02

5.9K 602 208
                                    

Enjoy it





.
.
.
.






"A lie with a purpose is one of the worst kind, and the most profitable." -Finley Peter Dunne-

----

Asing. Asing sekali. Keramaian yang sarat akan kilau dan percakapan kusut terarah benar-benar tidak bisa diterima kepalanya. Bukan salah IQ 145-nya, hanya dia yang memang tidak terbiasa. Ditarik kesana-kemari, terpaksa menyunggingkan senyum, bersalaman, memperkenalkan diri ke orang yang bahkan tidak ingin dia tahu namanya.

"Cucumu sangat tampan. Anda tidak tertarik memasukkannya ke agensiku? Model-model kami papan atas semua. Jalannya akan cerah."

"Ahahah... Haruskah kami datang kesana?"

Jisung berdecih dalam hati. Model, katanya? Orang kaku jarang mandi yang suka pakai kaos belel dan celana puntung seperti dirinya jadi model? Sakit mata kah orang ini?

"Apa kau terbiasa bernyanyi?" Seorang glamour yang lain ikut menanggapi.

"Tidak, saya terbiasa menghias kue." Jawaban polos Jisung membuat petinggi perusahaan yang mengelilinginya mengerut bingung.

"Ah, dia sangat rajin membantu ibunya. Ibunya punya restoran dan bakery yang besar."

Kali ini giliran Jisung yang mengerut bingung mendengar ucapan neneknya, "Halmeoni, Mommy hanya punya kafe dan bakery kecil di lantai satu rumah kami." Bisik Jisung.

Yixing spontan menyikut pelan lengan cucunya, "Kau diam saja." Desisnya.

Jisung menurut. Dia semakin tidak paham. Ini bukan yang pertama kali sejak dia menginjakkan kaki di pesta ini. Kenapa neneknya marah saat ia berusaha memperbaiki jawaban? Bukankah apa yang neneknya katakan tadi sedikit berlebihan?

"Jisungie yang akan menggantikan Mark setelah pensiun?"

"Tentu! Setelah lulus SMA, dia akan kuliah di Jerman mengambil jurusan manajemen bisnis dan engineering."

"Halmeoni, aku ingin kuliah di Seoul dan mengambil tata boga, bukan manajemen bisnis." Jisung kembali berbisik.

"Kubilang diam, Lee Jisung." Mata Jisung melotot saat ia merasakan genggaman Yixing semakin kencang.

Interaksi mereka jelas mengundang curiga beberapa pasang mata yang sedari tadi diajak bicara oleh Yixing.

"Dia sangat cerdas. Bahkan dia sudah membantu Daddy-nya mengembangkan sistem keamanan baru yang sedang digarap perusahaan kami di Jerman."

Oh okey, untuk kali ini Neneknya benar. Mark dan Jisung memang sering bertukar pikiran soal teknologi dan perangkat lunak.

"Waah... Bukankah itu tidak mudah? Kau sangat hebat, Nak!" Puji seseorang yang lebih muda dari Yixing, "Putriku Nancy juga seumuran denganmu. Dia cantik, pandai bernyanyi, dan sekarang sedang membantuku mendesain pakaian. Beberapa hasil desainnya bahkan baru-baru ini dipakai artis Hollywood."

Yixing terperangah dalam hati. Tidak ada yang tidak mengenal keluarga yang satu ini, keluarga Choi. Kontribusi mereka di dunia fashion dan pariwisata tidak bisa dipandang sebelah mata. Mereka mengelola beberapa resort yang menyuguhkan pemandangan ciamik di beberapa negara. Tidak lupa, mereka memiliki taman bermain yang besar di
Korea, Australia, dan Amerika.

"Kupikir kalian bisa menjadi teman baik, ada Bomin juga. Kalian pernah bertemu sebelumnya, bukan?"

Jisung mengangguk kaku. Ya, dia masih ingat anak kembar keluarga Choi yang dia temui saat resepsi pernikahan orang tuanya. Mereka, si muka datar.

UNRAVEL [GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang