Side 9

2.5K 320 90
                                    

Enjoy it



.
.
.
.





Pagi-pagi begini, seisi kediaman Mark Lee sudah dibuat kalang kabut. Tidak, rumah mereka sedang tidak kebakaran atau kemasukan maling. Bukan itu.

Tapi karena sang nyonya rumah sakit!

Parah!! --kalau kata suaminya.

Benar.

Pilek.

Mark terlanjur menangis saat tahu istri semoknya sudah terkapar di ranjang dengan hidung merah layaknya badut. Suaranya sengau, demamnya tinggi, dan hidungnya basah.

Pokoknya parah!! --kata Mark.

"Kita ke rumah sakit, ya? Opname?" Cicitan Mark di pinggir ranjang langsung dibalas delikan tajam dari sang istri.

"Jangan lebay! Aku hanya pilek! Tidur terus selama dua hari juga aku sudah bisa sembuh." Semprot Haechan.

"T-tapi, aku tidak tega melihatmu kesakitan." Lagi-lagi air mata itu keluar.

"Lebih baik aku yang sakit. Sakit parah sampai mati pun tidak apa-apa, asal istriku sehat selalu dan panjang umur." Isakan itu makin kuat.

Haechan menghela malas. Dirinya tidak paham, sejak kapan Mark berubah menjadi sedrama ini?

"Minhyung-ah, aku akan segera sembuh. Ini bukan penyakit parah yang harus dirujuk ke rumah sakit." Haechan mengalah, dia memutuskan untuk membujuk suaminya.

"Tadi kan aku sudah diperiksa dan diberi obat oleh dokter Jae. Aku akan segera sembuh kalau kau membelikanku bubur di warung langgananmu itu dan membiarkanku istirahat dan minum obat." Haechan mengelus pipi berisi Mark dan menghilangkan air mata yang turun.

"Kau mau bubur?"

Haechan mengangguk, "Untuk makan siang. Bolehkah?"

"Apa pun akan kuberikan untukmu, my world, my wife, my love, my beautiful. Everything."

Haechan terkekeh. Memang suaminya ini suka mendrama, lebay, tapi romantis. Jadi selalu bisa Haechan maklumi.

"Boleh aku minta tolong satu hal lagi?"

"Apa itu?"

Haechan mengambil sebuah surat di atas nakas dan memberikannya ke Mark, "Bisa tolong ke pertemuan wali di sekolah Jisung hari ini? Harusnya aku yang pergi, tapi aku tidak mengira akan setumbang sekarang."

Mark mengesah, "Untuk apa meminta tolong? Ini kan anak kita. Tentu aku akan pergi." Istrinya ini kadang-kadang masih sungkan.

"Kalau begitu pergilah sekarang-- oh tunggu, apa kau ada jadwal penting hari ini di kantor?"

Mark memperbaiki kemejanya dan menyiapkan tas kecil yang biasa digunakan untuk menaruh ponsel dan tablet untuk kerja, "Nope. Tidak ada hal penting di kantor. Aku akan pergi ke sekolah Jisung dan membelikanmu bubur nanti. Ada lagi yang mau dititip, Yang Mulia?"

Haechan terkekeh menanggapi kerlingan genit suaminya, "Titip suamiku hati-hati di jalan."

Mark balas terkekeh. Dia mengecup bibir istrinya dan dihadiahi erangan tidak terima, "Nanti kau tertular flu."

"Tidak akan. Imunku kuat. Jangan kemana-mana. Tetap di rumah, istirahat, jangan coba-coba mengurus kafe dari rumah, dan makan banyak. Aku tidak mau penyakit istriku semakin parah."

"Siap, Bos!" Jawab Haechan menghormat dari ranjang.

Setelah menyalakan pensteril udara di kamar, Mark pun berpamitan pergi. Acaranya akan segera mulai dan Mark tidak mau terlalu terlambat.

UNRAVEL [GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang