24

2.4K 322 66
                                    

hai thisismikasa.

Hello, guys. Semoga kalian selalu diberikan kesehatan di tengah badai covid ini, ya. Semoga yang sakit cepat disembuhkan, yang sembuh selalu menjaga kesehatan. Semangat bertahan!

Oh ya,

Ya ampun! Udah berapa lama book ini terbengkalai?

Maaf, reader-nim.

Banyak banget urusan yang harus aku selesaikan. Maklum, semester tua. Penelitian, organisasi, tugas, ujian, dan seminar rasanya ngeroyokin diri ini yang bertahan layaknya lilin di tengah badai.

Maaf banget jadinya book ini terabaikan.

Semoga aja masih ada yang setia menunggu, ya.

Now,






Enjoy it





.
.
.
.




-fight so dirty, but your love so sweet-
5SOS - Teeth

Hari ini, semuanya berubah.

Tidak ada yang menyangka petaka datang sekaligus dan bertubi-tubi. Datang dan menghujam ke banyak orang yang Jisung kenal. Membuahkan rasa amarah yang tidak bisa dibendung lagi.

Iya, di hari ini.

.
.

Mundur beberapa jam...

"Guan! Guanlin! Lai Guanlin!"

Lelaki jangkung itu hanya berdiri di beranda kamar penginapan, bersiap untuk pergi dalam abai pada teriakan sang kekasih yang sedang dikerumuni oleh lima orang kawan satu gengnya.

"Bajingan kau, Lai Guanlin! Mau kemana kau?" Teriakan Chenle masih jelas terdengar, sebelum akhirnya teredam setelah dibekap oleh salah satu dari lima pria tersebut.

Semakin hilang setelah Guanlin menutup pintu penginapan dan berlalu pergi tanpa merasa iba sama sekali.

Bagi Guanlin, tidak ada yang perlu dikasihani. Sejak awal, Chenle tidak pernah menempati posisi spesial di kehidupannya. Gadis itu saja yang terlalu bodoh karena cinta. Buta, kan.

Malang memang jadinya jika hanya mengandalkan cinta dan hati tanpa diolah baik oleh otak dan logika.

Lantas apa yang akan terjadi pada Chenle yang dikerumuni oleh lima kawan yang sejatinya adalah lawan Guanlin itu?

Apa saja. Anak itu bisa kehilangan semuanya. Dalam sekejap. Dengan rasa yang paling menyakitkan dan menjijikkan yang pernah ada.

Brrrrm

Deru motor membelah keheningan malam saat si empunya melajukannya secara gila-gilaan. Kepalanya pening, ingin cepat istirahat, tapi tidak bisa. Dia masih harus pergi ke tempat lain.

Getar gawai pertanda telpon masuk memaksanya untuk menepi di bawah lampu jalan. Satu nama kontak yang membuahkan helaan kesal.

"Kenapa?"

"Yah, kemari cepat. Para bajingan itu mulai mengamuk. Mereka terus-menerus menagih motormu. Kau kemana saja, sih?"

"Mengantar barang taruhan satunya ke penginapan. Kan tadi sudah kubilang." Jawab Guanlin kesal.

Hening sejenak dari sebrang sana.

"Lai Guanlin, kau serius membiarkan kekasihmu diperkosa orang-orang itu?" Guanlin membisu.

"Yah, kau gila? Dia tidak ada salah apa pun, Guanlin-ah."

UNRAVEL [GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang