Hello, thisismikasa.
Book ini berasa agak terbengkalai akhir-akhir ini.
Maaf, ya. Semakin tambah usia, semakin banyak tanggung jawab yang diurus.
Semoga aja masih ada yang nunggu book ini. Hehehe
So now,
Enjoy it
.
.
.
.Hari-hari berlalu. Seiring dengan pergantian musim, perasaan orang-orang pun ikut berubah.
Sebulan sudah tepatnya prahara rumah tangga Jeno dan Jaemin berlangsung. Sepasang suami istri itu masih menjalani hari-hari seperti biasa, meski ada setitik rasa canggung yang menodai putihnya pernikahaan mereka.
Jaemin masih tidak bisa menceritakan masalahnya pada Jeno. Begitu pun Jeno yang memilih untuk tidak bertanya, masih berusaha percaya kalau suatu saat nanti Jaemin akan menceritakan semuanya atas keinginannya sendiri.
Klek
Jaemin baru saja mengantarkan kepergian Jeno ke kantor. Lelaki beranak dua itu akhir-akhir ini sangat disibukkan dengan beberapa kasus pembunuhan dan pemerkosaan yang makin marak di kota mereka. Entah, Jaemin juga tidak begitu paham. Dia sendiri punya kesibukan yang harus diurus.
Jaemin duduk di kursi dapur, berhadapan dengan meja makan. Secangkir espresso menemani paginya yang cukup mendung. Memikirkan sikap Jeno dan hatinya sendiri membuat Jaemin pening.
Drrt Drrt Drrt
Ponsel di samping cangkirnya bergetar. Kontak Somi tertera sebagai pemanggil.
Pik
"Halo, Bu Bos." Suaranya berujar ceria.
"Waeee?" Jawab Jaemin ogah-ogahan.
"Lesu sekali. Kau sakit?"
"Tidak. Hanya sedikit lelah. Ada apa?"
"Apa kau akan ke kantor hari ini?"
"Tidak. Junkyu sejak semalam demam dan rewel terus. Aku tidak bisa meninggalkannya." Mata Jaemin melirik pintu kayu yang menjadi penghalang kamar anak kembarnya.
"Hm... Baiklah." Balas Somi terkesan menggantung.
"Ada apa? Apa ada pekerjaan yang urgent?"
"Tidak, sih. Hanya mau melapor, TH Entertainment sudah menandatangani dokumennya. Kita resmi menjadi bagian dari mereka. Sekarang, kita resmi keluar dari masa kritis."
Entah kenapa Jaemin tidak bahagia mendengarnya. Bukan tidak mau bersyukur, tapi Jaemin tahu motif dibalik THE yang ingin menjadikan perusahaan Jaemin sebagai salah satu bagiannya. Jaemin tidak suka, tapi dia harus menerimanya.
"Jaemin-ah, kau baik-baik saja?" Tanya Somi saat sahabatnya tidak kunjung merespon.
"Oh, eung... Aku baik." Tapi kepalanya pening.
"Jangan bohong, Jaemin-ah. Aku tahu kau tidak baik-baik saja. Ini soal Jeno, kan?"
Jaemin terdiam, berusaha mati-matian menahan air mata yang hendak mendobrak keluar.
"Dia tidak tahu kau kembali berhubungan dengan Taehyung?"
"Molla... Aku tidak yakin." Suara Jaemin menjadi parau.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNRAVEL [GS]
Fanfiction-- Buku Kedua dari Serial "UN" (Lanjutan UNTOLD PAIN) -- -- Pernikahan bukanlah akhir dari sebuah perjuangan. Justru bahtera rumah tanggalah medan perang yang sesungguhnya. --- "Kupikir, aku bisa percaya dengan janji setiamu. Tapi nyatanya, lihat ap...