17

2.8K 397 76
                                    

haithisismikasa

Ini malam Natal, ya?

Ada yang akan merayakan Natal besok?

Tetap jaga kesehatan ya, yeorobun.

Ini aku kasih tambahan hiburan di malam natal ini. Semoga kalian terhibur, ya.

Now,



Enjoy it



.
.
.
.




Tidak ada yang bisa Chenle lakukan selain bergerak gelisah di atas kasurnya. Peluh keluar banyak membasahi kaos dan bantal. Rambutnya lepek dan bibirnya pucat.

Demam tinggi sudah menyerang anak tunggal Lucas sejak dua hari yang lalu dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Justru panasnya semakin naik dan membuatnya terus mengigau semalaman.

Dokter sudah dipanggil, obat sudah ada diminum, tapi sama sekali tidak menjadi solusi yang mujarab. Keras kepala Chenle yang kelewat membatu membuat anak itu enggan diopname.

Lucu.

Padahal Chenle bukan tipikal anak penakut obat dan jarum suntik. Kenapa diinfus di rumah sakit saja menolak mati-matian begitu?

Buah dari penolakan itu adalah Jungwoo yang harus mau terjaga mengompres anak kesayangannya semalaman. Dilingkupi rasa khawatir, Jungwoo mati-matian menahan tangisnya sambil terus menenangkan anaknya yang sering meracau tidak jelas.

"Ada yang Chenle inginkan?" Tanya Jungwoo lembut.

"Baba..."

Jungwoo mendesah berat. Tidak mungkin memanggil Lucas sekarang.

"Baba-kan sedang di Macau, Sayang. Tidak bisa segera pulang untuk menemani Chenle. Sekarang sama Mama dulu, ya?"

Chenle memejam dengan kerut dahi yang semakin jelas.

"Baba..."

Jungwoo menggigit bibir bawahnya.

Tidak, jangan Lucas.

Lelaki itu sedang mengurus proyek yang sangat penting dan baru bisa kembali dua hari lagi. Usaha yang bisa Jungwoo lakukan hanyalah video call agar rindu sang anak pada ayahnya tercicil. Tapi untuk melunasinya, itu mustahil sekarang. Jungwoo juga tidak ingin egois dan memberatkan Lucas.

"Kau sangat merindukan Baba, ya?" Chenle tidak menjawab dan tetap meracau memanggil-manggil Lucas.

Dengan berat hati, Jungwoo kembali memberikan penawaran pada Chenle.

"Mau Mama panggilkan Guanlin untuk menemanimu?" Tanya Jungwoo sangat pelan.

Entah kenapa dia tidak ingin Guanlin menginjakkan kaki ke rumahnya dan melihat anaknya yang sedang terkapar demam begini.

Tapi, saat melihat Chenle yang menenang begitu nama Guanlin disebut, Jungwoo jadi semakin tidak ikhlas.

Dengan berat hati, Jungwoo menganggap itu menjadi tanda setuju, dan mulai menekan nomor Guanlin untuk ditelpon.

.
.

"Jisung-Oppa! Rajutannya kok jelek?"

"Ah Jinjja? Aku rasa karena tanganku terlalu besar."

"Tidak ada hubungannya, ya!"

"Ada, loh! Kalau tangan terlalu besar, nanti jarumnya jadi tidak terpegang dengan benar. Jadinya jatuh-jatuh, deh! Jadi kurang rapi."

UNRAVEL [GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang