Hai, thisismikasa.
Okey, ini kenapa aku jadi update nya seminggu sekali, ya??
Mian, yeorobun.
Tugas aku akhir-akhir ini benar-benar ga berperikemanusiaan banget.
Jadi book ini progressnya lambat banget.
Mohon ditunggu, ya. Huhuhuu...
Meskipun kelihatan ga aktif banget di WP, aslinya aku mantauin komenan dan vote kalian terus loh.
Really, kamsahamnida ಥ‿ಥ.
Now,
Enjoy it
.
.
.
.Sampai saat bel pergantian jam masuk pun, ruang loker masih sepi dan hanya diisi oleh dua anak manusia yang saling memandang tidak suka.
Ketika Chenle dimaki dan dituding seenaknya oleh Renjun, anak tunggal Lucas itu langsung menepis tangan Renjun dari bajunya hendak melawan balik.
"Jangan menuduh sembarangan, Huang Renjun." Desis Chenle, "Aku memang bersama Jisung malam itu, tapi bukan aku yang membuatnya cedera."
Memang benar bukan Chenle. Semuanya adalah kelakuan kurang ajar Guanlin.
"Lalu siapa pelakunya? Dan kenapa kau tidak menolong Jisung? Asal kau tahu, anak itu pingsan di tengah jalan sendirian, perempuan sialan!"
Chenle kembali terdiam. Dan lagi-lagi itu membuat Renjun tidak tahan.
"Bicaralah, Chenle. Katakan siapa pelakunya? Kau bisu atau bagaimana?" Bentak Renjun.
"Apa kau juga berusaha melindungi pelakunya? Haruskah aku mencari tahu sendiri lalu kulaporkan ke Bibi Haechan dan Mark-Ahjussi?"
Mata Chenle melebar, "Sudah cukup, Renjun" Chenle langsung meremat pundak Renjun.
Tidak. Jangan Imo-nya. Jangan Haechan dan Mark.
"Dengar. Kau tinggal memberi tahuku dimana Jisung berada dan masalahnya akan selesai."
Renjun menggeleng, "Aku tidak akan mengatakan apa pun. Selama kau belum mengatakan siapa pelakunya, aku akan tetap percaya kalau kaulah yang sudah menyakiti Jisung."
Renjun melepas kasar tangan Chenle dari pundaknya, "Dan aku tidak akan membiarkanmu menyakitinya lagi."
Chenle berdecih, sudut bibirnya tertarik sedikit menampilkan senyum tajam atas ketidakterimaannya soal sikap Renjun.
"Mwoya? Kau sangat melindungi Jisung, rupanya. Apa jangan-jangan..." Chenle melipat kedua tangannya di depan dada, "....Kau menyukai Lee Jisung?"
Deg
Air muka Renjun menegang. Bibir Renjun bungkam mencerna tuduhan Chenle barusan. Mengapa tiba-tiba? Dan kenapa menuduhnya seperti itu?
Chenle Wong
Gadis yang sedari dulu begitu Renjun ingin tahu isi kepalanya. Rupanya, hanya ini yang dia punya? Tidak lebih dari kerendahan, buntu, dan putus asa.
"Tuduhan yang sangat tidak berdasar, Wong. Aku tidak tahu kalau kau sebodoh ini."
Renjun tersenyum remeh sambil menatap gadis sipit itu dengan tatapan merendahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNRAVEL [GS]
Fanfiction-- Buku Kedua dari Serial "UN" (Lanjutan UNTOLD PAIN) -- -- Pernikahan bukanlah akhir dari sebuah perjuangan. Justru bahtera rumah tanggalah medan perang yang sesungguhnya. --- "Kupikir, aku bisa percaya dengan janji setiamu. Tapi nyatanya, lihat ap...