Enjoy it
.
.
.
."The thorn from the bush one has planted, nourished and pruned pricks more deeply and draws more blood." - Maya Angelou -
...
Tubuh tegap berotot yang ideal keluar dari kamar mandi dengan pinggang hingga lutut terbalut handuk putih. Aroma woody dan ambergis menguar dari permukaan kulitnya. Rambut setengah basah nampak masih meneteskan beberapa butir air dingin hingga meluncur mulus ke pundak.
Malam hari ini, satu kamar suite di dataran Norwegia hanya diterangi cahaya temaram dari lampu meja. Sosok lain yang berada di kamar serupa dengannya nampak berdiri di depan pintu kaca balkon sembari memandangi langit bertabur bintang.
Lelaki itu tersenyum dan mendekat. Tanpa aba, dia memeluk tubuh ramping bergaun malam monokrom, mengabaikan sosok tersebut yang sedang menerima telpon.
Dada telanjang si lelaki sudah sepenuhnya menempel di punggung mulus itu. Kepalanya dia letakkan di perpotongan leher jenjang yang terganggu oleh anak rambut yang tidak ikut terikat.
Wanita itu nampak risih, tapi tidak berkeinginan untuk memberontak. Tidak ada yang dia lakukan selain membiarkan lelakinya menggerayangi tubuh sintalnya. Yaa... Selama tidak melewati batas.
"Kau sudah mau pergi?" Suara si wanita mendayu lembut, "Jangan terlalu malam. Kau masih harus ujian besok."
"Mau kemana dia?" Lelaki itu menyela, sejatinya tahu siapa yang sedang berada di sebrang sana.
Si wanita menoleh dan mendapati kepala basah itu mendarat di bahunya, tempat yang sama dimana tali spagetti gaun malamya menggantung.
"Ke pesta peresmian usaha kolega Halmeoni."
"Eomma?""Siapa itu, Mom? Daddy, ya?"
"Iya, ini Daddy. Hai, Boy.""Kapan pulang, Dad?" Panggilan itu berubah ke mode loudspeaker.
"Sampai adikmu ada di perut Mommy, baru kami pulang."
Jawaban santai itu menuai pukulan keras dari si wanita, "Jangan mengotori pikiran anakku." Desisnya.
"He is 15. Sudah sewajarnya tahu." Dia membela diri.
"Jangan terlalu lama honeymoon-nya. Kalian hampir dua minggu bolak-balik Paris-Norwegia-Swedia. Benar-benar..."
"Kapan kau pergi dengan Halmeoni?"
"Daddy ngusir, ya?" Seruan sewot itu menggema.
"Kinda."
Helaan nafasnya terdengar, "Ini Halmeoni sudah memanggil."
"Kalau begitu pergilah. Bersikap yang baik, ya. Jangan merepotkan Halmeoni."
"Ne~~"
"Boy, yang pandai dan jaga dirimu." Pesan sang ayah namun tidak kunjung mendapat tanggapan.
"Mommy tutup, ya."
"Ne~~"
Setelah panggilan berakhir, tubuh itu masih saling mendekap menyalurkan kehangatan. Si wanita nampak beberapa kali menepis risih sentuhan sensual yang diberikan suaminya.
"Pakai baju. Kau bisa masuk angin nanti." Titahnya.
"Aku tidak butuh pakaian sekarang."
Bibir mungil itu berdecih, "Awas kalau kau sampai mengeluh karena masuk angin."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNRAVEL [GS]
Fanfiction-- Buku Kedua dari Serial "UN" (Lanjutan UNTOLD PAIN) -- -- Pernikahan bukanlah akhir dari sebuah perjuangan. Justru bahtera rumah tanggalah medan perang yang sesungguhnya. --- "Kupikir, aku bisa percaya dengan janji setiamu. Tapi nyatanya, lihat ap...