Ehem. Selamat malam.
Enjoy it
.
.
.
.Jaemin mencermati jilidan kertas tebal di tangannya. Dahinya mengerut dengan wajah gusar. Helaan nafas berat terus-menerus keluar seolah sedang terpapar kesesakan. Somi yang melihat ibu bosnya nampak sangat stress jelas tidak berani berbuat apa-apa.
"Dia yang mengantarkannya sendiri?" Tanya Jaemin.
Somi mengangguk, "Bahkan tadi memaksa untuk menunggumu. Dia ingin berdiskusi langsung denganmu."
Jangan heran dengan cara mereka bercakap. Jaemin dan Somi sejatinya sahabat lama, jadi bahasa mereka terdengar jauh lebih hangat dan santai.
"Kenapa harus dengan orang yang merepotkan seperti ini, sih?" Gerutu Jaemin.
"Mau ditolak saja?" Usul Somi.
"Aku pun inginnya begitu. Tapi penawarannya sangat menguntungkan untuk kita. Dia pasti bertanya-tanya alasan penolakan kita. Apa kau punya alasan yang bagus?"
Somi menghela dan menggeleng pelan. Keduanya sama-sama memijat pelipis, pusing berjamaah.
Tok Tok Klek
Sebuah kepala menyembul dari balik pintu. Lelaki muda berambut acak-acakan dan berkacamata melihat Jaemin.
"Noona, ada yang mencarimu."
Jaemin menaikkan sebelah alis, "Siapa?"
"Om-nya--"
"Kubilang jangan pernah memanggilku Om!" Sebuah suara menginterupsi. Pintu dibuka lebar secara paksa dan lelaki tinggi berkemeja kasual masuk dengan wajah sedikit masam.
"Oh, Taehyun? Kau di sini?" Sapa Jaemin. Lelaki berkacamata lekas pamit setelah ditatap galak oleh si tamu.
"Apa aku mengganggu waktumu, Noona?" Jaemin menggeleng dan mempersilakan lelaki tinggi untuk duduk di sofa yang masih kosong.
"Somi, ini biar kupikirkan dulu, ya."
Somi mengangguk, "Kalau begitu aku akan kembali bekerja."
"Thanks, Somi." Kedipan sebelah mata Somi berikan sebagai tanda balasan sebelum menghilang tertelan pintu.
Keduanya kini duduk berhadapan di sofa dalam ruangan Jaemin. Mata si ibu muda menelisik setiap inchi lelaki di hadapannya. Tidak ada yang berubah. Kecuali pancaran matanya.
"Kau tidak kuliah?"
"Libur." Jawaban singkat yang sesungguhnya memancing curiga Jaemin."Sesuatu terjadi?" Tanya Jaemin dibalas kerjapan mata bingung, "Kau nampak berbeda hari ini. Apa kau mencari Jeno untuk diajak curhat?"
Taehyun berdecih, "Mana dia punya waktu untuk adiknya. Selain itu, Hyung bukan orang yang solutif dalam masalahku kali ini."
"Kalau begitu, curhat denganku saja." Tawar Jaemin sambil tersenyum cerah.
Taehyun menimbang sejenak. Curhat dengan kakak iparnya? Kedengarannya tidak buruk. Jaemin seorang pendengar dan problem solver yang baik. Tapi Taehyun tetap tidak ingin mendapat hujatan. Apa kata kakak iparnya yang cerewet ini kalau sampai tahu adik dari suaminya suka dengan ibu dosen yang sudah menikah? Jawabannya sangat bisa ditebak. Toh tujuannya juga bukan untuk itu.
Taehyun lekas menggeleng, "Lain waktu saja, Noona. Aku kesini mau mencari hiburan. Di mana keponakanku?"
"Mereka sedang bersama staf, tadi diajak jalan-jalan dan dijanjikan lihat semut. Sekarang pasti sedang di taman kantor."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNRAVEL [GS]
Fanfiction-- Buku Kedua dari Serial "UN" (Lanjutan UNTOLD PAIN) -- -- Pernikahan bukanlah akhir dari sebuah perjuangan. Justru bahtera rumah tanggalah medan perang yang sesungguhnya. --- "Kupikir, aku bisa percaya dengan janji setiamu. Tapi nyatanya, lihat ap...