melihat suaminya yang berjalan di sampingnya.
Lelaki asli Jepang yang tengah mengemut jelly itu melirik ke istrinya, "Kita makan di luar saja bagaimana? Kau harus mengajar jam sembilan nanti, kan? Jangan masak, lah. Nanti capek."
Winwin mencebik, "Kemarin makan di luar, kemarinnya juga, masa iya sekarang makan di luar lagi?"
"Kenapa? Kau bosan?"
Winwin menggeleng, "Bukan begitu, hanya boros saja. Kan kebutuhan kita yang lain masih banyak, Ge. Uang makan di luar kan bisa disimpan untuk kebutuhan yang lain."
Yuta menaikkan sebelah alisnya, "Kebutuhan yang lain? Yang seperti apa?"
"Biaya persalinan, kebutuhan bayi, biaya sekolah, semuanya kan butuh biaya yang besar." Winwin gemas sendiri. Suaminya selalu menanggapi topik penting begini dengan respon yang kelewat santuy.
Yuta menghela nafas, "Kau takut aku jatuh miskin dan tidak bisa membiayai kalian?"
Winwin gelagapan, "Bukan itu maksudku, Ge."
"Apa pun maksudmu itu, biar kuperjelas satu hal supaya kau tidak mengkhawatirkan sesuatu yang tidak berguna."
Yuta membawa istrinya duduk di salah satu kursi panjang di bawah pohon. Sebelah tangannya terjulur merangkul tubuh yang mulai chubby.
"Intinya adalah tabunganku saat ini sangat lebih dari cukup untuk membiayai anak sulung kita sampai nanti S3. Atau juga, cukup membiayai dua anak kita sampai lulus S1. Cukup juga untuk membekali mereka rumah satu unit di daerah Gangnam perorang. Tambah lagi, cukup membiayai 20 penelitianmu. Kalau kau sudah dengar ini, harusnya kau bisa paham kalau jajan di luar setiap pagi tidak akan membuatku bangkrut begitu saja."
Winwin masih saja merengut, "Aku tahu Gege kaya. Tapi kan tetap saja kita tidak boleh boros. Aku masih bisa masak untuk kita berdua."
"Aku tidak akan melarangmu masak, asal jadwal mengajarmu mulai diatas jam 12 siang. Mutlak. Supaya kau tidak kelelahan." Lagi-lagi Yuta menjawab dengan santai tapi sarat akan ketegasan.
Lihat saja, bahkan si lelaki Jepang itu masih sempat-sempatnya menyedot jelly tanpa peduli dengan wajah istrinya yang sudah kecut.
"Kalau Gege sebegitu khawatirnya padaku, kenapa tidak Gege saja yang masak?"
"Bisa mati konyol kita semua."
Winwin menghela. Benar juga.
"Sudah, tidak usah cemberut. Dengarkan ucapan suamimu ini ya, Honey? Yang nurut, okey?" Yuta dengan seenak jidat menempelkan kepala Winwin ke pundaknya. Persetan dengan beribu manusia jomblo yang menatap mereka dengan iri.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNRAVEL [GS]
Fanfiction-- Buku Kedua dari Serial "UN" (Lanjutan UNTOLD PAIN) -- -- Pernikahan bukanlah akhir dari sebuah perjuangan. Justru bahtera rumah tanggalah medan perang yang sesungguhnya. --- "Kupikir, aku bisa percaya dengan janji setiamu. Tapi nyatanya, lihat ap...